tirto.id - “Where have you gone, Joe DiMaggio? Our nation turns its lonely eyes to you, wo wo wo… what’s that you say, Mrs. Robinson, Joltin Joe has left and gone away, hey hey hey…”
Sepenggal lirik lagu berjudul "Mrs. Robinson" itu mengundang sorak dan tepuk tangan gemuruh puluhan ribu orang di Stadion Yankee, markas klub bisbol New York Yankees. Pada 25 April 1999, musikus Paul Simon menyanyikan lagu ciptaannya di tengah-tengah stadion kebanggaan warga kota New York.
Acara bertajuk DiMaggio Tribute digelar untuk mengenang seorang legenda bisbol AS yang baru meninggal hampir satu bulan sebelumnya. Sang legenda, Joe DiMaggio, dikenal sebagai salah satu pemain bisbol terbaik di dunia.
Tak banyak yang tahu bahwa Paul Simon sebenarnya tak bermaksud menciptakan lagu itu untuk DiMaggio. Awalnya, Simon yang dikenal karena kiprah duo vokalnya dengan Art Garfunkel ingin mengekspresikan kerinduannya terhadap sosok "pahlawan". Lagu "Mrs. Robinson" diciptakan untuk proyek Simon & Garfunkel dalam album ke-4 yang berjudul Bookends (1968).
Lagu ini sempat dirilis sebagai single pada 5 April 1968. Album dan rilisan single itu sukses besar. Secara tak langsung, nama DiMaggio yang disemat dalam lirik menunjukkan bahwa sosoknya memang telah sangat populer pada dekade 1960-an. Padahal, ia sudah pensiun dari karier bisbolnya yang gemilang pada 1951.
Joe DiMaggio memang sosok pahlawan bagi banyak orang, terutama penggemar bisbol. Sebagai pemain bisbol, boleh jadi hampir tak ada yang sanggup melampaui kehebatannya. Jika menilai dari berbagai rekor dan kiprahnya di lapangan pertandingan, catatan milik DiMaggio sudah sangat cukup menjadi bukti.
Giuseppe Paolo "Joe" DiMaggio lahir di California sebagai anak ke-8 dari sembilan bersaudara. Orang tuanya adalah imigran Italia dari daerah Sisilia. Keluarga DiMaggio adalah keluarga nelayan. Karena mendapat kabar soal kemungkinan kehidupan yang lebih baik di Amerika Serikat, mereka memutuskan untuk mencari nafkah di California. Joe kecil bekerja sebagai tukang cuci kapal ikan ayahnya. Pekerjaan ini benar-benar tak disenanginya.
Ayahnya melihat Joe enggan bekerja dan menilainya sebagai pemalas yang tak bisa mengerjakan apa-apa. Joe kemudian mencari pelampiasan di lingkungan sekitar rumahnya. Salah satu kegemaran yang ia temukan adalah mengenal bisbol saat Joe berusia 10 tahun.
Waktu itu, ia masih sekolah di Hancock Elementary. Meski kemudian lanjut sekolah ke Francisco Jr. High, ia tak selesai SMA di Galileo Senior High. Joe justru memutuskan untuk kerja serabutan sambil terus latihan bisbol.
Pada 1931 Joe sudah bermain di tingkat semi-pro, dan tanggal 1 Oktober 1932 ia menjalani debut profesional. Semua berjalan mulus hingga suatu ketika otot ligamen di lututnya cedera parah. Bahkan ada kemungkinan cedera itu bisa menghentikan kariernya yang belum lama dimulai. Beruntung, Bill Essick, pencari bakat klub New York Yankees meyakinkan para petinggi klub untuk melanjutkan kontrak dengan Joe.
Akhirnya pada November 1934, Joe yang baru berusia 20 tahun berhasil lulus tes kesehatan pasca cedera. Yankees jadi juara di akhir musim 1935 dan Joe didaulat sebagai Most Valuable Player (MVP) musim itu.
Rekor dan Monroe
Karir bisbol Joe muda makin moncer. Puncaknya kala ia mencetak rekor hitting streak dalam 56 pertandingan pada 1941. Hingga hari ini, rekor itu belum terpecahkan oleh siapapun. Nama Joe DiMaggio kemudian makin beken di kalangan elite kota New York. Lingkaran pertemanannya yang sejak kecil terbatas pada komunitas nelayan berubah jadi lingkaran selebritas. Ia pun berkenalan dengan aktris dan model ikonis Marilyn Monroe.
Joe sebenarnya telah menikah dengan Dorothy Arnold, aktris film. Dari pernikahan mereka lahir seorang anak laki-laki. Tapi mereka bercerai pada 1944. Perceraian mereka terjadi ketika Joe ditugaskan di United States Air Forces untuk Perang Dunia ke-2.
Sekitar 10 tahun kemudian, Joe bertemu dengan Marilyn Monroe. Saat itu Joe sebenarnya sudah pensiun dari bisbol. Tapi sebagai pemain bintang dengan segudang prestasi dan rekor di sepanjang karier membuatnya tetap terkenal.
Dalam autobiografinya yang berjudul My Story (1974), Monroe mengaku ragu ketika pertama kali bertemu Joe. Ia khawatir Joe akan bertingkah congkak lantaran status selebritas dan pemain bintang dalam cabang olahraga paling populer di seluruh negeri.
Dalam film The Seven Year Itch (1955), Monroe tampil dengan adegan ikonisnya: gaun putih berkibar. Foto itu menjadi salah satu foto selebritas paling populer yang pernah dibuat. Joe langsung tidak senang. Hubungan mereka yang baru dimulai pun langsung dibumbui cemburu berat.
Joe jadi semakin posesif. Media massa bahkan mendapat informasi soal Joe yang mulai menyakiti Monroe secara fisik. Setelah kembali ke Hollywood, Monroe menuntut cerai pada Oktober 1954 setelah hanya sembilan bulan menikah. Delapan tahun kemudian, Monroe meninggal di usia 36 tahun dengan cerita konspiratif yang melibatkan Joe.
Konspirasi itu salah satunya menyebutkan bahwa Joe adalah bagian dari mafia Italia di AS.
"Suatu ketika, Joe terlihat di sebuah restoran Italia. Ia berkumpul bersama orang-orang yang terlibat dalam jaringan yang diduga mafia Cleveland," tulis Michael Seidel dalam Streak:Joe DiMaggio and the Summer of '41 (1988:277).
Meski atlet besar, di sebagian besar masa dewasanya, Joe dikenal sebagai perokok berat. Kebiasaan merokok ini membuatnya menderita kanker paru-paru hingga harus dirawat selama lebih dari 3 bulan di Memorial Regional Hospital. Ia baru kembali ke rumah pada 19 Januari 1999 dan meninggal dua bulan kemudian.
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi