Menuju konten utama

Kasus Jonru dan Ragam Karakter Orang di Facebook

Jonru Ginting bertransformasi menjadi sosok kontoversial di media sosial di Twitter maupun Facebook.

Kasus Jonru dan Ragam Karakter Orang di Facebook
Facebook User. iStockphoto

tirto.id - Jon Riah Ukur Ginting alias Jonru dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas dasar dugaan pidana ujaran kebencian terhadap Presiden Jokowi. Laporan ini berujung pada status Jonru yang resmi jadi tersangka yang dijerat undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Nama Jonru Ginting menjadi sosok kontroversial di dunia jejaring media sosial beberapa tahun terakhir. Jonru yang awalnya beraktivitas sebagai blogger, lalu berkembang menjadi rajin bercuap-cuap di media sosial. Ia aktif di Twitter dan Facebook, yang membuat dirinya tenar. Di Facebook, Jonru telah mendapatkan hampir 1,5 juta like. Jumlah fantastis yang hanya bisa disaingi oleh selebritas atau pejabat publik. Jonru hanya contoh dari sekian macam karakter pengguna media sosial.

Baca juga: Jonru Ginting: Dari Blogger Sehat Menjadi Penyebar Hoaks

Tom Robinson dari Brigham Young University dalam jurnal bertajuk “I Love FB: A Q-Methodology Analysis of Why People ‘Like' Facebook” yang disarikan Quartz mengungkapkan bahwa setidaknya terdapat empat kategori pengguna media sosial, khususnya Facebook.

Pertama ialah Relationship Builders. Orang-orang dalam katagori ini menggunakan Facebook selayaknya telepon, surat, atau alat komunikasi konvensional lainnya. Facebook bagi mereka berguna sebagai sarana komunikasi penguat tali persaudaraan dan pertemanan. Facebook dimanfaatkan untuk bertegur sapa dengan cara mudah.

Kategori kedua ialah Window Shoppers. Orang-orang dalam kategori Window Shoppers menganggap bahwa Facebook (dan media sosial lain) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan modern. Mereka memiliki akun Facebook sebatas untuk tetap terhubung dengan orang lain. Pada orang-orang tipe ini, informasi pribadi, foto, video, atau status-status curahan hati, jarang mereka bagikan.

Selanjutnya, kategori ketiga adalah Town Criers. Dalam kategori ini, pengguna Facebook umumnya adalah mereka para aktivis, jurnalis, atau pihak berkepentingan lain yang melihat Facebook sebagai “kotak ajaib.” Orang-orang dalam tipe ini sangat reaktif terhadap isu-isu besar yang sedang terjadi dan kemudian menggunakan kekuatan Facebook untuk membicarakannya.

Seseorang dengan tipe Town Criers biasanya memanfaatkan Facebook untuk menyebarkan informasi yang dianggap penting. Sayangnya, biasanya mereka tidak mencari lebih lanjut mengenai informasi yang dibagikannya. Hingga, kepastian dan kedalaman informasi patut dipertanyakan. Meskipun terkesan aktif, orang-orang yang masuk kategori Town Criers tak terlalu membuka diri terhadap informasi pribadinya. Mereka lebih tertarik pada isu-isu yang terjadi di sekitarnya dan dibahasnya dalam Facebook. Ini berkebalikan dengan karakter berikutnya.

Baca juga: Mengonsumsi Berita dari Hanya Baca Judul

infografik tipe pengguna facebook

Karakter lainnya ialah Selfies. Orang-orang yang masuk kategori Selfies menggunakan Facebook sebagai penarik perhatian. Sarana menunjukkan citra dan validasi diri. Jumlah ‘like’ dan komen yang diterima, sangat penting bagi orang yang masuk kategori ini. Semakin banyak notifikasi, semakin si pengguna merasa diterima. Kategori ini lebih reaktif pada urusan pribadi di Facebook.

Adakah karakter selain empat macam tersebut? Ada karakter yang saling beririsan antara karakter Town Criers dan Selfies. Mereka biasanya masuk Town Criers, yang banyak memberikan informasi ke dunia luar. Di sisi lain, orang ini berperilaku seperti Selfies, ia juga akan senangnya bila mendapati tanda Like dan komentar yang banyak dari apa yang mereka bagikan.

Apakah karakter seseorang di Facebook sama dengan aslinya dalam dunia nyata? Bruce Bower dalam jurnalnya berjudul “Facebook Users are The Real Thing” mengungkap bahwa tak ada perbedaan yang signifikan antara apa yang ditampilkan seseorang di Facebook dengan kebenaran di dunia nyata orang tersebut. Dalam penelitiannya terhadap 133 orang mahasiswa asal Amerika dan 103 orang mahasiswa asal Jerman, Bower menemukan bahwa kepribadian mahasiswa-mahasiswa itu yang dicitrakan di Facebook, mirip seperti apa yang sebenarnya terjadi di dunia nyata.

Baca juga: Facebook Membuatmu Ingin Balikan Dengan Mantan

Apa yang dilakukan Bower diperkuat oleh Rachel Ehrenberg dalam jurnalnya berjudul “What a Facebook ‘Like’ Reveals.” Karya ilmiah yang tercipta atas survei terhadap 58 ribu relawan yang diwajibkan menggunakan aplikasi bernama myPersonality untuk mengungkapkan jati diri mereka sebenarnya dan mengkomparasikannya dengan apa yang mereka “like” di Facebook, mengungkapkan bahwa ada korelasi yang sebangun antara “like” dengan fakta sebenarnya pengguna Facebook.

Saat pengguna Facebook mengklik “like” pada halaman penggemar ESPN atau Bruce Lee misalnya. Pengguna tersebut kemungkinan besar merupakan laki-laki. Dan saat pengguna mengklik “like” pada Kathy Griffin, Sue Sylvester Glee, dan kampanye-kampanye soal hak asasi, kemungkinan besar pengguna Facebook tersebut merupakan seorang Gay.

Pengguna media sosial khususnya Facebook memang memiliki karakter yang berbeda, dan menentukan apa yang akan terjadi padanya. Bagaimana dengan Anda, termasuk kategori yang mana?

Baca juga artikel terkait MEDIA SOSIAL atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra