Menuju konten utama

Kebanjiran saat Hujan Deras, Teras Malioboro Dianggap Belum Layak

Sisi bangunan Teras Malioboro belum bisa melindungi dari terpaan air hujan, selain itu banyak bagian dinding yang retak.

Kebanjiran saat Hujan Deras, Teras Malioboro Dianggap Belum Layak
Warga melintas di area Teras Malioboro saat Wilujengan atau selamatan Teras Malioboro, Yogyakarta, Rabu (26/1/2022). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/RWA.

tirto.id - Para pedagang di Teras Malioboro harus berjibaku menahan derasnya hujan deras dan angin kencang hingga membuat lapak dan barang dagangan mereka menjadi basah kuyup pada Kamis (3/2/2022).

Kejadian itu direkam oleh salah seorang pedagang dan ikut disebarluaskan oleh LBH Yogyakarta melalui media sosial Instagram, @lbhyogyakarta.

Menurut Kepala Divisi Penelitian LBH Yogyakarta, Era Havera, video itu mereka unggah sebagai bentuk kritik kepada pihak Pemda dan Pemkot Yogyakarta mengenai Teras Malioboro yang masih perlu banyak perbaikan di berbagai sisi.

"Kami mendapat banyak keluhan dari pedagang, selain sisi bangunan yang belum bisa melindungi dari terpaan air hujan juga banyak dinding yang retak," katanya saat dihubungi Tirto pada Jum'at (4/2/2022).

Era menuturkan bahwa saat ini pihak pedagang sudah menerima dengan terbuka proses pemindahan lapak mereka dan hanya meminta hak-hak mereka diberikan secara layak.

"Harapan kami kalau Teras Malioboro 1 dan 2 masih belum layak tolong dibuat ulang dan dijadikan lebih layak," harapnya.

Era menjelaskan bahwa video itu tidak hanya dibuat untuk berkoar-koar sesaat, namun diharapkan menjadi atensi pemerintah agar para pedagang diperlakukan lebih baik lagi.

"Kami sudah melakukan audiensi dengan pihak DPRD pada Kamis (3/2/2022) lalu, dan juga mempertanyakan nasib mengenai pedagang gerobak yang tidak mendapat jatah lokasi di Malioboro. Pihak DPRD menjanjikan akan membawa masalah ini pada rapat dengan dinas terkait pada Selasa (8/2/2022) mendatang," ujarnya.

Selain menyuarakan melalui media sosial dan audiensi ke pihak DPRD, LBH juga sudah melakukan permohonan audiensi kepada Pemda DIY dan hingga saat ini permohonan mereka masih belum ditanggapi secara resmi.

"Kami sudah mengajukan permohonan audiensi, yang seharusnya dilakukan pada Senin (31/2/2022) lalu, namun masih dijanjikan lagi selama dua minggu mendatang," jelasnya.

Sementara itu, menurut Ketua Umum Paguyuban Pedagang Kaki Lima Dari Jalan Malioboro Sampai Ahmad Yani (Pelmani), Slamet Santoso, hujan deras dan angin kencang yang terjadi beberapa waktu lalu membuat lapak mereka menjadi porak poranda.

Bahkan Slamet mengakui bahwa video yang menggambarkan suasana Teras Malioboro itu merupakan rekamannya.

"Itu saya rekam sendiri, dan saya kirim ke dinas terkait ke Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dan Dinas Koperasi dan UKM DIY," ungkapnya.

Dirinya menjelaskan bahwa bahwa air yang masuk tersebut akibat adanya bagian Teras Malioboro yang terbuka lebar, sehingga membuat air menjadi mudah masuk.

"Kemarin sudah diinspeksi dari pihak dinas terkait dan kami usulkan agar dibuatkan kerai agar menjadi penghalang masuknya air," ujarnya.

Slamet menuturkan bahwa peristiwa ini merupakan yang kedua kalinya. Peristiwa pertama terjadi sesaat setelah diresmikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X pada saat acara wilujengan.

"Saat itu juga mengalami hujan deras dan angin kencang, namun pedagang belum mengisi lapak seperti sekarang," ungkapnya.

Akibat kejadian itu, para pedagang banyak mengalami kerugian karena rusak terkena air.

"Para pedagang makanan yang terkena imbas paling besar karena rusak terkena hujan, sedangkan pedagang pakaian dan souvenir masih bisa diselamatkan barangnya," katanya.

Baca juga artikel terkait PKL MALIOBORO atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Restu Diantina Putri