tirto.id - Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menilai razia buku yang terjadi di Padang, Sumatera Barat dan Kediri, Jawa Timur beberapa waktu lalu oleh pihak militer lantaran bertemakan ideologi kiri terlalu berlebihan.
Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji menganggap hal tersebut sebagai wujud menciderai kebebasan dan pengekangan akses masyarakat terhadap pengetahuan.
Ubaid menilai, langkah itu juga keliru, melihat tingkat literasi di Indonesia yang terbilang rendah.
"Indonesia ini negara dengan tingkat literasi yang sangat rendah nomor dua dari belakang. Harusnya pemerintah menggalakkan gerakan literasi, bukan malah memberangus perbukuan dan membungkam kebebasan," ujarnya kepada Tirto, Jumat (11/1/2019).
Ubaid juga menyayangkan sekaligus heran, mengenai razia buku bertema kiri yang selalu muncul pada musim-musim politik. Ia menduga, kalau razia tersebut hanya akal-akalan dengan tujuan yang politis.
"Janganlah. Jangan dibodohi rakyat dengan tontonan politik menebar ketakutan. Beri rakyat harapan dan optimisme," ujarnya.
Menurutnya, seharusnya masyarakat diberi kebebasan dalam mengakses sumber pengetahuan selama dalam konteks untuk pembelajaran. Bukannya malah diseragamkan, dengan merazia sebagian buku.
"Belajar itu harus dari berbagai sumber. Jika ada pembatasan buku, itu bagian dari politik penyeragaman seperti yang terjadi di era Orde Baru. Jangan lah kita bergerak ke belakang. Harusnya maju ke depan dengan belajar dari sejarah masa lampau," tandasnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Maya Saputri