tirto.id - Tercium aroma tak sedap yang menusuk hidung saat melintas di Jalan Mataram, Kota Yogyakarta, pada Selasa (18/2/2025). Biang bau itu berasal dari area bekas penggusuran pedagang kaki lima Teras Malioboro 2.
Saya menghentikan kendaraan untuk mencari tahu apa yang terjadi di lokasi tersebut. Namun, petugas dengan seragam Jogomaton dari UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menghalangi saya masuk ke area yang dipagar dengan seng.
“Maaf, untuk informasi bisa ke kantor UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya,” ujar salah satu petugas.
Mengetahui keberadaan saya, petugas lain pun menutup rapat pintu seng agar tidak telihat aktivitas yang sedang berlangsung di area eks PKL Teras Malioboro 2 itu.
Sesuai arahan, saya ke kantor UPT untuk mewawancarai Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, Ekwanto. Namun, saya gagal bertemu untuk konfirmasi perihal kebenaran informasi bahwa lokasi eks TM 2 jadi lokasi penampungan sampah pengunjung wisata di Tugu-Malioboro-Titik Nol Kilometer.
Seorang staf memberikan informasi, bahwa Ekwanto sedang tidak dapat diganggu. “Maaf, Pak Ekwanto sedang zoom meeting. Tidak bisa diganggu,” kata dia.
Kontributor Tirto ke lokasi bukan tanpa alasan. Sebab, sebelumnya beredar video di media sosial terkait kondisi bekas lokasi PKL Teras Malioboro 2 berjualan. Dalam video terlihat sampah dengan jumlah yang cukup banyak di lokasi tersebut.
Karena penasaran, saya akhirnya mencoba melihat aktivitas di bekas lahan Teras Malioboro 2 itu dengan melongok dari jendela gedung DPRD DIY. Terlihat, hanya hamparan dengan barang bekas kering yang terserak. Namun, pada pojok area, terlihat tumpukan sampah yang teronggok.
Dihubungi terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja, Ahmad Haryoko, menjelaskan tumpukan sampah yang harus dievakuasi di eks Teras Malioboro 2 mencapai puluhan rit.
DLH bahkan setidaknya mengerahkan sampai enam truk oranye pengangkut sampah yang melakukan pengambilan sampah-sampah di sisi timur-utara lahan tersebut.
“Sekitar 30-40 rit perkiraan. Dalam dua hari ini kami kebut, mudah-mudahan armada kami cukup,” kata Haryoko kepada wartawan.
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Abdul Aziz