tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan kepada persatuan perusahaan Real Estate Indonesia (REI) pentingnya kehati-hatian dalam membangun dan mengelola hunian. Langkah tersebut perlu dilakukan agar tidak mengalami nasib seperti pengembangan properti besar di China yang ambruk lantaran memiliki utang Rp4.400 triliun.
"Kita tahu di RRT ada perusahaan properti besar yang ambruk yang utangnya ngalahin APBN kita utangnya sampai Rp4.400 triliun. Jangan ditepuk tangani. Utangnya Rp4.400 triliun. Ada di sini yang utangnya sampai segitu?" tanya Jokowi saat memberikan sambutan Munas REI ke XVII Tahun 2023 di Jakarta, Rabu (9/8/2023).
Jokowi pun berharap tidak ada kasus seperti di China. Walaupun begitu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta perlu adanya kontrol dan pembangunan dalam industri properti.
Tidak hanya itu, dia juga berharap REI memanfaatkan peluang kesenjangan kepemilikan perumahan rakyat atau backlog yang mencapai 12,1 juta. Kesempatan menyediakan rumah bagi rakyat sangat besar, karena pertumbuhan kepala keluarga (KK) baru mencapai 700.000-800.000 KK per tahun.
"Kebutuhan kita masih sangat besar, backlog kepemilikan perumahan kita masih 12,1 juta. Ini adalah sebuah opportunity, sebuah peluang, sebuah peluang yang bisa dikerjakan seluruh anggota REI," bebernya.
Kepala Negara menjelaskan industri real estate, properti dan konstruksi di Indonesia termasuk industri yang tangguh, tahan banting dan kompetitif di tengah perlambatan ekonomi global. Industri ini juga memiliki efek multiganda hingga ke 185 sub sektor, mulai dari bahan material, furnitur dan interior, elektronik hingga industri jasa dapat turut bergerak.
"Semuanya industri tersangkut di situ, semen, batu bata, besi, cat, semuanya, kalau industri properti dan real estate bergerak. Furnitur, interior, lampu, kasur, bantal pasti laku karena banyak rumah-rumah baru," ungkapnya.
Industri properti dan real estate juga mencatatkan kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional sebesar Rp2.300 triliun sampai Rp2.800 triliun sepanjang periode 2018-2022 atau sebesar 16 persen. Penyerapan tenaga kerja dari industri properti, real estate dan konstruksi juga mencapai 13-19 juta orang per tahunnya .
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Intan Umbari Prihatin