tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuturkan industri retail mengalami penurunan bukan karena hanya pandemi, tetapi akibat kemunculan platform digital. Hal itu disampaikan Jokowi saat menjawab pertanyaan tentang penurunan industri ritel usai meninjau proyek kereta cepat Jakarta-Bandung di Cileunyi, Bandung, Kamis (13/10/2022).
"Di industri retail turun tetapi bukan hanya karena pandemi karena sekarang orang masuk ke platform-platform digital, ke market place dan di antar langsung ke rumah, bebas ongkos kirim," kata Jokowi.
Jokowi mengakui, keberadaan platform teknologi telah membawa perubahan besar di masyarakat. Arus barang menjadi lebih cepat, terutama dalam belanja.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu melihat perusahaan retail perlu mengikuti zaman dan bersaing dengan pihak platform perusahaan teknologi lainnya. Dia juga menilai pengusaha retail perlu berubah dan mengikuti perkembangan teknologi jika ingin bertahan.
"Jadi kalau usaha-usaha retail tidak menyesuaikan dengan perkembangan teknologi, ya itu yang harus dikerjakan oleh mereka," pungkasnya.
Untuk diketahui, Industri ritel pakaian merupakan sektor yang paling terpukul selama pandemi. Pertumbuhannya diperkirakan hanya berkisar 1,5-1,6 persen pada 2020. Sejumlah peritel sektor sandang memang telah melaporkan dahsyatnya dampak pandemi terhadap bisnisnya.
Seperti disampaikan manajemen PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Indonesia. Ramayana melaporkan, pandemi membuat perusahaan harus menutup sejumlah gerai. Pendapatan perusahaan diperkirakan turun antara 51% hingga 75% dibandingkan tahun 2019. Pandemi juga membuat Ramayana harus mem-PHK 421 karyawannya selama periode Januari hingga Juni.
PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) memperkirakan akan ada penurunan pendapatan hingga 25%. Sementara laba bersih diperkirakan turun lebih dari 75%. Matahari sendiri melaporkan belum ada PHK karyawan, tetapi ada 5.623 karyawannya yang dirumahkan. Sebanyak 12.080 karyawan lainnya juga terkena dampak pemotongan gaji.
Hasil Survei Penjualan Eceran pada April 2020 yang dilakukan Bank Indonesia mengkonfirmasi hal tersebut. Secara keseluruhan, penjualan eceran mengalami penurunan, yang terefleksi dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tercatat minus 16,9%.
Angka itu lebih buruk dibandingkan IPR Maret 2020, minus 4,5%. BI mencatat penurunan penjualan terdalam dialami sub kelompok sandang minus 70,9% serta kelompok barang budaya dan rekreasi sebesar minus 48,5%. Pada Mei, penurunannya diperkirakan lebih besar hingga minus 22,9%. Semua kelompok komoditas yang disurvei diperkirakan mengalami kontraksi. Sub Kelompok sandang diprediksi masih mengalami penurunan terbesar hingga minus 77,8%.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Intan Umbari Prihatin