tirto.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana untuk mengeluarkan Instruksi Gubernur (Ingub) guna menangani kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah DKI Jakarta. Menurut Anies, Ingub tersebut akan diterbitkan sebelum akhir Januari 2019.
Penerbitan Ingub ini merupakan upaya Anies menangani lonjakan kasus DBD di DKI Jakarta sejak awal 2019. Berdasarkan data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dari Januari hingga Rabu (23/1/2019) kemarin, telah terjadi 370 kasus DBD.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan di banding jumlah kasus pada periode yang sama tahun lalu (year-on-year). Anies mencatat kasus DBD yang terjadi di sepanjang Januari 2018 sebanyak 198 kasus.
“Untuk itu, kemarin sudah dibicarakan dengan Asisten Kesejahteraan Masyarakat [Sekda DKI Jakarta]. Nanti kalau sudah selesai Ingub-nya, sekaligus akan kami jelaskan semua langkahnya,” kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (24/1/2019).
Anies menyampaikan penanganan DBD kali ini harus dilakukan secara lebih serius. Anies mengklaim telah memerintahkan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk segera mengendalikan penyebaran penyakit DBD. Salah satunya dengan mengecek langsung tempat-tempat yang berpotensi jadi sarang nyamuk demam berdarah atau aedes aegypti.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Kesehatan pada Januari 2019, wilayah yang masuk kategori waspada DBD adalah di Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan. Namun seluruh wilayah di DKI Jakarta pada Februari dan Maret 2019 diprediksi masuk kategori waspada.
“Memang belum ada [rincian] wilayahnya, paling banyak terjadi di mana. Tapi angkanya yang mencapai 370 kasus itu sudah mengkhawatirkan,” ungkap Anies.
Peningkatan jumlah kasus DBD disinyalir sebagai dampak hujan yang kerap mengguyur ibu kota sejak awal tahun ini. Anies mengatakan, penanganan yang mengacu pada Ingub nantinya diharapkan bisa mencegah penyakit DBD di Jakarta tidak sampai pada tahap Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Dari kasus yang ditemukan, utamanya adalah anak-anak berusia 13-15 tahun dan kejadiannya biasa terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Umumnya saat mereka berada di sekolah,” jelas Anies.
Menanggapi pernyataan Anies, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Bowo Irianto mengklaim telah mengimbau sekolah-sekolah di DKI untuk mencegah DBD. Sejumlah langkah yang dilakukan yakni membersihkan genangan air yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, menguras kolam serta memastikan sirkulasi air melalui pompa maupun keran.
“Apabila memang mendesak, kami telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk dapat bersinergi langsung dengan puskesmas setempat. Kalau memang butuh abate, silakan koordinasi dengan puskesmas,” ujar Bowo.
Dokter spesialis Infeksi dan Tropik di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center (RS MMC), Erni Juwita Nelwan, menilai hal utama yang harus diperhatikan dari penyebaran kasus DBD adalah kebersihan lingkungan. Menurut Erni, masyarakat harus turut serta dalam membersihkan lingkungannya sehingga tidak menjadi sarang nyamuk demam berdarah berkembang biak.
Erni mengatakan, peningkatan kasus DBD erat kaitannya dengan cuaca ibu kota saat ini. Ia menilai upaya pemerintah tidak akan optimal jika tak ada peran serta masyarakat.
“Cuaca seperti musim hujan seperti sekarang ini sangat suportif. Telur nyamuk itu kan biasanya bertahan saat cuaca panas, tapi karena terendam air maka telur itu bisa berubah menjadi nyamuk dewasa hanya dalam kurun waktu 7 hari,” jelas Erni saat dihubungi repoter Tirto.
Erni menjelaskan, pertumbuhan nyamuk relatif cepat saat musim hujan sehingga langkah membasmi telur nyamuk memang sulit. Ia berpendapat kebersihan lingkungan cukup berperan dalam menghilangkan nyamuk dewasa. Di samping itu, perlu inisiatif tambahan dari pemerintah seperti pengasapan.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Gilang Ramadhan