Menuju konten utama

Kasus Mourinho: Kenapa Penggelapan Pajak Sering Terjadi di Spanyol?

Selain divonis penjara selama satu tahun, Mourinho juga harus bayar denda 2,2 juta euro karena kasus terbukti gelapkan pajak

Kasus Mourinho: Kenapa Penggelapan Pajak Sering Terjadi di Spanyol?
Pose Manager Manchester United, Jose Mourinho, dengan latar gelembung busa saat menyeka dahinya sebelum pertandingan sepak bola Liga Inggris antara West Ham United dan Manchester United di London Stadium, Inggris, Sabtu, 29 September 2018. AP Photo / Tim Ireland

tirto.id - Pada Selasa (5/2/2019), Jose Mourinho mengaku bersalah atas tuduhan penggelapan pajak yang ia lakukan saat melatih Real Madrid pada musim 2011-2012. Karena kasus itu, selain mendapatkan vonis penjara selama satu tahun dari pengadilan Spanyol, mantan pelatih Real Madrid itu juga harus membayar denda sebesar 2,2 juta euro.

Bagi Mourinho, kasus tersebut merupakan pukulan kedua yang ia peroleh dalam beberapa bulan belakangan. Sebelumnya, pada 18 Desember 2018, ia dipecat dari jabatan manajer Manchester United karena dianggap gagal mengangkat prestasi tim terbaik di Premier League itu.

Dakwaan kasus penggelapan pajak yang dilakukan Mourinho sebenarnya sudah terjadi pada Juli 2017 lalu. Saat itu ia dinilai menyembunyikan pendapatan dari hak citra sebesar 3,3 juta euro. Dari sana, Kantor Kejaksaan Spanyol kemudian menyelidiki kasus tersebut sampai akhirnya Mourinho mengakui kesalahannya.

“Saya meninggalkan Spanyol tahun 2013 dengan keyakinan bahwa situasi pajak saya sepenuhnya legal,” kata Jose Mourinho saat melakukan pembelaan pada November 2017.

“Beberapa tahun kemudian saya mendapatkan informasi bahwa investigasi sudah dilakukan. Mereka mengatakan bahwa untuk mengatur situasi saya, saya harus membayar jumlah X. Saya tidak menjawab, tidak mendebat. Saya membayar, saya menandatangani surat-surat dengan negara dan kasus dianggap selesai.”

Menurut hukum di Spanyol, karena vonis penjara Mourinho tidak lebih dari dua tahun, vonis itu bisa ditangguhkan, sehingga Mourinho tak perlu menjalani masa hukumannya itu di penjara. Namun sebagai gantinya, ia wajib membayar denda tambahan sebesar 182.500 euro.

Yang menarik, Mourinho sebenarnya bukan satu-satunya pelaku sepakbola di Spanyol yang mendapatkan sanksi karena kasus penggelapan pajak. Sebelumnya, Cristiano Ronaldo, Javier Mascherano, Xabi Alonso, hingga Lionel Messi pernah terjerat kasus serupa. Ronaldo bahkan baru akhir bulan lalu menyelesaikan masalahnya itu. Ia divonis 23 bulan penjara, yang kemudian ditangguhkan dan diganti dengan membayar denda sebesar 18,8 juta euro.

Lantas, bagaimana bisa kasus penggelapan pajak seringkali terjadi di Spanyol?

Aturan Pajak di Spanyol

Menurut Strong Abogados, salah satu firma hukum di Spanyol, pemerintah Spanyol menerapkan kebijakan baru menyoal pajak pada 2005. Untuk menarik minat orang-orang asing berinvestasi atau bekerja di Spanyol, mereka memberlakukan keringanan pajak terhadap warga negara asing: berapa pun pendapatan yang mereka peroleh di Spanyol, mereka hanya akan dikenakan pajak sebesar 24%.

Jika dibandingkan dengan pajak yang dikenakan terhadap penduduk lokal, perbedaan itu tentu sangat signifikan. Bagaimana tidak? Penduduk lokal yang mempunyai pendapatan di bawah 600 ribu euro per tahun dikenai pajak sebesar 24%. Namun, jika pendapatan mereka lebih dari 600 ribu euro per tahun, nilai wajib pajak mereka bisa mencapai 45%.

Yang membikin kebijakan itu semakin menarik bagi warga asing, kebijakan itu ternyata juga hanya berlaku untuk kekayaan yang mereka peroleh di Spanyol. Kekayaan yang mereka peroleh dari luar Spanyol dianggap bebas dari pajak.

David Beckham, yang saat itu bermain untuk Real Madrid, kemudian menjadi orang asing pertama yang menikmati kebijakan itu. Maka kebijakan baru itu pun seringkali disebut dengan istilah "Beckham Law".

Sayangnya, terutama karena krisis moneter yang melanda Spanyol, kebijakan itu mengalami perubahan signifikan pada 2010 lalu: untuk warga negara asing dengan penghasilan lebih dari 600 ribu euro, mereka tak lagi dikenakan keringanan pajak. Itu artinya, mereka harus membayar pajak dengan tarif normal, disesuaikan dengan daerah tempat mereka tinggal.

Dari sana, karena sebagian besar pelaku sepakbola ternama memiliki bayaran lebih dari 600 ribu euro per tahun, mereka tentu mempunyai tanggungan pajak yang kelewat besar -- biasanya lebih dari separuh pendapatan yang mereka peroleh. Dan untuk menghindari pembayaran pajak itu, beberapa pelaku sepakbola lalu memilih “menyamarkan” pendapatan mereka dengan melakukan investasi di luar Spanyol.

Pemerintah Spanyol tahu perbuatan para pelaku sepakbola itu. Mereka kemudian menyelidiki investasi yang dilakukan para pelaku sepakbola di luar Spanyol. Hasilnya, beberapa dari perusahaan itu ternyata perusahaan cangkang [shell company]. Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, hingga Jose Mourinho pun dianggap bersalah karena investasinya itu.

Menurut laporan BBC, melalui perusahaan cangkang yang ia bikin, Ronaldo menggelapkan pajak sebesar 14,7 juta Euro dari 2011 hingga 2014. Sementara Messi tidak membayar pajak sebesar 4,1 juta euro, Mourinho menggelapkan pajak sebesar 3,3 juta euro.

Yang menarik, pada 2015 pemerintah Spanyol ternyata kembali mengeluarkan kebijakan baru menyoal pajak pada tahun 2015: para pelaku sepakbola di Spanyol tidak lagi masuk dalam hitung-hitungan “Beckham Law”. Itu artinya, pendapatan yang mereka peroleh dari luar Spanyol akan tetap dikenai pajak.

Baca juga artikel terkait PENGEMPLANG PAJAK atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Mufti Sholih