Menuju konten utama

Jokowi Sentil Para Menteri: Kalau yang Enak-enak Saya Tak Diajak

"Kalau yang masalah, yang problem, menteri-menteri itu mesti menghadap ke saya tapi kalau yang enak-enak, tidak pernah mengajak saya," kata Presiden Jokowi.

Jokowi Sentil Para Menteri: Kalau yang Enak-enak Saya Tak Diajak
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) 2022 di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (2/12/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyindir para jajaran menteri yang selalu menghadap jika mengalami kesulitan. Tetapi, saat bersenang-senang Jokowi tidak pernah diajak.

Curhatan itu dilontakan Jokowi bermula ketika membeberkan pentingnya energi hijau dalam melakukan hilirisasi. Tetapi dia mengakui hal itu sulit dilakukan.

"Sulitnya adalah pelaksanaan tapi yang pusing-pusing biasanya diberikan pada saya. kalau yang masalah, yang problem, menteri-menteri itu mesti menghadap ke saya tapi kalau yang enak-enak, kayak kemarin nyanyi-nyanyi, makan-makan tidak pernah mengajak saya," kata Jokowi disambut gelak tawa peserta di acara outlook ekonomi Indonesia 2023 di Jakarta, Rabu (21/12/2022).

Jokowi pun meminta kepada jajarannya agar membuat strategi hilirisasi dalam bentuk sebuah ekosistem yang didukung energi hijau murah. Diharapkan menjadi produk premium bisa bersaing dengan negara-negara lain.

"Ke depan saya sudah minta strategi hilirisasi ini harus dibuat dalam sebuah ekosistem besar apa? didukung oleh energi hijau yang murah. ini akan menjadi produk premium yang kita akan bisa bersaing dengan negara-negara lain," bebernya.

Lebih lanjut, Jokowi menilai perubahan itu harus diikuti sinergi antara fiskal, moneter dan sektor rill. Hal ini diperkuat dengan momentum Indonesia yang mendapat respon positif di mata dunia usai G20. Jokowi berharap Indonesia harus mengejar investasi demi meningkatkan capital inflow.

Di sisi lain, pemerintah memberikan bantuan demi meningkatkan daya beli masyarakat. Beberapa program seperti bantuan sosial dan prakerja dapat menjadi alat untuk meningkatkan daya beli publik.

Selain itu, pemerintah juga mendorong peningkatan ekspor lewat kebijakan hilirisasi. Hal ini terbukti dengan kondisi Indonesia yang neraca perdagangan surplus selama 31 bulan terakhir. Di pun tidak ingin harga energi hijau dipatok di angka 8-12 sen.

Dia menjelaskan Indonesia bisa menghasilkan energi hijau murah. Seperti penghasilan energi hijau berbasis hydropower di Sungai Kayan maupun Sungai Membramo bisa menghasilkan biaya lebih murah dari angka 8-12 sen, bahkan lebih murah dari batubara.

"Hitung-hitungan yang saya pakai, kalkulator yang saya pakai. enggak tahu mungkin berbeda dengan kalkulator Bapak Ibu semuanya bisa mencapai harga 2 sampai 4 sein, yang jauh di bawah batu bara dan kalau sungai-sungai yang lain juga kita lakukan hal yang sama ," bebernya.

"Inilah sebetulnya kekuatan besar kita. dua hal tadi hilirisasi kemudian didukung oleh energi hijau," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait JOKOWI atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Intan Umbari Prihatin