Menuju konten utama

Jejak Karier Moeldoko dan Kontroversi Jam Tangan Mewah

Moeldoko merupakan KSAD tersingkat karena hanya menjabat selama tiga bulan terhitung dari Mei 2013 hingga Agustus 2013.

Jejak Karier Moeldoko dan Kontroversi Jam Tangan Mewah
Moeldoko saat masih menjabat Panglima TNI. ANTARA FOTO/Saptono/Spt/15

tirto.id - Jenderal (Purn) Moeldoko dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Rabu (16/1/2017). Ia menggantikan posisi yang sebelumnya diduduki Teten Masduki.

Sebelum ditunjuk sebagai KSP, peraih Adhi Makayasa 1981 ini mengawali kariernya di TNI Angkatan Darat sebagai Komandan Peleton 1A Yonif Linud 700/BS Kodam VII Wirabuana dan mengakhirinya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.

Selama perjalanan kariernya, pria kelahiran Kediri 8 Juli 1957 ini kerap meraih penghargaan. Tercatat, ada sembilan penghargaan dari pemerintah Indonesia, Polri, dan PBB. Moeldoko juga pernah ikut dalam sejumlah operasi di antaranya Operasi Seroja di Timor Leste pada 1984 dan Konga Garuda XI/A tahun 1995.

Di tengah perjalanan tugas militernya, suami Koesni Harningsih ini acap kali menjadi pemimpin. Ia pernah menjadi Pangdam Tanjungpura dan Siliwangi sebelum menjabat KSAD. Saat menjabat KSAD, dia merupakan KSAD tersingkat karena hanya menjabat selama tiga bulan terhitung dari Mei 2013 hingga Agustus 2013.

Puncak karier di TNI diterimanya saat ditunjuk Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Panglima TNI pada 30 Agustus 2013.

Saat Joko Widodo menjabat sebagai presiden, ayah dari Randi Bimantoro dan Joanina Rachma ini masih dipercaya sebagai Panglima TNI hingga dia purna tugas pada 8 Juli 2015. Ia kemudian digantikan Jenderal Gatot Nurmantyo.

Mulai Aktif Berpolitik

Selepas lengser dari posisi Panglima TNI, Moeldoko sempat rehat sejenak dari hiruk pikuk politik. Pada Desember 2016, Moeldoko mulai tancap kaki di dunia politik praktis lewat Partai Hanura. Ia ditunjuk Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Hanura mendampingi Wiranto.

Empat bulan setelah masuk partai, Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) versi Munas kubu OSO. HKTI kubu OSO ini merupakan kubu hasil konflik pada Munas 2010 dan merupakan tandingan dari HKTI kubu Prabowo Subianto.

Usai menjadi Ketua Umum HKTI, peraih gelar doktor ilmu administrasi dari FISIP UI ini terlihat mulai banyak tampil di depan publik. Puncaknya, Moeldoko didaulat Presiden Joko Widodo menjadi perwakilan keluarga Jokowi untuk menyampaikan sambutan dalam acara resepsi pernikahan Kahiyang Ayu-Bobby Nasution pada 9 November 2017.

Penunjukan Moeldoko sebagai perwakilan keluarga membikin spekulasi dirinya bakal digadang Jokowi buat maju sebagai calon wakil presiden pada 2019. Saat isu belum mereda tepatnya dua bulan setelah mewakili keluarga Jokowi, Moeldoko ditunjuk Jokowi menjadi Kepala Staf Kepresidenan ketiga sepanjang pemerintahan Jokowi-JK.

Kontroversi Jam Tangan

Di balik karier militernya yang cemerlang, Moeldoko tak lepas dari kontroversi. Pada April 2014, Moeldoko sempat terserempet kontroversi jam tangan mewah yang diberitakan media asal Singapura. Jam tangan yang dipakai Moeldoko disebut-sebut seharga Rp1 miliar.

Berita dari negeri singa itu membikin Moeldoko naik pitam. Ia sempat membanting jam tangannya itu di depan sejumlah wartawan. Moeldoko dengan tenang menyebut, jam yang dipakainya merupakan tiruan alias palsu dan dibelinya seharga Rp4,7 juta.

Jam yang dimaksud media Singapura itu adalah jam tangan merek Richard Millie tapi palsu. Merek jam tangan ini mengingatkan kita pada jam tangan milik Setya Novanto yang terungkap di Pengadilan Tipikor Jakarta. Jam tangan milik Novanto itu merupakan hasil pemberian dari Johanes Marliem dan Andi Agustinus sebilai 135 ribu dolar AS atau setara Rp1,3 miliar.

Baca juga artikel terkait RESHUFFLE KABINET atau tulisan lainnya dari Mufti Sholih

tirto.id - Politik
Reporter: Mufti Sholih
Penulis: Mufti Sholih
Editor: Mufti Sholih