Menuju konten utama

Jangan Buang Makanan Kedaluwarsamu!

Makanan-makanan yang telah melewati tanggal kedaluwarsa biasanya berakhir di tempat sampah dan menambah angka limbah makanan. Padahal, belum tentu makanan-makanan itu tak layak makan.

Jangan Buang Makanan Kedaluwarsamu!
Petugas Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengecek tanggal kadaluarsa makanan. [ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko]

tirto.id - Pernah membeli sebungkus roti tawar yang masa kedaluwarsanya biasanya hanya berselang tiga atau empat hari? Banyak dari kita yang kemudian membuang roti itu jika sudah melewati tanggal kedaluwarsanya sehari saja. Padahal, terkadang kondisi roti itu masih layak makan, meski rasanya tak senikmat saat hari pertama dibawa pulang.

Tanggal kedaluwarsa memang dibuat produsen untuk menjamin rasa dan kualitas suatu produk. Untuk kasus roti tadi misalnya, tanggal kedaluwarsa bukanlah penentu ia masih bisa dimakan atau tidak. Jika roti itu disimpan di dalam bagasi mobil yang panas dan pengap, dalam sehari atau dua hari saja mungkin ia sudah keras dan berjamur.

Tetapi coba simpan roti itu di dalam lemari es. Ia akan bertahan lebih lama dari tanggal kedaluwarsa. Begitupun dengan jenis makanan lain seperti susu, daging, telur, keripik kentang, dan bahan makanan dalam kemasan lainnya. Tak sedikit dari mereka yang berakhir di tempat sampah padahal masih sangat layak untuk dimakan.

William Reid, seorang pembuat film di Amerika Serikat, hanya menghabiskan $2,75 atau sekitar Rp35 ribu per tahun untuk belanja makanan. Seluruh bahan makanan di dapurnya diperoleh dari tempat sampah. Mungkin ini terdengar menjijikkan, tetapi William berkontribusi dalam meminimalkan limbah makanan.

William juga melakukan itu dengan kesadaran akan persoalan lingkungan dan pangan, bukan karena alasan tak punya uang. “Banyak orang membeli makanan, lalu membuangnya. Saya lalu mencari mana yang masih bisa dimakan,” katanya dalam video singkat yang dibuat Huffingpost.

Oleh karena kebiasaannya itu, William dijuluki dumster diver atau penyelam bak sampah. Meskipun ia tak perlu sampai masuk ke dalam tempat sampah untuk mendapatkan makanan.

Dari tempat-tempat sampah itu, William mendapatkan banyak sekali bahan makanan, mulai dari sayuran, daging, susu, tepung, hingga buah-buahan. Di dalam bak sampah, kata William, banyak sekali makanan-makanan yang masih terbungkus rapi dengan plastik. Beberapa makanan juga ada yang belum kedaluwarsa. Atau kalaupun ada yang kedaluwarsa, rasa dan baunya belum berubah.

Melihat pola hidup William, mungkin banyak yang mengira ia akan sering terkena penyakit karena bak sampah adalah sumber kuman dan kotoran. Tetapi tidak, selama menjalani pola hidup itu, William mengaku sehat-sehat saja.

“Saya tak pernah sakit karena makanan yang saya makan ini,” katanya. Ia tergerak untuk mengais makanan layak makan dari bak sampah setelah berpartisipasi dalam sebuah gerakan yang peduli pada limbah makanan.

Dalam laporan yang dirilis Harvard Food Law and Policy Clinic, setidaknya 40 persen makanan di Amerika Serikat tidak dimakan dan berakhir menjadi sampah setiap tahunnya.

Jika seluruh sisa makanan di restoran, di rumah-rumah, di resepsi pernikahan, di supermarket seluruh dunia dikumpulkan selama setahun, beratnya akan mencapai 1,3 miliar ton. Harga seluruh makanan yang terbuang ini menyentuh angka $1 triliun.

Menurut Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN), seperempat dari total makanan yang terbuang ini bisa memenuhi seluruh kebutuhan makanan 800 juta orang yang kelaparan. Ya, hanya seperempatnya saja.

Feri Kusnandar, Ketua Departemen Ilmu dan teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) memberikan perincian tentang makanan kedaluwarsa. Dia menjelaskan, periode sebelum tanggal kedaluwarsa adalah periode yang menurut produsen merupakan masa di mana produk bersangkutan berada dalam kondisi masih layak untuk dikonsumsi dari segi mutu maupun keamanan.

Penentuan tanggal kedaluwarsa umumnya didasarkan pada kriteria mutu. Produsen bisa saja mencantumkan jangka waktu tanggal kedaluwarsa yang lebih pendek agar sampai ke tangan konsumen kualitasnya masih terbaik, meskipun bisa jadi produk tersebut sebenarnya masih layak dan aman dikonsumsi.

Masa kedaluwarsa juga sangat ditentukan oleh kondisi proses, kualitas bahan baku yang digunakan, kondisi penyimpanan, dan jenis kemasan yang digunakan. Menurut Feri, umur simpan produk dapat lebih panjang dengan mengendalikan faktor-faktor tersebut. Misalnya, dengan menurunkan suhu dan RH penyimpanan, menggunakan kemasan yang lebih kedap, dan menggunakan bahan baku berkualitas.

“Hal ini berarti tidak tidak ada batas yang mutlak terhadap umur simpan, tergantung dari bagaimana produsen mengendalikan kondisi-kondisi yang memengaruhinya,” kata Feri.

Akan tetapi, hukum Indonesia tidak membenarkan perdagangan makanan kedaluwarsa. Dalam Peraturan Pemerintah No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan Peraturan Pemerintah No. 28/2008, disebutkan bahwa setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang sudah kedaluwarsa.

Itu mengapa apa yang dilakukan Pizza Hut dan Marugame Udon—jika memang investigasi Tempo dan BBC benar dan akurat—tetap melanggar hukum, meskipun ada kemungkinan tidak berbahaya bagi kesehatan.

Terlepas dari itu semua, untuk mengurangi limbah makanan, setiap elemen masyarakat bisa ikut berkontribusi dengan melakukan hal-hal sederhana. Salah satunya dengan tidak langsung membuang makanan kedaluwarsa. Coba dulu rasanya, cium aromanya, perhatikan teksturnya, jika masih baik-baik saja, silakan menikmatinya.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti