tirto.id - Presiden Jokowi menyebut Indonesia sangat terlambat dalam pembentukan lembaga pengelola dana abadi atau sovereign wealth fund (SWF) dibanding negara lain. Namun, Jokowi optimistis Indonesia bisa mengejar ketertinggalan.
"Negara seperti Uni Emirat Arab, Tiongkok, Norwegia, Saudi Arabia, Singapura, Kuwait, dan Qatar telah 30 tahun sampai 40 tahun yang lalu memiliki Sovereign Wealth Fund dan telah mempunyai akumulasi dana yang besar untuk pembiayaan pembangunan," kata Jokowi saat memperkenalkan susunan Dewan Pengawas dan Dewan Direksi Lembaga Pengelola Investasi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (16/2/2021).
"Walaupun lahir belakangan, dan tidak ada kata terlambat. Saya meyakini, INA mampu mengejar ketertinggalannya. Dan mampu memperoleh kepercayaan nasional dan internasional," tutur Jokowi.
Jokowi menuturkan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) memiliki peran strategis dalam percepatan pembangunan berkelanjutan. Ia mengklaim INA akan mampu mengoptimalkan aset negara secara jangka panjang dan menyediakan pembiayaan pembangunan nasional.
"Melalui keberadaan INA, kita akan mengurangi kesenjangan kemampuan pendanaan domestik dengan kebutuhan pembiayaan pembangunan. INA akan menjadi mitra strategis bagi para investor baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Agar tersedia pembiayaan yang cukup untuk program pembangunan khususnya program pembangunan infrastruktur nasional," kata Jokowi.
Jokowi pun menjelaskan poin utama dalam semangat INA. Pertama, INA punya dasar hukum kuat lewat Undang-Undang Cipta Kerja. Kemudian INA sudah bekerja secara kelembagaan dan tata kerja sesuai PP 74 tahun 2020.
"Kedua, INA dijamin menjadi institusi profesional yang dilindungi oleh UU dan menggunakan pertimbangan-pertimbangan profesional dalam menentukan langkah-langkah kerjanya," kata Jokowi.
Ketiga, INA dikelola putra-putri terbaik bangsa dan berpengalaman di dunia internasional. Pemilihan para direksi dan dewas berdasarkan kemampuan panitia seleksi dan dibantu para pencari talenta (head hunter) profesional.
Dari poin-poin tersebut, Jokowi optimistis, INA bisa menjadi SWF dunia jika didukung pondasi hukum kuat, dukungan politik, direksi hebat serta jaringan yang kuat. Ia mengatakan pemerintah mendukung INA demi Indonesia Maju.
"Saya bersama jajaran pemerintah, dan juga mengharapkan DPR, BPK, serta lembaga-lembaga negara lain juga mendukung penuh gerak INA ini. Harus inovatif, harus berani mengambil keputusan yang out of the box dengan tata kelola yang baik," kata Jokowi.
"Indonesia harus mempunyai alternatif pembiayaan yang memadai untuk akselerasi menuju Indonesia maju," tutur Jokowi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri