Menuju konten utama

Jurus Elite Demokrat Mengunci Pesaing AHY di Pilpres 2019

Roy Suryo dan Rachland Nashidik dinilai hendak menghalangi munculnya nama capres dan cawapres di Demokrat selain AHY.

Jurus Elite Demokrat Mengunci Pesaing AHY di Pilpres 2019
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono memberikan paparan seusai pengukuhan Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) untuk Pemilukada 2018 dan Pilpres 2019 di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Sabtu (17/2/2018). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

tirto.id - “Sama sekali tidak ada kunci mengunci di Partai Demokrat. Karena Pak SBY memberikan kesempatan bagi siapapun kader yang bagus [maju di Pilpres 2019].”

Pernyataan itu disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin 26 Februari 2018.

Konteks ucapan Nurhayati adalah Partai Demokrat dan SBY selaku ketua umum tidak akan mengunci nama calon presiden dan calon wakil presiden di Pilpres 2019, selain nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang merupakan putra SBY.

Nurhayati menyebut SBY senantiasa menanyakan kesiapan kader-kadernya untuk maju di Pilpres 2019. Tak terkecuali Gubernur NTB dua periode yang juga Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi.

Nama AHY dan TGB belum menyamai elektabilitas Jokowi dan Prabowo, tapi dalam survei memang kedua nama ini cukup menonjol dibandingkan kader-kader Demokrat lainnya. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada 2 Februari 2018 mencatat elektabilitas TGB sebagai cawapres dari kalangan santri mencapai 13,9 persen. Angka itu berada di bawah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang memperoleh elektabilitas sebesar 32,4 persen.

Sementara angka elektabilitas AHY berada di angka 71,2 persen sebagai cawapres berlatar belakang militer. AHY mengungguli nama mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo yang elektabilitasnya di angka 56,5 persen dan Moeldoko di angka 18 persen.

Rilis survei Populi Center pada 28 Februari 2018 bahkan menempatkan AHY dan TGB dalam bursa capres 2019. Elektabilitas AHY masuk lima besar di angka 0,7 persen. Sementara TGB menempati urutan ke-12 dengan angka 0,3 persen.

Di survei Populi, nama AHY juga masuk dalam lima besar bursa cawapres. Ia menempati urutan keempat dengan perolehan elektabilitas sebesar 5,9 persen, di bawah Gatot, Prabowo, dan Jusuf Kalla. Sementara, TGB menempati urutan ke-15 dengan angka elektabilitas 0,3 persen.

“Artinya keduanya punya peluang maju di Pilpres dari Demokrat,” kata Direktur Eksekutif Populi Center, Usep S Ahyar kepada Tirto, Senin (19/3/2018).

Selain diwacanakan dalam survei, sosok AHY dan TGB juga jadi perbincangan di kalangan partai non-Demokrat. Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani menyatakan TGB layak menjadi cawapres Jokowi di 2019 dari unsur Nahdlatul Wathan. Sebuah organisasi keagamaan yang punya basis massa besar di NTB dan TGB menjadi salah satu tokoh di dalamnya.

Sementara itu, respons baik untuk AHY muncul dari PDIP dan Gerindra. Wasekjen PDIP, Ahmad Basarah menyatakan putra pertama SBY tersebut menjadi salah satu sosok yang masuk bursa kajian cawapres Jokowi dari partainya. Sementara, Wakil Ketua Umum Gerindra, Ferry Juliantoro menyatakan suami Annisa Pohan ini masuk bursa cawapres Prabowo Subianto.

Namun, tidak seperti sikap Nurhayati sebelumnya, dua pengurus teras Demokrat justru menunjukkan sikap dingin saat ditanya bagaimana proses seleksi di internal partai saat nama AHY dan TGB diwacanakan maju di Pilpres 2019.

Wasekjen Demokrat Rachland Nashidik menganggap pertanyaan tersebut sebagai sebuah upaya membenturkan antara AHY dan TGB. “Ada upaya pihak tertentu yang membenturkan TGB dengan AHY. Sorry saya tegaskan tidak mau jawab," kata Rachland kepada Tirto.

Respons bernada serupa juga disampaikan Wakil Ketua Umum Demokrat, Roy Suryo. Ia menilai munculnya nama TGB sebagai upaya memecah belah Demokrat. “Kalaupun ada, (memunculkan nama TGB) mereka hanya menumpang dan ingin memperkeruh suasana,” kata Roy.

"Jadi mereka sangat mengerti fatsun partai.”

Karpet Merah untuk AHY

Pengamat Politik UIN Jakarta Adi Prayitno menilai sikap kedua pengurus teras Demokrat tersebut sebagai indikasi membungkam langkah TGB maju di Pilpres 2019. Menurutnya kehadiran TGB yang menjadi pesaing AHY bagaikan matahari kembar di internal Demokrat.

“Karena kalau dibaca gestur dari Demokrat tadi hanya ingin AHY yang dimajukan. Baik sebagai capres atau cawapres,” kata Adi kepada Tirto.

Sikap Rachland dan Roy menurut Adi juga mengindikasikan keinginan kuat Demokrat mengunci nama capres-cawapres hanya pada sosok AHY. Sebab, TGB memiliki aspek-aspek “ancaman” yang tidak dimiliki AHY, seperti ketokohan agama dan pengalaman menjadi eksekutif. Dua hal yang menurutnya sangat mungkin menarik simpati publik.

"Jadi karpet merahnya hanya untuk AHY. Bukan untuk TGB," kata Adi.

Adi mengatakan sikap Rachland dan Roy yang menegasi peluang kader selain AHY justru dapat berimbas negatif bagi Demokrat.

“Saya khawatir kalau teman-teman Demokrat tidak mau mengonfirmasi apakah TGB atau AHY justru ada friksi di dalam yang coba untuk dimanfaatkan oleh pihak luar," kata Adi.

Pendukung TGB, juga berpeluang melakukan manuver untuk menarik dukungan dari Demokrat. Bila itu terjadi, upaya konsolidasi di internal partai tersebut setelah badai konflik di pengujung periode kedua kepemimpinan SBY akan semakin sulit tercapai.

“TGB kan bisa mengkapitalisasi itu sebagai playing victim. Sebagai orang yang terzalimi dan keluar dari Demokrat. Itu akan merugikan Demokrat. Biarkan saja jangan sampai TGB mental. TGB jangan dibikin hatinya enggak nyaman,” kata Adi.

Sampai saat ini Demokrat belum resmi mendeklarasikan AHY sebagai capres atau cawapres. Namun, panggung untuknya gencar diberikan Demokrat. AHY didaulat menjadi Ketua Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat yang bertugas melakukan safari politik ke sejumlah partai dan tokoh nasional. Ia sudah bertemu dengan Jokowi dan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.

TGB enggan berkomentar soal sikap Roy dan Rachland. Namun ia mengakui ada aspirasi dari masyarakat untuk mendukungnya maju di Pilpres 2019.

“Saya menerima itu sebagai kesyukuran. Berarti ada kepercayaan dari masyarakat. Artinya ada yang menggantungkan harapan. Saya mensyukuri,” ujar TGB.

“Untuk seperti apa ke depannya semuanya kan proses ya”.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Muhammad Akbar Wijaya