Menuju konten utama

Kapan Ruwahan 2025 Dilakukan & Apakah Sama dengan Nyadran?

Ruwahan atau Nyadran adalah tradisi jelang Ramadhan untuk mendoakan leluhur. Simak perbedaan dan persamaan kedua istilah itu dan kapan penyelenggaraannya.

Kapan Ruwahan 2025 Dilakukan & Apakah Sama dengan Nyadran?
Sejumlah warga berdoa bersama saat tradisi Nyadran Suroloyo Sepujud di Soropadan, Pringsurat, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (1/3/2024). Tradisi Nyadran rutin dilaksanakan masyarakat setempat setiap Jumat Pahing bulan Sya'ban untuk menyambut Ramadhan sekaligus mendoakan arwah leluhur. ANTARA FOTO/Anis Efizudin/rwa.

tirto.id - Ruwahan merupakan tradisi yang umumnya dilakukan pada bulan Ruwah (Syaban), untuk menyambut bulan Pasa (Ramadhan). Ruwahan kerap diidentikan dengan tradisi Nyadran yang juga digelar pada bulan Ruwah. Simak pengertiannya dan kapan penyelenggaraan Ruwahan dan Nyadran 2025.

Tradisi Ruwahan biasanya ditemukan di beberapa daerah seperti Jawa dan Betawi. Tradisi ini digelar pada Syaban atau bulan ke-8 dalam kalender Hijriah. Dalam kalender Jawa yang juga menggunakan penanggalan kamariah (perputaran bulan), Syaban tersebut bertepatan dengan bulan Ruwah.

Kata Ruwahan disebut berasal dari bahasa Arab yang berarti arwah. Dalam tradisi Ruwahan, masyarakat secara kolektif menggelar berdoa dan berdzikir bersama, yang dikirimkan kepada leluhur yang sudah meninggal dunia. Tak jarang, tradisi ini juga dibarengi dengan kirab.

Perbedaan Ruwahan dan Nyadran, Apakah Sama?

Ruwahan dan Nyadran sering diidentikan sama. Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Yogyakarta menyebutkan, Ruwahan merupakan sebutan lain dari Nyadran. Tradisi tersebut merupakan akulturasi budaya Jawa dengan islam.

Secara istilah, Nyadran atau Sadranan berasal dari bahasa Sansekerta, “sraddha”, yang artinya keyakinan. Nyadran dipercaya sudah ada lebih dulu sebelum Islam masuk. Sehingga, Ruwahan merupakan istilah lain setelah terjadinya akulturasi.

Wakil Katib Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Taufik Damas, menyebutkan jika dulunya Nyadran digelar untuk meminta berkah kepada leluhur yang sudah meninggal dunia. Setelah terjadi akulturasi budaya, tujuan Ruwahan tersebut bergeser yaitu untuk mendoakan arwah leluhur.

"Tradisi sebelum Islam datang itu bernama Nyadran. Kalau dulu mungkin meminta berkah kepada leluhur, di-Islam-kan jadi mendoakan orang yang sudah meninggal dunia agar mereka itu bahagia di akhirat. Biasanya dibarengi dengan kunjungan ke makam atau kuburan dan membersihkan kuburan dan menabur bunga," ucap dia dikutip dari NU Online Banten pada 2023.

Akan tetapi dalam perkembangannya, Nyadran sendiri saat ini juga digelar sebagaimana akulturasi Islam dan budaya lokal. Entah disebut Nyadran atau Ruwahan, peserta kegiatan tersebut meniatkan diri untuk mendoakan leluhur dalam menyambut bulan Ramadhan.

Kapan Ruwahan dan Nyadran 2025 Dilakukan?

Tradisi Ruwahan dan Nyadran 2025 digelar berbeda-beda. Bisa antara 15, 20 dan 23 bulan Ruwah (Syaban) atau di hari-hari lain. Hal itu tergantung pada masyarakat pemangku adat atau penyelenggara acara Ruwahan atau Nyadran setempat.

Nyadran atau Ruwahan tidak hanya berisi doa. Dalam acara tersebut, masyarakat juga akan melakukan kegiatan lain secara kolektif. Seperti misalnya di Jawa dengan kegiatan besik atau membersihkan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan.

Kemudian tak jarang ada pula ada kirab, yang merupakan arak-arakan peserta Nyadran menuju ke tempat upacara adat dilangsungkan. Lalu ujub, atau menyampaikan maksud dari serangkaian upacara adat Nyadran oleh pemangku adat. Setelahnya, biasanya diisi dengan kembul bujono (makan bersama) dan tasyukuran.

Oleh karenanya, Nyadran juga kerap kali dimaknai sebagai kegiatan pelestarian budaya gotong royong dalam masyarakat, sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).

Tradisi Nyadran atau Ruwahan tidak hanya jadi agenda di kalangan masyarakat biasa. Di lingkungan keraton Jawa, tradisi ini juga digelar sebagai agenda tahunan. Seperti di Keraton Kasultanan Yogyakarta, yang spesifik disebut sebagai tradisi HajadDalem Kintun Kuthomoro antara 13-15 Ruwah.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2025 atau tulisan lainnya dari Dicky Setyawan

tirto.id - Edusains
Kontributor: Dicky Setyawan
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Fitra Firdaus