tirto.id - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Provinsi DKI Jakarta Isnawa Adji mengklaim, pihaknya telah melakukan usaha yang optimal terkait tingginya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi saat ini.
Menurutnya semua elemen telah bersinergi dalam menjaga kebersihan lingkungan dari kasus DBD.
"LH sudah optimal. Banyak peran dari semuanya mulai keluarga, individu, RT dan RW, tokoh masyarakat, kader PKK, Jumantik (juru pemantau jentik), dan lain-lain," ujarnya kepada Tirto, Jumat (1/2/2019).
Ia mengatakan, sinergitas menjadi penting karena urusan kesehatan adalah tanggung jawab semua. Baik itu tim kebersihan dan juga kesehatan.
Dalam mengatasi persoalan DBD yang tinggi di DKI Jakarta, khususnya Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, Isnawa mengaku sudah mengajak masyarakatnya untuk peduli lingkungan.
"Dinas LH selalu mengedukasi untuk terus kerja bakti membersihkan lingkungan, jangan ada penumpukan barang bekas, bersihkan kandang burung, cek tampungan air belakang kulkas, air di AC, dan lain-lain," paparnya.
Kendati demikian ia menyebutkan, persoalan teknis penanganan DBD menjadi bagian sektor kesehatan.
"Peran Puskesmas, kader Posyandu, kader PKK, Jumantik harus diptimalkan. Jangan mengandalkan fogging, itu zat racun," ujarnya.
Kepala Seksi Penyakit Menular Vektor dan Zonatik Dinkes DKI Inda Mutiara mencatat 329 kasus DBD terjadi di ibu kota sejak awal tahun hingga 21 Januari 2019. Kasus DBD di periode awal 2019 itu paling banyak terjadi di Jakarta Selatan. Sedangkan Jakarta Barat berada posisi kedua.
Sebelumnya, Dokter spesialis Infeksi dan Tropik di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center (RS MMC) Erni Juwita Nelwan menilai, hal utama yang harus diperhatikan dari penyebaran kasus DBD adalah kebersihan lingkungan. Menurut Erni, masyarakat harus turut serta dalam membersihkan lingkungannya sehingga tidak menjadi sarang nyamuk demam berdarah berkembang biak.
Peningkatan kasus DBD, kata dia, erat kaitannya dengan cuaca ibu kota saat ini. Ia menilai upaya pemerintah tidak akan optimal jika tak ada peran serta masyarakat.
“Cuaca seperti musim hujan seperti sekarang ini sangat suportif. Telur nyamuk itu kan biasanya bertahan saat cuaca panas, tapi karena terendam air maka telur itu bisa berubah menjadi nyamuk dewasa hanya dalam kurun waktu 7 hari,” jelas Erni.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno