Menuju konten utama

Jejak Loyalitas La Nyalla kepada Prabowo Lewat PSSI & Timnas

La Nyalla Mahmud Mattalitti mengaku diperas Prabowo Subianto, tokoh yang dibelanya dalam Pemilu 2014 saat menjabat Wakil Ketua Umum PSSI.

Jejak Loyalitas La Nyalla kepada Prabowo Lewat PSSI & Timnas
La Nyalla Mattalitti (tengah) mengendarai Vespa menuju kantor DPD Partai Demokrat Jatim di Jalan Raya Kertajaya Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/7). ANTARA FOTO/Didik Suhartono

tirto.id - Partai Gerindra resmi mengusung pasangan Syaifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno sebagai Cagub-Cawagub Jawa Timur 2018. Sebelum resmi merapat ke pasangan yang diusung PDIP ini, Gerindra sebetulnya memberikan penugasan kepada salah satu bakal calon untuk dapat memenuhi syarat agar dapat dimajukan pada Pilkada Jatim: La Nyalla Mahmud Mattalitti.

Surat bernomor 12-0036/B/DPP-GERINDRA/Pilkada/2017 menugaskan Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jawa Timur ini mengkonsolidasikan partai lain agar dapat merapat ke Gerindra. La Nyalla diberi batas waktu hingga 20 Desember 2017 untuk--salah satunya--mengintensifkan komunikasi ke PAN yang ketika itu belum memberikan sikap politik apapun.

Surat mandat yang dikirim langsung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto ini akhirnya dikembalikan. La Nyalla tidak mampu memenuhi keinginan partai, meski mengaku terus berupaya menjalin komunikasi politik dengan PAN. Ia kemudian menyerahkan "semua keputusan politik kepada Partai Gerindra."

Semua nampak seperti proses politik biasa sampai Kamis (11/1) kemarin, La Nyalla buka suara soal apa yang ada di balik komunikasi antara dirinya dan Gerindra. Apa yang tidak diketahui publik selama ini. La Nyalla mengatakan bahwa ia diminta uang Rp200 miliar oleh Prabowo.

La Nyalla menyanggupi, karena menurutnya uang sebesar itu bukan masalah sama sekali. Namun La Nyalla ingin agar rekomendasi sebagai Cagub Jatim keluar sebelum ia membayar.

"Saya tidak mau di depan, saya maunya di belakang. Saya mau urusan saya semuanya selesai dulu, baru saya dikatakan kalau disuruh bayar saya bayar," katanya di Tebet, Jakarta. "Saya sudah pertegas kepada pak Prabowo, kasih kesempatan saya, keluarkan dulu surat rekomendasinya kemudian saya kumpulkan rekan-rekan pengusaha muslim saya untuk membantu," katanya lagi.

Dalam acara tersebut La Nyalla jelas mendiskreditkan Gerindra dan Prabowo, meski ia -- menurut pengakuannya sendiri -- adalah kader partai berlogo kepala burung garuda sejak 2009. Ia, misalnya, mengatakan bahwa Gerindra partai yang "enggak jelas".

Sepakbola, PSSI, La Nyalla dan Prabowo

Sikap La Nyalla kemarin bisa dibilang merupakan titik balik loyalitasnya kepada Prabowo, sesuatu yang telah ia buktikan terutama pada Pemilihan Presiden 2014 lalu. La Nyalla, ketika itu Wakil Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), terang-terangan mendukung Prabowo-Hatta.

Padahal jelas sekali bahwa PSSI sama sekali tidak ada kaitannya dengan ajang tersebut.

Pada 23 Juni 2014, akun @pssiofficial mencuit: "KAMI BERTEKAD MENJADI #MACANASIA" dengan sisipan lambang garuda merah di bagian atas. Kita semua tahu, macan asia dan garuda merah adalah semboyan dan logo yang dipakai Prabowo-Hatta. Belum lagi beberapa waktu sebelumnya akun yang sama mencuitkan ulang (RT) akun resmi Indra Sjafri, ketika itu pelatih Timnas U-19.

"Pemimpin yang mampu membawa bangsa ini menjadi berwibawa dan berdaulat #Prabowo-HattaNomor1," tulis akun @indra_sjafri.

Laman Panditfootball ketika itu merespons dengan menurunkan artikel "PSSI Jadi Alat Kampanye?" Di sana disebutkan La Nyalla tidak mengakui akun @pssiofficial sebagai akun resmi PSSI. "Tapi anehnya, sejumlah keputusan vital seperti pembahasan sanksi Komisi Disiplin (Komdis) PSSI tertera di akun tersebut. Demikian pula dengan berita yang menyangkut tim nasional Indonesia," tulis mereka.

Akun ini sekarang sudah ditutup. Cuitan terakhirnya berbunyi: "Sesuai petunjuk Bapak Waketum @LaNyallaMM1 akun ini stop beroperasi. Pernyataan resmi PSSI via sosmed dialihkan ke @PSSI__FAl." Kalimat bahwa penutupan akun adalah karena "petunjuk La Nyalla" jadi indikasi bahwa akun tersebut memang ada dalam rentang pengaruh La Nyalla.

Ketika itu juga beredar foto La Nyalla dan sejumlah pengurus PSSI yang sedang mengacungkan jari telunjuk, sebagai simbol nomor pasangan Prabowo-Hatta, dengan latar logo PSSI. La Nyalla juga memegang bola putih yang bergambar karikatur Prabowo.

Meski tidak ada kaitan secara langsung, akan tetapi ketika itu beberapa mantan pemain Timnas dan Persib Bandung juga mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo-Hatta. Menurut mereka "Pasangan Prabowo-Hatta punya program olahraga dalam visi misinya".

Beberapa atlet tersebut di antaranya Roby Darwis, Yusuf Bahtiar, Dadang Kurnia, Max Timisela, dan Encas Tonif. Bekas skuat Timnas PSSI ikut nimbrung di antaranya Rully Nere, Bambang Nurdiansyah, Zulkarnaen Lubis, Dede Sulaiman, dan Mundari Karya.

La Nyalla sendiri adalah satu dari tiga anggota Direktur Penggalangan tim kampanye Prabowo Subianto-Hatta Radjasa yang ditetapkan pada Mei 2014. Ketika itu ia memilih cuti dari jabatannya dengan alasan melindungi sepakbola dari kepentingan politik praktis.

"Saya ingin memulai tradisi di PSSI untuk tidak menggunakan sepak bola sebagai alat dan kepentingan politik praktis," katanya, 26 Mei 2014.

Namun hal tersebut tidak mengubah persepsi publik bahwa PSSI sempat digunakan untuk kepentingan pemenangan Prabowo-Hatta. Ketika itu, misalnya, di Twitter ramai tagar #TolakPolitisasiSepakBola.

La Nyalla adalah pimpinan PSSI hasil konflik internal. Dua kubu yang mengklaim sebagai pewaris sah PSSI dari Hurdin Halid berkongres. Ada PSSI kubu Djohar Arifin Husin dan kubu Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI). Yang disebutkan terakhir memandatkan La Nyalla sebagai ketua. Persis setelah itu mereka enggan disebut KPSI dan memilih nama PSSI.

Puncaknya pada 17 Maret 2013. Melalui kongres bersama, ditetapkan bahwa Djohar Arifin Husin jadi ketua PSSI, sementara La Nyalla jadi Wakil Ketua. La Nyalla kemudian jadi Ketua Umum PSSI ke-15 pada April 2015 melalui voting dalam Kongres Luar Biasa PSSI yang digelar di Surabaya.

Baca juga artikel terkait PSSI atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Politik
Reporter: Rio Apinino
Penulis: Rio Apinino
Editor: Rio Apinino