tirto.id - Jemaah haji Indonesia saat ini sedang menjalani masa tunggu menjelang puncak haji, yakni Wukuf di Arafah pada Sabtu, 15 Juni 2024 nanti. Untuk mengisi waktu tunggu itu, banyak di antara jemaah haji yang mengisi waktu luang mereka dengan berbagai aktivitas ibadah.
Ada yang wara-wiri ke Masjidil Haram untuk salat jamaah di sana, menjalani umrah sunnah, ada juga yang memilih beribadah di hotel saja. Bahkan ada pula yang sekadar jalan-jalan berkeliling Makkah menggunakan Bus Sholawat, kemudian makan-makan dan belanja.
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Kiai Afifuddin, mengimbau jemaah menjaga kondisi badannya dengan mengurangi aktivitas di luar ruangan, misalnya ibadah sunnah di Masjidil Haram. Apalagi cuaca di Makkah sedang panas-panasnya, sangat jauh berbeda dengan kondisi panas di Tanah Air.
“Ini supaya mereka siap fisik untuk menghadapi hari wukuf yang penting itu, jangan sampai mereka kita biarkan melakukan apa saja yang membuat mereka sakit,” ujar Kiai Afifuddin usai kegiatan visitasi edukasi (Visduk) di Hotel Al-Hasan (113) wilayah Syisyah, Jumat (24/05/2024).
Saat itu, Afif melakukan bimbingan ibadah dan mengimbau 450 jemaah haji asal Kota Parepare dan Kota Barru, Sulawesi Selatan, tersebut agar tidak sering-sering ke Masjidil Haram setelah menjalani umrah wajib. Ia khawatir kalau terlalu sering keluar itu beresiko akibat fisiknya drop.
“Akhirnya jemaah kita gagal untuk mendapatkan hajinya gara-gara mengerjakan yang sunah-sunah itu, sementara yang wajibnya mereka abaikan nantinya,” kata dia menambahkan.
“Alasan mereka mau pergi salat berjamaah di [Masjidil] Haram. Tapi kami anjurkan supaya jangan terlalu sering pergi, karena di sinilah berjamaahnya. Sesekali boleh pergi," ujar Afifuddin.
Selama Visduk, pembimbing haji juga terus mengintensifkan bimbingan ibadah atau edukasi kepada jemaah haji di hotel-hotel tempat mereka menginap. Setidaknya sudah ada lima hotel jemaah yang didatanginya untuk memberikan bimbingan ibadah.
“Jadi ketika jemaah datang untuk masuk Makkah, jemaah harus umrah wajib dulu. Dua hari setelah datang baru kami datangi untuk memberikan bimbingan, termasuk persiapan puncak haji,” kata dia.
Dalam acara ini, dia memberikan materi tentang ibadah wajib, tentang thawaf dan sai. Selain itu, dia juga memberikan materi tentang apa saja yang harus dilakukan jemaah selama masa tunggu haji di Makkah.
Dengan edukasi ini, Kiai Afifuddin berharap jamaah Indonesia bisa memahami apa saja yang harus dihindari selama masa tunggu di Makkah. Jemaah akan membutuhkan tenaga yang cukup untuk mengikuti proses pelaksanaan Puncak Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
“Ketika jemaah itu tidak paham yang mana yang harusnya dihindari, maka bisa jadi nanti ketika masa tunggu itu mereka melakukan hal-hal yang membuat mereka sakit atau lelah, membuat mereka akhirnya sulit mendapati kondisi di mana mereka akan terhalangi untuk sampai kepada 9 Dzulhijjah hari wukuf itu,” kata dia menegaskan.
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Abdul Aziz