tirto.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat selama tahun 2019 ada penambahan kapasitas pembangkit listrik sebanyak 4,2 GW atau 4.200 MW. Tambahan itu membuat total kapasitas pembangkit mencapai 69,1 GW.
Menariknya, sekitar 75 persen dari tambahan kapasitas pembangkit itu masih disumbang oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau batu bara. Sumbangannya pun mencapai 3.017 MW.
“Dari kenaikan 4,2 GW, ada 71 pembangkit baru, 10 di antaranya PLTU yang kapasitas totalnya 3.017 MW,” ucap Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (9/1/2020).
Rida mengatakan tahun 2019 juga sekaligus menjadi peningkatan kapasitas pembangkit terbesar yang pernah dicapai pemerintah. Rata-rata kenaikan kapasitas pembangkit sejak 2015 hanya berkisar 2-3 GW saja.
Rida memperkirakan akan ada tambahan kapasitas yang tak kalah besar lagi nantinya dan bisa mencapai 5,7 GW. Hal itu akan terjadi di puncak program 35 GW.
Kendati demikian, Rida bilang ada konsekuensi dari penambahan 10 pembangkit baru berbasis batu bara. Ia memperkirakan pada tahun 2020 nanti perlu tambahan pasokan batu bara sebanyak 63,4 juta ton hanya untuk mengimbangi kebutuhan batu bara pembangkit baru di 2019.
“Secara rule of time memerlukan tambahan batu bara 63,4 juta ton. Itulah yang membuat konsumsi batu bara dalam negeri mengalami kenaikan,” ucap Rida.
Adapun per 2019, realisasi program 35 ribu MW baru menyentuh 14 persen atau setara 5.071 MW bagi pembangkit yang sudah beroperasi. Sekitar 62 persen atau setara 21.825 MW berada dalam tahap konstruksi.
Lalu 20 persen atau setara 6.878 MW sudah dalam tahap kontrak meski belum masuk konstruksi. Sisanya 2 persen sebanyak 829 MW masih dalam tahap pengadaan dan 2 persen (734 MW) sisanya lagi masih dalam tahap perencanaan.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti