tirto.id - Barcelona, Manchester City, Paris-Saint Germain, Juventus, dan Bayern Munchen. Lima klub yang jadi juara liga top Eropa musim 2017/2018 kembali menjadi pemenang di negara masing-masing tahun ini. Namun, dari nama-nama pelatih yang menakhodai klub-klub tersebut, hanya Pep Guardiola (Manchester City) yang hampir pasti tak akan dipecat klubnya musim panas ini.
Meski telah menandatangani perpanjangan kontrak pada tengah musim, Ernesto Valverde (Barcelona) bisa saja didepak sewaktu-waktu, begitu pula Thomas Tuchel (PSG). Niko Kovac, pelatih Bayern Munchen di ambang pemecatan, sementara nasib lebih sial dialami alenatore Juventus, Massimiliano Allegri.
Allegri sebenarnya masih punya kontrak di Turin sampai 2020. Melatih Juventus sejak 2014, portofolionya pun tak main-main: lima gelar scudetto beruntun, empat trofi Coppa Italia, dan dua gelar Piala Super Italia. Hanya saja, kegagalannya memperbaiki rapor Si Nyonya Tua di kompetisi Eropa bikin pria berkebangsaan Italia itu harus angkat kaki lebih dini.
“Juventus dan Massimiliano Allegri akan menempuh jalan berbeda setelah lima musim dan sebelas trofi,” tulis pihak klub dalam sebuah pengumuman resmi pekan lalu.
Sejumlah nama langsung digadang-gadang bakal jadi suksesor mantan pelatih AC Milan itu. Setidaknya ada tujuh sosok yang jadi opsi terdepan, mulai dari Mauricio Pochettino sampai Simone Inzaghi.
Jika melihat situasi saat ini, siapa pelatih yang punya kans lebih besar menggantikan Allegri?
Guardiola dan Mou Sukar Digapai
Juve bisa menempuh langkah sederhana untuk memenuhi hasrat juara Liga Champions: mendatangkan seorang pelatih yang pernah memenangkannya. Dan untuk itu pula Pep Guardiola berkali-kali disebut oleh media-media Italia bakal merapat ke Turin. Terakhir, AGI mengklaim Juventus bakal memperkenalkan Pep sebagai pelatih baru pada 14 Juni. Pria asal Spanyol itu bahkan disebut-sebut sudah mencapai kesepakatan gaji 28 juta euro per tahun.
Namun, sejauh ini klaim-klaim media Italia itu belum bisa dipertanggungjawabkan. Alih-alih menebar sinyal, Guardiola justru terus menegaskan bahwa dia tidak akan ke mana-mana musim depan.
“Harus berapa kali saya katakan, saya tidak akan pindah ke Turin, atau ke Italia. Saya puas bekerja dengan klub ini [City], dengan orang-orang di sini. Saat ini yang saya rasakan itu, tapi sepakbola terus berubah. Tahun depan barangkali tidak akan lebih baik, tapi saya akan tetap jadi manajer Manchester City,” ujar Guardiola dalam konferensi pers usai final Piala FA pekan lalu.
Setali tiga uang dengan Guardiola, pihak Manchester City menampik habis-habisan kabar yang mengaitkan manajer mereka dengan kepindahan ke Juventus.
“Sangat tak bisa dipercaya media menyebarkan rumor semacam ini. Ini benar-benar kelewatan. Guardiola ingin bertahan. Dia adalah seorang profesional dan bahkan tak habis pikir keinginannya tak didengarkan [media]. Dia tidak akan pergi,” ucap salah seorang Direktur Manchester City, Alberto Galassi kepada BBC Sport.
Andai Guardiola memang tak bisa dibujuk keluar dari Manchester, Juve sebenarnya punya opsi kedua dalam diri Jose Mourinho. Sebagai pelatih, Jose Mourinho adalah solusi tak kalah menjanjikan untuk gelar juara Eropa. Bahkan melampaui Guardiola, pelatih kelahiran Setubal itu sudah membawa dua klub berbeda—FC Porto dan Inter Milan—menjuarai Liga Champions.
Mendatangkan Mourinho juga terkesan lebih minim rintangan, karena pria asal Portugal itu sedang ‘nganggur'. Media raksasa asal Italia, La Gazetta dello Sport bahkan menyebut megabintang Juventus, Cristiano Ronaldo cenderung menginginkan bekerja sama dengan eks pelatihnya di Real Madrid itu.
Sayang, harapan Ronaldo sama sukar terlaksananya dengan keinginan pihak klub mendatangkan Guardiola. Kabar terbaru menyebutkan Mou ogah merapat ke Allianz Stadium karena tidak ingin berkhianat dengan mantan klubnya yang juga rival Si Nyonya Tua, Inter Milan.
“Mourinho telah mendeklarasikan kecintaannya pada Inter Milan, ditambah rekam jejaknya yang sempat tak akur dengan fans Juve selama berada di Milan, kemungkinan itu [Mou ke Juve] tampaknya sangat kecil,” tulis media Spanyol, AS dalam laporannya.
Sarri dan Pochettino: Opsi Lebih Realistis
Dua pelatih yang kini berkarier di London, Maurizio Sarri (Chelsea) dan Mauricio Pochettino (Tottenham) tak ketinggalan masuk dalam bursa calon pelatih Juventus. Namun, tidak seperti Guardiola ataupun Mou, mendatangkan dua nama tersebut jauh lebih ‘realistis’.
Untuk kasus Sarri, Chelsea tidak berniat menghalangi pelatih berpaspor Italia itu jika ingin hengkang ke Turin. Syarat yang diajukan Chelsea untuk klub calon peminat Sarri bahkan cukup sederhana: bersedia membayar dana kompensasi pemecatan Sarri senilai lima juta paun.
“Chelsea tidak akan menghalangi jika Sarri ingin jabatan di tempat lain, asal klub barunya bersedia membayar biaya lima juta paun itu. Keinginan Chelsea sepertinya bukanlah kendala untuk Juventus,” tulis jurnalis Evening Standard, Simon Johnson.
Argumen Johnson realistis. Sebagai salah satu klub tajir benua biru, Juve jelas tak akan kesulitan membayar nominal tersebut. Hanya saja, Si Nyonya Tua dikabarkan masih menimbang-nimbang aspek teknis dan non-teknis yang bisa dihadirkan Sarri.
Sepanjang karier melatih di Napoli dan Chelsea, Sarri kerap terlibat konflik dengan pemain dan stafnya sendiri. Beberapa bahkan terlihat jelas di media, misal kasus terakhir yang membuatnya cekcok dengan Kepa Arrizabalaga di atas lapangan. Tabiat mantan pelatih Napoli itu berpotensi menghambat Juve sendiri.
“Dia kerap dituding gagal menjalankan skuatnya, memarjinalisasi pemain dan punya kepribadian yang sangat tidak ‘media-friendly’ dibanding kompetitor-kompetitornya di Inggris,” tulis kolumnis Football-Italia, Elio Salerno.
Tak sampai di situ saja, menurut Salerno, mendatangkan Sarri bisa jadi pertaruhan besar karena gaya bermain nakhoda Chelsea itu tak relevan dengan Juventus saat ini. Mendatangkannya bisa sekaligus menghalalkan pemborosan karena sudah barang pasti Sarri bakal menuntut banyak rekrutan baru guna membangun skuat sesuai idealismenya.
Ketimbang Sarri, Salerno bahkan secara terbuka lebih menyarankan Juve mendatangkan satu kandidat lain: Mauricio Pochettino. Alasannya sederhana, Pochettino terbukti tak gemar mengeluh dan bisa memaksimalkan potensi skuat meski punya keterbatasan dari pihak klub selama melatih Tottenham. Dia juga punya sesuatu yang tak dimiliki Juventus selama beberapa tahun terakhir: idealisme untuk bermain menghibur.
“Pochettino adalah opsi lebih baik. Seorang pelatih yang mengedepankan sepakbola modern, sepakbola yang dinamis, idealis, namun juga enak dilihat, bukan hanya untuk fansnya tapi juga bagi orang-orang netral,” imbuh Salerno.
Di sisi lain, Pochettino tidak sedang dalam situasi terikat, meski kontraknya di Tottenham masih tersisa sampai 2023. Saat konferensi pers beberapa pekan lalu, pelatih asal Argentina tersebut bahkan 'berencana' hengkang dari London andai musim ini sukses membawa Spurs jadi kampiun Eropa.
“Ini bukan lelucon, mengapa saya harus bercanda? Jika kami memenangkan Liga Champions musim ini, mungkin saya harus berpikir untuk melakukan sesuatu berbeda di masa depan,” ungkapnya seperti diwartakan The Guardian.
Masih menjadi teka-teki apakah Juve bakal memprioritaskan Pochettino atau Sarri. Satu hal yang pasti, jika mengejar salah satu dari dua sosok itu, Si Nyonya Tua harus bersabar karena keduanya masih punya tanggungan memimpin klub masing-masing di final Liga Champions dan Liga Eropa pekan depan.
Opsi-opsi Mentok
Andai ‘kepepet’ tak bisa menghadirkan empat nama beken di atas sampai tenggat pertengahan Juni, Juventus punya sejumlah opsi C. Beberapa sosok yang relatif kalah pamor masuk dalam kategori ini.
Salah satunya adalah Simone Inzaghi. Pelatih berusia 43 tahun itu bukan opsi yang buruk-buruk amat. Meski musim ini gagal membawa Lazio masuk zona Eropa, Inzaghi yang pernah punya pengalaman berkarier sebagai pemain di Italia lebih paham dengan karakteristik Juve ketimbang Guardiola atau Mou.
Hanya saja, Juventus punya dua kendala sekaligus pertimbangan besar jika ingin mendatangkan Inzaghi. Pertama, mereka harus bergerak lebih cepat karena di saat bersamaan AC Milan juga sedang membidik jasa saudara kandung Filippo Inzaghi tersebut. Kedua, Juve harus melakukan perjudian besar karena sebagai pelatih, Inzaghi belum banyak makan asam garam di kompetisi yang jadi target utama mereka musim depan, Liga Champions.
Opsi lain adalah Laurent Blanc dan Antonio Conte. Kendalanya lagi-lagi relatif tak beda jauh, Juventus harus bergerak lebih cepat. Untuk mengamankan jasa Blanc, mereka bakal bersaing ketat dengan AS Roma yang sudah selangkah lebih dekat dengan servis mantan pelatih Timnas Perancis itu. Sementara untuk kasus Conte, saingan terberat mereka adalah Inter Milan, klub yang sedang menggodok klausul ‘menggiurkan’ untuk mantan juru taktik Chelsea tersebut.
Editor: Abdul Aziz