tirto.id - Lebih dari 900 peziarah hadir di Kota Larantuka untuk mengikuti Prosesi Jumat Agung nan abadi (25/3/2016) yang berlangsung beberapa hari lagi. Prosesi ini akan ditandai dengan pengarakan Patung Bunda Maria (Tuan Ma), Pelindung Kota Larantuka. Umat Katolik dari seluruh penjuru Nusantara dan mancanegara akan mengikuti prosesi mengelilingi kota kecil di bawah kaki gunung Ile Mandiri ini.
"Kami perkirakan antara 250-300 peziarah yang akan berlayar hari ini dari Pelabuhan Penyeberangan Bolok Kupang menuju Pelabuhan Penyeberangan Waibalun di ujung timur Pulau Flores untuk mengikuti Semana Santa di Larantuka," kata Arnoldus Jansen, Manajer PT Fery Indonesia (Persero) Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Kupang, kepada Antara di Kupang, Selasa. (22/3/2016).
Arnoldus mengatakan jumlah peziarah yang berlayar ke Larantuka hari ini jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan volume keberangkatan para peziarah pada Minggu (13/3/2016) yang mencapai sekitar 900 orang.
"Hari Minggu kita siapkan dua kapal, dan semuanya penuh. Namun kita juga siapkan beberapa armada untuk mencegah terjadinya penumpukan penumpang," tambah Arnoldus.
Arnoldus menerangkan ASDP cabang Kupang sudah menjadwalkan sejumlah pelayaran khusus bagi peziarah yang akan mengikuti Prosesi Semana Santa di Kota Larantuka. Ia mengatakan prosesi Semana Santa ini merupakan agenda tahunan dari pemerintah daerah Flores Timur sekaligus sebagai wisata rohani dalam menarik wisatawan baik domestik dan mancanegara, sehingga tak heran bila jumlah pengunjungnya akan meningkat tiap tahun.
Mery Klau, seorang peziarah yang ditemui Antara bersama keluarganya di atas kapal feri mengatakan, hampir setiap tahun ia bersama keluarganya berlayar ke Larantuka untuk mengikuti prosesi Jumat Agung tersebut.
"Setiap tahun pasti saya tidak ketinggalan untuk ikuti prosesi Jumat Agung ini," kata Mery, warga asal Kefamenanu, Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU).
Sejumlah penginapan di Larantuka bahkan sudah penuh, karena itu, Mery berharap bisa menginap di rumah warga.
Mengenali Prosesi Semana Santa
Prosesi Semana Santa adalah sebuah tradisi sakral dalam agama Katolik untuk memperingati wafatnya Yesus Kristus menjelang hari Raya Paskah. Di Larantuka, kota yang juga disebut sebagai Kota "Reinha Rosari" itu, tradisi Semana Santa telah dilaksanakan sejak 500 tahun lampau.
Sejak abad ke-17, umat Katolik di Larantuka sudah menggelar Prosesi Jumat Agung. Tradisi keagamaan dimulai setelah dinasti ke-11 Raja Ola Adobala dibaptis menjadi awam Katolik oleh Fransisco SJ, seorang imam Katolik asal Portugis pada tahun 1645.
Penguasa Kerajaan Larantuka dari dinasti ke-11 Raja Ola Adobala itu diberi nama Don Fransisco Ola Adobala DVG (Diaz Vieira de Godinho). Don Fransisco Ola Adobala begitu yakin dan percaya kepada Bunda Maria setelah ditemukan sebuah patung (arca) di Pantai Ae Konga Larantuka sekitar abad ke-15.
Saat itu, ia menyerahkan tongkat kerajaan, mahkota dan rosario yang diberikan Pastor Fransisco SJ kepada Santa Maria Reinha Rosari, dan mengatakan "Engkaulah raja kami. Keturunan kami hanya sebagai pelaksana-Mu di dunia ini". Sejak saat itu, tradisi Semana Santa dilaksanakan secara rutin.
Proses Jumat Agung akan diawali dengan perayaan Rabu Trewa kemudian Kamis Putih. Dalam tradisi Gereja Katolik, Kamis Putih dikenang sebagai "Perjamuan Malam Terakhir" antara Yesus Kristus dengan 12 orang murid-Nya, sebelum wafat di Kayu Salib.
Dalam tradisi Semana Santa di Kota Reinha Rosari Larantuka itu, prosesi melalui laut akan dilakukan dengan ratusan kapal motor dan perahu untuk mengantar Patung Yesus yang wafat di Salib (Tuan Meninu) dari Kota Rewido Sarotari menuju Pante Kuce di depan istana Raja Larantuka.