Menuju konten utama

Kebutuhan Peredaran Uang Kartal Selama Ramadan Rp188,2 Triliun

Kebutuhan peredaran uang kartal selama Ramadan dan Lebaran 2018 ini sebesar Rp188,2 triliun.

Kebutuhan Peredaran Uang Kartal Selama Ramadan Rp188,2 Triliun
Petugas memeriksa tumpukan uang Rupiah di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (18/4/2018). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

tirto.id - Bank Indonesia memperhitungkan kebutuhan peredaran uang kartal selama Ramadan dan Lebaran 2018 ini sebesar Rp188,2 triliun. Angka itu mengalami peningkatan sebesar 15,3 persen dari Ramadan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp163,2 triliun.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi mengatakan, kebutuhan peredaran uang kartal selama periode Ramadan dan Lebaran tahun ini melebihi rata-rata tahun-tahun sebelumnya.

"Secara 5 tahun kita ambil data 2013-2017 peningkatan outflow [peredaran uang] Ramadan Idul Fitri mencapai 13,9 persen per tahun," kata Rosmaya di Bank Indonesia Jakarta pada Rabu (6/6/2018).

Ia mengatakan, rata-rata uang beredar selama periode Ramadan dan Lebaran mencapai 25 persen dari total tahunan.

Berdasarkan data terakhir, Selasa, 5 Juni 2018, total uang yang beredar mencapai Rp745,9 triliun. Jumlah tersebut termasuk kebutuhan peredaran uang kartal sebesar Rp188,2 triliun.

Rosmaya mengatakan, jumlah uang itu meningkat sekitar Rp88,3 triliun atau 13,4 persen dibandingkan masa sebelum Ramadan pada 16 Mei pekan lalu yakni sebesar Rp657,6 triliun.

Ia menjelaskan bahwa tingginya permintaan peredaran uang karena jumlah hari cuti bersama lebih panjang dari pada periode-periode sebelumnya.

"Karena kita mempersiapkan liburan yang begitu panjang, ada penyebabnya itu dengan ditambahnya 3 hari libur kerja, jadi total liburan 12 hari. Juga karena adanya kenaikan tunjangan hari raya untuk Aparat Sipil Negara dan pensiunan. Jadi, kami harus bersiap-siap mengedarkan kartal," jelas Rosmaya.

Berdasarkan sebaran wilayah, peredaran uang tertinggi berada di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur mencapai 43,7 persen. Lalu, untuk Jabodetabek 22,8 persen, Sumatera 19,9 persen dan kawasan timur 18,9 persen.

"Kami tahun lalu dan tahun ini terus melakukan penyebaran atau distribusi uang di kas titipan dan kami sudah punya 114 kas titipan. Kemudian kalau dilihat secara pecahan, outflow untuk uang pecahan besar mencapai 92,9 persen, sedangkan uang pecahan kecil mencapai 7,1 persen. Ini di proyeksi kami," terang Rosmaya.

Sehingga, ia mengungkapkan bahwa kebutuhan uang kartal (tunai) tetap berada di level lebih tinggi ketimbang peredaran uang secara digital (non-tunai), meski pada tahun ini pertumbuhan ekonomi sudah didorong untuk digitalisasi termasuk dalam bertransaksi.

"Perekonomian nasional walaupu sudah didorong bertransaksi dengan non tunai tetap saja kebutuhan uang kartal dominan dalam transaksi di masyarakat. Artinya masyarakat kita masih senang megang uang kartal. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, kami lihat indikator pengedaran uang rupiah meliputi uang yang akan outflow (keluar dari BI) dan inflow mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir," kata Rosmaya.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2018 atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto