Menuju konten utama

Jejak Malware Komputer Hingga Ransomware WannaCry

Sebelum program jahat atau malicious software (malware) Ransomware WannaCry mewabah luas baru-baru ini, beberapa malware termasuk virus pernah merepotkan dunia sudah sejak lama.

Jejak Malware Komputer Hingga Ransomware WannaCry
Ilustrasi virus komputer. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Jagad internet sedang dihebohkan oleh serangan program jahat Ransomware WannaCry beberapa hari terakhir yang sudah menyebar di 150 negara termasuk Indonesia. Sebelum kejadian ini, dunia sudah beberapa kali dihadapkan dari serangan merugikan dari malware.

Malware seperti Ransomware WannaCry tidak muncul begitu saja. Kemunculan malware berawal dari bentuk yang paling sederhana seperti virus komputer yang semakin hari semakin "licin". Malware dalam bentuk virus sudah diciptakan sejak komputer belum menjadi perangkat yang digunakan secara umum.

Virus komputer misalnya, terjadi pada awal dekade 1970-an. Virus ini bernama “Creeper”, diciptakan oleh seorang pria yang bekerja di Cambridge, Inggris, Bob Thomas pada 1971.

“Creeper” bukanlah virus dalam arti dan tujuan yang sebenarnya. Bob Thomas hanya bereksperimen, membuat program yang mampu menduplikasi dirinya sendiri. Kemampuan seperti inilah yang nantinya menjadi salah satu ciri khas utama virus komputer dan malware lainnya.

Satu dekade berselang, Rich Skrenta, seorang remaja 15 tahun asal Pennsylvania, Amerika Serikat, menjajal sesuatu yang unik untuk dimasukkan ke disk game kesukaannya. Dari sekadar iseng-iseng, hasil karya Skrenta yang kemudian populer dengan nama “Elk Cloner” itu ternyata berdampak cukup serius.

Setiap perangkat komputer dengan sistem operasi Apple II berpotensi terkena serangan “Elk Cloner” yang menyebar melalui floppy disk. Inilah virus pertama yang sebenar-benarnya, pengacau merepotkan yang tersebar liar di alam maya.

Menjelang akhir dasawarsa 1970, ranah digital masih diramaikan oleh virus-virus pengganggu yang sengaja diciptakan dengan tujuan tertentu. Tahun 1987, misalnya, ada virus yang dinamakan “Jerussalem”.

Virus yang bisa menghapus seluruh program di komputer ini bernama “Friday 13th” karena puncak serangannya terjadi setiap Jumat tanggal 13. Barangkali nama inilah yang menginspirasi hadirnya serial horor asal Amerika Serikat dengan judul sama, dirilis pada 1980 dan sempat tayang di Indonesia: “Friday the 13th".

Setahun kemudian, giliran “Morris” atau “Internet Worm” menyebar AS. Salah satu malware ini menginfeksi lebih dari 6.000 komputer di Amerika, termasuk milik NASA. “Morris” termasuk virus yang paling berbahaya karena dapat melumpuhkan semua jaringan yang dirasukinya, kala itu kerugian yang ditimbulkan mencapai angka 100 juta dolar AS

Setelah masa “coba-coba” dan “iseng-iseng”, penciptaan sekaligus peredaran virus komputer semakin masif memasuki milenium baru. Kini, yang terjadi penyebarannya bukan lagi melalui floppy disk atau perangkat eksternal semacamnya, tapi sudah lebih mulus seiring kian dikenalnya internet sebagai keajaiban teknologi informasi terbaru.

Pada 2001, seisi Gedung Putih geger karena website resmi Istana Kepresidenan Amerika Serikat itu terinfeksi virus bernama “Code Red”. Situs whitehouse.gov terkena retas dan sempat membuat pemerintah negeri Paman Sam kelimpungan mengamankan data-data penting mereka.

“Code Red” juga berhasil memasuki jutaan komputer di dunia yang memakai sistem operasi Microsoft Windows NT dan Windows 2000," kata Renee C. Schauer dalam tulisan berjudul “The Mechanisms and Effects of the Code Red Worm” di jurnal SANS Institute (2001) mencatat, kerugiannya menembus angka 2,6 miliar dolar AS!

Infografik Virus Komputer Paling Berbahaya

Salah satu malware yang dikenal paling kejam pernah merebak pada 2004. Malware bernama “MyDoom” ini sanggup dengan cepat menginfeksi komputer dan menyebar melalui email beserta pantulannya tanpa disadari oleh sang pemilik akun. Lebih dari satu juta komputer di seluruh dunia pernah terinfeksi virus ini.

Pada 2008, Amerika terguncang lagi. Kali ini yang berulah adalah malware “Agent.btz”. Malware yang bebentuk Virus pencuri data-data penting dan dokumen rahasia ini bahkan sempat mengacaukan sistem keamanan Pentagon. Reuters pada16 Juni 2011 memuat laporan soal teror dari malware yang dikait-kaitkan dengan perang AS di Irak dan Afghanistan.

Ancaman “Agent.btz” yang juga berjuluk “Virus James Bond” ini memang tidak main-main. Sampai-sampai, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat membentuk unit baru yang khusus menangani serangan siber yakni U.S. Cyber Command. Kubu Amerika Serikat yang bekerjasama dengan Israel kemudian menciptakan virus baru dengan nama “Stuxnet” pada 2010. Pada perkembangannya, virus ini juga digunakan untuk menyerang fasilitas nuklir dan uranium yang dimiliki Iran (Reuters, 24 September 2010).

Malware yang tak kalah jahat muncul pada 2014. Ia bernama “BlackShader” yang menurut penyelidikan FBI diketahui telah menjangkiti 100 negara di dunia. Virus yang mampu mengambil-alih kendali komputer atau perangkat yang telah terinfeksi ini diciptakan oleh 5 orang yang sedang bermasalah dengan FBI.

“BlackShader” menyebar luas lintas benua, dari Amerika, Eropa, Afrika, Asia, bahkan Australia, berkat kontribusi oknum-oknum tertentu dari seluruh dunia. The Guardian (19 Mei 2014) melaporkan, lebih dari 100 orang dari 16 negara telah ditangkap karena diduga kuat menyebarkan virus berbahaya ini.

Kini, malwrae dengan label Ransomware WannaCry yang telah menyerang tidak kurang dari 150 negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Para penebar malware Ransomware WannaCry meminta uang tebusan dalam bentuk bitcoin jika ingin terbebas dari penyanderaan data pada komputer yang terpapar. Umumnya rumah sakit yang terkena adalah mereka yang tak menambal kelemahan pada sistem operasi komputernya. Sehingga malware seperti virus hingga worm dan lainnya bisa menyerang.

Jadi, kejadian beberapa hari ini yang menghebohkan dunia soal Ransomware WannaCry bukan sesuatu yang mengherankan. Ini karena malware dengan segala bentuknya sudah lama hadir semenjak manusia sudah berteman dengan komputer, persoalannya apakah manusia mau belajar dan waspada dari pengalaman yang sudah ada.

Baca juga artikel terkait RANSOMWARE WANNACRY atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Teknologi
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Suhendra