Menuju konten utama
Edusains

Jurusan Favorit Tak Menjamin Gaji Tinggi di Dunia Ketiga

Di dunia yang makin pragmatis, pemilihan jurusan kuliah biasanya berpatokan pada kemungkinan gaji. Namun, apakah jurusan populer pasti menjamin gaji tinggi?

Jurusan Favorit Tak Menjamin Gaji Tinggi di Dunia Ketiga
Jurusan kuliah dan proskpek gaji. foto/istockphoto

tirto.id - Banyak orang, khususnya calon mahasiswa dan orang tua, beranggapan bahwa memilih jurusan kuliah yang populer atau "favorit", seperti kedokteran, teknik, atau bisnis, merupakan langkah pasti menuju masa depan cerah.

Ini mungkin masih wajar mengingat jurusan-jurusan tersebut sering kali dikaitkan dengan profesi berpenghasilan tinggi. Namun, apakah kenyataannya sesederhana itu? Apakah memilih jurusan favorit adalah satu-satunya faktor penentu gaji tinggi setelah lulus?

Sukses secara finansial tidak semata-mata bergantung pada jurusan yang dipilih, melainkan juga pada faktor-faktor lain seperti keterampilan, pengalaman, dan peluang industri.

Kenyataan yang Tak Sejalan dengan Harapan

Jurusan kuliah populer, seperti kedokteran, teknik, dan bisnis, memang memiliki daya tarik yang kuat. Seorang dokter sering kali dipandang sebagai profesi mulia dan bergaji tinggi. Begitu pula dengan insinyur atau lulusan bisnis, yang dianggap berpeluang besar untuk bekerja di perusahaan ternama atau bahkan mendirikan usaha sendiri.

Namun, kenyataannya tak selalu sejalan dengan harapan. Jurusan-jurusan tersebut memiliki tingkat persaingan yang sangat tinggi. Artinya, meskipun seseorang berhasil lulus dari jurusan favorit, ia belum tentu langsung mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi.

Para calon mahasiswa sering kali salah perkiraan dalam memilih jurusan. Mereka acap luput dari kemungkinan di lapangan.

Sebuah studi di California pernah membahas sejauh mana mahasiswa perguruan tinggi komunitas mempertimbangkan informasi pasar tenaga kerja dalam memilih jurusan. Sebanyak 376 mahasiswa dimintai tanggapannya perihal itu.

Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki pemahaman yang terbatas tentang pasar tenaga kerja dari berbagai jurusan. Sebanyak 13 persen melebih-lebihkan gaji dan 25 persen meremehkan kemungkinan mendapatkan peluang.

Mahasiswa yang memiliki akses informasi tentang gaji dan peluang kerja untuk setiap jurusan cenderung lebih selektif. Mereka pun sadar akan hasil yang mungkin diperoleh setelah lulus. Hal itu pun mendorong mereka untuk memilih jurusan yang menawarkan prospek karir lebih baik.

Jika mengetahui bahwa jurusan teknik menawarkan gaji lebih tinggi dibandingkan jurusan seni, mereka akan cenderung memilih jurusan teknik.

Faktor lain, seperti lokasi geografis, kondisi ekonomi, dan tren industri, juga memengaruhi peluang kerja dan tingkat penghasilan. Sebagai contoh, seorang lulusan teknik mungkin kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai jika industri tersebut sedang mengalami penurunan.

Salah satu faktor kritis yang sering diabaikan adalah keterampilan yang dimiliki oleh individu. Memilih jurusan favorit memang bisa memberikan dasar pengetahuan kuat, tetapi keterampilan dan kemampuan beradaptasi menjadi penentu keberhasilan seseorang di dunia kerja.

Jurusan kuliah dan proskpek gaji

Jurusan kuliah dan proskpek gaji. foto/istockphoto

Dunia profesional saat ini membutuhkan individu yang tidak hanya berpengetahuan akademis, tetapi juga keterampilan seperti komunikasi, pemecahan masalah, kerja tim, dan melek teknologi.

Seorang lulusan bisnis mungkin khatam ilmu manajemen secara teoretis. Akan tetapi, jika tidak memiliki keterampilan manajerial dan kemampuan negosiasi yang baik, ia mungkin akan kesulitan bersaing di pasar kerja.

Begitu pula seorang insinyur yang tidak menguasai teknologi terbaru atau minim pengalaman praktis. Besar kemungkinan mereka kalah bersaing dengan rekan-rekannya.

Pengalaman merupakan aset yang sangat berharga dalam dunia kerja, bahkan sering kali lebih dihargai dibandingkan gelar akademis atau akreditasi jurusan. Pengalaman kerja memberikan keterampilan praktis dan pemahaman yang mendalam tentang industri, yang tidak diajarkan di ruang kelas.

Banyak industri lebih memperhatikan kemampuan dan pengalaman seseorang dalam menjalani tugas dan tantangan pekerjaan. Mahasiswa kedokteran yang baru lulus jelas memiliki gelar prestisius. Akan tetapi, tanpa pengalaman praktis di rumah sakit atau klinik, ia masih perlu waktu membangun reputasi dan meningkatkan penghasilannya.

Sebaliknya, mahasiswa yang lulus dari jurusan kurang populer tetapi aktif mengikuti magang, pelatihan, atau proyek-proyek jangka pendek, bisa jadi lebih cepat mendapatkan pekerjaan layak.

Tren Pasar yang Maha Membolak-Balikkan Gaji Pekerja

Tidak dapat dimungkiri bahwa peluang industri berperan krusial dalam menentukan tingkat penghasilan seseorang. Dalam dunia yang terus berubah dan berkembang pesat ini, tidak semua industri tumbuh dengan kecepatan sama.

Ada sektor-sektor yang sedang mengalami kemajuan luar biasa, sementara lainnya justru mengalami stagnasi atau bahkan penurunan. Memilih jurusan favorit tidak semata menjamin penghasilan tinggi, terutama jika industri tersebut sedang tidak dalam masa keemasan.

Sebaliknya, jurusan yang dianggap kurang populer bisa jadi menawarkan peluang lebih besar dan menjanjikan, terutama jika bidangnya berkaitan erat dengan industri yang sedang naik.

Pada 2019, Bank Sentral Federal New York pernah mengidentifikasi "bidang studi yang menguntungkan" berdasarkan rata-rata gaji untuk gelar sarjana dan pasca-sarjana. Pada tahun itu, bidang yang dianggap menguntungkan meliputi ekonomi-bisnis, teknik, matematika, komputer, farmasi, dan politik. Sarjana farmasi menjadi bidang yang paling menjanjikan secara gaji, dengan pendapatan sekitar 110.000 dolar AS.

Pada 2024, "arah angin" berubah. Sarjana farmasi anjlok ke peringkat 17 dari segi gaji, berdasarkan laporan Payscale. Jurusan politik pun bernasib sama, tak lagi diminati karena upahnya tak begitu tinggi.

Justru jurusan ekstraktif seperti teknik perminyakan yang kian menjanjikan di 2024. Penghasilan para pekerja di level pemula mencapai 98.100 dolar AS.

Selain itu, jurusan riset dan teknik industri juga mulai diminati berkat penghasilan yang menggiurkan. Pada 2024, gaji bagi pemula bisa mencapai menyentuh angka 101.200 dolar AS.

Di sisi lain, jurusan-jurusan sosial-humaniora, seperti sastra atau seni, bakal menghadapi tantangan besar dalam prospek karier, terutama jika tidak menyesuaikan dengan tren industri.

Namun, bukan berarti kita harus sepenuhnya meninggalkan minat dan renjana (passion). Justru, kuncinya adalah menemukan keseimbangan antara minat pribadi dan potensi industri.

Minat pribadi merujuk pada ketertarikan seseorang terhadap suatu bidang atau aktivitas tertentu, sedangkan potensi industri adalah kemampuan suatu industri untuk berkembang dan berkontribusi dalam perekonomian. Menggabungkan keduanya dapat membantu individu memilih karier atau usaha, yang tidak hanya sesuai dengan minat, tetapi juga memiliki prospek.

Jika seseorang berminat di bidang seni, ia dapat mempertimbangkan untuk mengombinasikannya dengan keterampilan digital, seperti desain grafis atau animasi, yang sedang banyak dibutuhkan di industri kreatif. Dengan begitu, renjana tetap terjaga, peluang karier juga terbuka lebar.

Menyikapi Pilihan dengan Bijak

Keterampilan, pengalaman, dan peluang industri, berperan penting. Karenanya, calon mahasiswa disarankan untuk tidak hanya fokus pada popularitas atau gengsi suatu jurusan, tetapi juga mempertimbangkan minat, bakat, serta tren industri yang relevan.

Kata Stila Maanesh dalam buku Siap Kuliah (2008:34), jika masih ragu memilih jurusan, tidak ada salahnya bertanya ke orang-orang sekitar, orang tua, teman, bahkan diri sendiri.

“Kalau misalnya mereka bilang kamu jago menghitung pembukuan waktu pelajaran akuntansi, bisa jadi, kamu memang punya bakat alami di bidang akuntansi,” tuturnya.

Ketika mempelajari sesuatu yang kita cintai, proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Renjana yang besar terhadap bidang tertentu bisa menjadi motivasi kuat untuk mengembangkan diri dan mencapai prestasi.

Namun, minat saja tidaklah cukup. Dunia kerja modern menuntut lebih dari sekadar pengetahuan akademis. Sebelum memilih jurusan kuliah dengan potensi gaji tinggi, kita perlu mempertimbangkan informasi tentang sektor yang sedang berkembang dan peluang kerja di masa depan.

Kemampuan untuk beradaptasi, berpikir kritis, dan berkolaborasi, sering kali menjadi kunci sukses di berbagai bidang. Kesuksesan finansial tidak hanya bergantung pada jenis jurusan yang dipilih.

Banyak orang sukses secara finansial meskipun latar belakang pendidikan dan kariernya sama sekali berbeda. Kita harus menyadari bahwa dunia terus berubah. Tren industri dan kebutuhan pasar kerja bisa berubah dengan cepat.

Jurusan kuliah dan proskpek gaji

Jurusan kuliah dan proskpek gaji. foto/istockphoto

Ada penelitian menarik dari International Journal of Innovative Research in Technology yang menggunakan teknik pembelajaran mesin. Hasilnya mampu memprediksi gaji dan contoh lulusan terbaik bagi mahasiswa. Analisisnya juga membantu mereka memahami potensi penghasilan usai lulus tanpa memerlukan pengetahuan statistik yang luas.

Lingkup studi tersebut menggunakan teknik penambangan data untuk membandingkan profil mahasiswa saat ini dengan profil dan gaji mahasiswa yang sudah lulus. Data itu juga mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti jenis kelamin, departemen, program, sertifikasi, dan nilai akademik.

Bisa jadi jurusan yang dianggap menjanjikan saat ini tidak lagi relevan di masa depan. Pendidikan tidak berakhir di bangku kuliah; belajar sepanjang hayat adalah kunci untuk tetap relevan dan kompetitif.

Dengan demikian, kesuksesan dan keberhasilan finansial tidak lagi dipandang sebagai hasil dari pilihan jurusan semata, tetapi sebagai buah dari usaha, dedikasi, dan kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Baca juga artikel terkait JURUSAN KULIAH atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Mild report
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Fadli Nasrudin