tirto.id - Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengatakan, Indonesia masih tertinggal produktif untuk mengoptimalkan investasi asing.
Ia mencontohkan perbandingan dengan Indonesia dengan Malaysia. Jika ada investasi yang masuk ke Indonesia, kata dia, sebesar 100 dolar AS, maka keuntungan yang masuk ke devisa hanya 0,01 dolar AS.
Sedangkan, jika Malaysia mendapat investasi yang sama, maka Malaysia bisa mengekstraksi keuntungan sampai 15 kali lipat dibandingkan Indonesia.
"Misalnya ada investasi masuk ke RI 100 dolar AS maka devisa yang akan masuk itu hanya 0,01 dolar AS. Beda dengan Malaysia yang bisa mendapat 0,15 dolar AS dengan nominal investasi yang sama," jelas dia dalam diskusi yang dilakukan KEIN, di Ballroom Hotel Century Park, Jakarta Selatan, Kamis (27/6/2019).
Ia menjelaskan, strategi Malaysia yang bisa mengoptimalkan investasi yang masuk yaitu pemerintah di negeri jiran mengoptimalkan produksi produk-produk ekspor yang memiliki nilai tambah tinggi.
Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di dalam negeri. Arif menjelaskan, investor asing yang menanam modal ke dalam negeri kebanyakan melihat Indonesia sebagai pasar.
"Investasi asing yang masuk itu lebih memanfaatkan potensi pasar dalam negeri," kata dia.
Ia menilai, pemeritnah perlu memperbaiki investasi asing ke sektor yang akan menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak.
"Padahal pemerintah selalu sampaikan kalau kemudian kita ingin memanfaatkan investasi untuk pertumbuhan ekonomi masuk ke Indonesia harus ada tiga hal. Pertama adalah, menghasilkan devisa, kemudian membuka lapangan kerja dan banyak bersinergi dengan koperasi dan usaha kecil," kata dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali