tirto.id - Aktor kawakan Tio Pakusadewo kembali terkena kasus penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Ia kembali dijerat kasus narkoba dan masih diperiksa oleh Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya hingga hari ini.
Pihak kepolisian menangkap Kanjeng Raden Tumenggung Irwan Susetyo Pakusadewo alias Tio Pakusadewo beserta barang bukti 3 bungkus plastik klip yang masih berisikan sabu, 1 buah gawai, dan seperangkat alat konsumsi sabu seperti bong, cangklong, dan sejumlah korek api gas.
Direktur Reserse Tindak Pidana Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Pol Suwondo Nainggolan enggan menceritakan bagaimana proses penangkapan atau pengungkapan kasus yang melibatkan artis pemenang aktor utama terbaik versi Festival Film Indonesia (FFI) 2009 tersebut.
"Benar, benar," jelas Suwondo ketika ditanyakan soal tertangkapnya Tio terkait penggunaan narkoba.
Menurut pihak kepolisian, status Tio sudah dijadikan tersangka dan dijerat dengan pasal 114 ayat (1) subsider Pasal 112 ayat (1) lebih subsider Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Peristiwa ini bukanlah kali pertama Tio berurusan dengan narkoba. Di pertengahan dekade 90-an, ia pernah terjebak pusaran narkoba hingga 15 tahun. Ia sempat bebas dari jeratan narkoba selama beberapa bulan dan menjalani proses rehabilitasi.
"Kemudian saya berhenti sehingga hidup saya menjadi lebih ringan, lebih cerah, senang menghadapi banyak hal," ungkap Tio saat menghadiri acara pemusnahan minuman keras (miras) di Mapolres Jaksel, Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/5/2017).
Pria yang terjun di dunia layar lebar di usia 24 tahun ini mempunyai kemampuan akting yang mumpuni. Dimulai dari debut filmnya Bilur-Bilur Penyesalan(1987), wajah Tio selalu menghiasi layar kaca perfilman Indonesia.
Lahir pada 2 September 1963, Tio dikenal sebagai aktor kawakan yang telah memulai karier di dunia perfilman sejak lebih dari dua dekade lalu.
Namun, ia baru mulai dikenal publik usai berperan dalam film Cinta dalam Sepotong Roti arahan sutradara Garin Nugroho pada 1990. Aktor yang masih kerabat dekat Pakualaman ini dikenal sebagai bintang film muda penuh talenta kala itu.
Karir perfilmannya semakin menanjak ditandai dengan perolehan Piala Citra di Festival Film Indonesia pada 1991 atas perannya sebagai komponis idealis dalam film Lagu Untuk Seruni (1991).
Setelah menggapai kegemilangan karier, Tio justru terjebak dalam berbagai masalah pribadi dan narkoba yang membuat karirnya menurun pada pertengahan dekade 90-an.
Tio sempat muncul kembali ke dunia perfilman pada 2004 melalui film Virgin, meski tidak terlalu mendapat sambutan positif.
Sejak saat itu, Tio makin sering muncul di dunia perfilman melalui Berbagi Suami (2006), Quickie Express (2007), Lastri (2008), Pintu Terlarang (2009).
Ia pun meraih kembali Piala Citra untuk Aktor Terbaik pada Festival Film Indonesia 2009 atas perannya di film Identitasarahan sutradara Aria Kusumadewa.
Pada 2016, ia kembali berperan dalam Surat dari Praha karya Angga Dwimas Sasongko dimana ia beradu peran dengan Julie Estelle. Film ini terinspirasi dari kisah kehidupan para pelajar Indonesia di Praha yang tidak bisa kembali akibat perubahan situasi politik Indonesia tahun 1966 pasca Gerakan 30 September dan karya musik Glenn Fredly sebagai elemen utama cerita.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri