tirto.id - ”Siapakah yang menciptkan alam raya?" Jika mendengar pertanyaan demikian, boleh jadi akan ada dua jawaban yang muncul. Pertama, yang menciptakannya adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Kedua, ia tercipta akibat suatu kebetulan.
Baiklah kita merenung sejenak memperhatikan kedua kemungkinan itu dengan menampilkan satu ilustrasi:
Jika Anda ditugaskan ke stasiun kereta api untuk berangkat ke Bandung pada pukul 10.00 pagi, lalu disana Anda bertemu dengan seorang teman sekantor yang juga akan menuju ke Bandung -- tanpa anda ketahui rencananya terlebih dahulu -- maka ketika itu Anda akan berkata bahwa pertemuan itu adalah kebetulan. Sebab pertemuan itu memang bukanlah sesuatu yang Anda atau dia rencanakan. Tetapi, buat pimpinan kantor yang menugaskan Anda dan rekan Anda untuk pergi ke Bandung, pertemuan di stasiun tersebut bukanlah kebetulan.
Sesuatu yang direncanakan pastilah terlihat teratur dan harmonis. Tentulah diupayakan agar tidak terjadi suatu aral yang dapat menghalangi terlaksananya rencana. Pengetahuan Allah bersifat menyeluruh. Dia mengetahui segala sesuatu, sebelum, saat dan sesudah wujud atau terjadinya. Jika demikian, tidak ada kebetulan di sisi Allah SWT. Wujud alam raya yang merupakan ayat Illahi, tentu bukanlah kebetulan bagi-Nya.
Ilmuwan memperkirakan bahwa ada sekitar 300 milyar galaksi yang memiliki bentu-bentuk berbeda. Dan setiap galaksi itu memiliki pula ratusan juta bintang-bintang. Bima Sakti yang merupakan salah satu galaksi memiliki sekian banyak binatang, salah satu di antaranya adalah matahari, yang kita lihat terbit dan tenggelam setiap hari.
Allah SWT., mengajak kita mengamati apa yang dapat kita jangkau dari alam raya. Dalam Q.S. Al-Mulk ayat 3, Allah SWT., menyatakan:
Dialah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis serasi dan sangat harmonis; engkau -siapapun engkau -- kini dan masa datang tidak melihat pada ciptaan ar-Rahman Tuhan Yang rahmat-Nya mencakup seluruh wujud -- baik pada ciptaan-Nya yang kecil maupun yang besar -- sedikit pun ketidakseimbangan. Maka ulangilah pandangan yakni lihatlah sekali lagi dan berulang-ulang kali disertai dengan upaya berpikir adakah engkau melihat atau menemukan padanya, jangankan besar atau banyak, sedikitpun keretakan setelah sekian lama engkau terus menerus memandang dan memandang untuk mencari keretakan dan ketidakseimbangan dan carilah berkali-kali tanpa batas -- niscaya akan kembali kepadamu pandanganmu itu dalam keadaan kecewa, terdiam, dan hina karena tidak menemukan sesuatu cacat yang engkau upayakan menemukannya dan ia yakni pandanganmu itu menjadi lelah, tumpul kehilangan daya setelah berulang-ulang kali membuka mata selebar-lebarnya dan dengan menggunakan seluruh kemampuannya.
Perhatikanlah langit, adakah Anda menemukan kekacauan? Pikirkanlah bagaimana milyaran galaksi itu beredar tanpa terjadi benturan yang mengakibatkan punahnya kehidupan. Apakah Anda menduga bahwa itu terjadi dengan sendirinya dan masing-masing sepakat dengan yang lain untuk mengatur tempat edarnya? Mustahil dan mustahil? Pasti ada kekuasaan yang tidak terbatas yang mengaturnya.
Al-Qur’an, seperti dikutip sebelum ini, menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya satu gumpalan, lalu dipisahkan Allah. Pemisahannya itu, menurut sementara ilmuwan, terjadi melalui dentuman dahsyat. Kalau dentuman itu terjadi secara kebetulan tentulah galaksi dan seluruh bintang-bintangnya akan tersebar secara acak tetapi kenyataan menunjukkan sebaliknya, justru dentuman itu menghasilkan keteraturan yang luar biasa.
Sekadar contoh kecil perjalanan matahari tidak akan dapat menyimpang dari garis edarnya, tidak juga dapat mempercepat atau memperlambat perjalanannya, sehingga mengakibatkan mendahului dan mendapatkan bulan. Dan tidak juga di mana malam dan bulan seringkali nampak, dapat mendahului siang sehingga menghalangi kemunculannya. Tetapi semuanya telah Allah atur silih berganti dan masing-masing, baik matahari maupun bulan, bahkan semua benda-benda langit pada garis edarnya saja, yang telah Allah tentukan terus-menerus beredar tidak dapat menyimpang darinya (Q.S. Yasin ayat 40).
Seandainya dentuman itu tanpa direncanakan -- yakni terjadi secara kebetulan -- maka keharmonisan alam raya ini tidak mampu terjadi. Tetapi itu terjadi karena Allah penciptanya mengatur dentuman itu sedemikian rupa sehingga tidak terjadi tafawat dalam istilah ayat al-Mulk di atas, yakni ketidakseimbangan. Dengan kata lain, Allah mengatur sejak dentuman pertama hingga perjalanan benda-benda alam ini hingga kini, keseimbangan yang demikian teliti sehingga keharmonisan seluruh bagian alam raya ini dapat diwujudkan.
“Seandainya laju pengembangan dalam dentuman pertama itu berbeda dari apa yang direncanakan, walau hanya dalam batas lebih dari 10 detik saja (yakni satu detik dibagi satu milyar kemudian dibagi satu milyar lagi) maka alam semesta ini tidak akan terbentuk,” demikian uraian pakar fisika matematika, Paul Devies, Guru Besar pada Universitas Adelide di Australia.
Bahkan Stephen Hawking, dalam bukunya A Brief History of Time, menyatakan, “Jika laju pengembangan satu detik setelah 'dentuman besar' itu lebih kecil bahkan dari satu bagian per seratus ribu juta, maka alam semesta akan hancur sebelum pernah mencapai ukurannya sekarang."
Kini apakah masih ada seseorang, yang mengaku berakal, yang menduga bahwa alam raya tercipta dengan kebetulan? Mestinya tidak dan tidak!
Penciptaan dirancang oleh Allah, bukan untuk tujuan bermain-main, tetapi tujuan yang haq. Dalam Q.S. Ad-Dukhan ayat 38-39, Allah berfirman yang maksudnya:
“Kami tidak menciptakan langit yang demikian luas dan bertingkat dan bumi yang demikian kokoh dan mantap dan dengan tata aturan yang demikian rapi, indah dan harmonis, dan tidak juga menciptakan segala apa yang ada antara keduanya yakni antara langit dan bumi dengan tujuan bermain-main yakni tanpa tujuan yang haq dan benar seperti halnya anak kecil yang bermain-main. Maha Suci Allah dari perbuatan demikian.
Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, antara lain untuk membuktikan keesaan dan kekuasaan Kami dan untuk menganugerahkan manusia kesempurnaan hidupnya. Itulah hakikat yang pasti, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya.
Demikianlah. Wa Allah A’lam.
======
*) Naskah dinukil dari buku "Dia di Mana-Mana: Tangan Tuhan di Balik Setiap Fenomena yang diterbitkan oleh penerbit Lentera Hati. Pembaca bisa mendapatkan karya-karya Prof. Quraish Shihab melalui website penerbit.
Penulis: M. Quraish Shihab
Editor: Zen RS