tirto.id - Presiden Joko Widodo menghadiri kegiatan Global COVID-19 Summit secara virtual di sela-sela acara United Nation General Assembly, Kamis (23/9/2021). Kehadiran Jokowi merupakan undangan pribadi dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk membahas pandemi COVID-19 di dunia.
"Pada kesempatan itu bapak Presiden sebagai salah satu dari empat pimpinan di dunia yang dipilih secara pribadi oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk memberikan masukan bagaimana kita bisa segera mengatasi pandemi COVID-19 ini," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan, Kamis (23/9/2021).
Dalam pertemuan tersebut, Joe Biden menekankan tiga hal. Pertama, seluruh pemimpin dunia harus berkomitmen untuk memvaksinasi warganya secepatnya. Ia menyinggung target WHO bahwa sekitar 40 persen populasi dunia harus divaksin pada 2021 dan 70 persen sudah tervaksin pada 2022 nanti.
Kedua, Biden menekankan pentingnya pemimpin dunia untuk segera menyelamatkan jutaan nyawa manusia di masa pandemi. Biden mengajak pemimpin dunia agar mempersiapkan seluruh alat kesehatan, obat-obatan, dan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam menghadapi pandemi ini karena sudah 4,5 juta orang meninggal akibat COVID.
"Presiden Amerika Serikat menekankan secara khusus mengenai kebutuhan oksigen, kebutuhan sarana testing dan tracing serta kebutuhan obat-obatan di rumah sakit," kata Budi.
Ketiga, Biden mengajak pemimpin dunia untuk membangun masa depan lebih baik. Ia mendorong agar ada arsitektur global pembangunan ketahanan kesehatan dunia. Biden juga mendorong agar negara yang mengalami masalah kesehatan untuk segera dibantu selayaknya negara mengalami masalah keuangan.
Biden pun menekankan setiap negara harus memiliki ketahanan kesehatan yang baik dalam menghadapi pandemi lain di seluruh negara, baik negara maju dan negara berkembang.
Jokowi, kata Budi sepakat dengan pandangan yang disampaikan Biden. Jokowi menekankan perlunya pembentukan sistem ketahanan kesehatan global baru, apalagi melihat sistem kesehatan dunia tidak lagi bersifat lokal setelah melihat pandemi.
"Kalau kita melihat bahwa di sistem keuangan dunia sudah tertata secara global, arsitekturnya dengan baik maka Indonesia merasa perlu bahwa arsitektur sistem kesehatan global juga ditata dengan baik," kata Budi.
Kedua, Jokowi ingin ada sebuah mekanisme global untuk sumber daya kesehatan yang bisa diakses seluruh negara, termasuk negara berkembang dalam menghadapi pandemi maupun krisis kesehatan.
"Indonesia merasa bahwa kita perlu membangun support system kesehatan secara global yang mirip dengan support system keuangan secara global seperti adanya IMF," kata Budi.
Ketiga, Jokowi mendorong penyusunan protokol kesehatan dengan standar agar semua aktivitas global berbasis protokol yang sama. Dengan adanya protokol yang sama, masyarakat dunia tidak perlu kesulitan mengakses ke negara lain.
Di saat yang sama, Jokowi menyatakan Indonesia siap menjadi salah satu negara penyedia industri vaksin dunia, apalagi Indonesia akan menjadi presiden G20 tahun depan. Di sisi lain, Indonesia juga siap dan berkontribusi menyusun sistem keuangan untuk mendukung negara berkembang yang mengalami masalah kesehatan.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto