tirto.id - Ada yang baru dari Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Indonesia (UI) melalui jalur Seleksi Masuk UI (Simak-UI) tahun 2019. Selain tes akademik, panitia juga meminta kepada seluruh peserta untuk menulis esai.
Sebelumnya, ujian seleksi terpadu masuk UI hanya mencakup tes kemampuan dasar (Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris) dan kemampuan IPA (Matematika IPA, Biologi, Fisika, Kimia) atau kemampuan IPS (Ekonomi, Sejarah, Geografi, dan Sosiologi) saja.
Kepala Kantor Humas dan Keterbukaan Informasi Publik Universitas Indonesia Rifelly Dewi Astuti mengatakan bahwa penulisan esai tersebut dikhususkan untuk pendaftar Simak jalur reguler, paralel, dan vokasi. Nantinya, tes yang diselenggarakan tanggal 21 Juli 2019 itu digunakan untuk melihat soft skill dan pemahaman terhadap kehidupan dari calon peserta didik.
“Kira-kira bisa menggambarkan orang tersebut terhadap toleransi, saling menghormati, begitu,” tutur Rifelly. Namun, Rifelly mengatakan saat ini panitia belum menentukan model esai yang akan digunakan dalam proses seleksi tersebut.
Lazim di Kampus-Kampus Luar negeri
Menulis esai untuk proses seleksi masuk universitas memang bukan hal yang umum di Indonesia, tapi kerap diminta oleh kampus-kampus di luar negeri.
Mariella Ardiyanti (28) menceritakan pengalamannya saat melalui proses seleksi di Glasgow Caledonian University, Skotlandia jurusan Food Bioscience. Kala itu, ia diminta untuk menulis motivasi mengambil jurusan yang dia ambil.
“Aku cerita bahwa food itu kan kebutuhan setiap orang di seluruh dunia. Semua orang butuh makanan, dan dengan teknologi yang udah ada, kita bisa provide makanan berkualitas dengan harga yang murah, misal susu UHT, shelf life bisa lama, harga terjangkau, gizi dapat,” ungkap Mariella.
Dalam esainya, Mariella juga memaparkan bahwa masih banyak makanan yang dapat direkayasa dengan teknologi, karena menurutnya dengan semakin paham tentang pangan, dia akan menghasilkan produk yang lebih baik di pasar. Selain menulis tentang jurusan yang ia ambil, Mariella juga memaparkan alasannya memilih Glasgow Caledonian University.
“Itu dulu aku nulisnya karena universitas itu memberi tawaran untuk kesempatan magang, itu kesempatan bagus buat praktik secara lapangannya sekalian. Enggak cuma ilmu secara teori,” tutur Mariella.
Bagaimana Menulis Esai yang Baik?
Seorang artis Indonesia, Tasya Kamila pernah membagikan tip menulis esai di kanal Youtube-nya. Dalam video tersebut, Tasya menceritakan pengalamannya saat menulis esai kala mendaftar program beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk S2 di Columbia University, New York.
Dalam menulis esai tentang rencana studi, Tasya mengatakan bahwa ia menuliskan dengan rinci.
“Aku nulisnya komprehensif. Aku bagi di dalamnya ke beberapa bagian, yang pertama latar belakang dan motivasi, kenapa aku pilih jurusan yang aku pengin. Kalau aku sendiri nulisnya diawali dari tantangan yang dihadapi Indonesia untuk bidang yang aku tekuni, bagaimana di Indonesia membutuhkan ahli yang aku tekuni itu,” tutur Tasya dalam videonya.
Selain itu, Tasya juga mengungkapkan tentang program studi yang ia ambil dalam esainya serta rencana mata kuliah yang hendak ia ambil, dan rencana pasca studi. “Di sini aku tulis, setelah S2 aku tulis apa saja yang akan aku lakuin,” ungkapnya.
Selain Skotlandia, negara yang memberlakukan sistem penerimaan menggunakan esai adalah Amerika Serikat. Dalam artikel berjudul “The College Application Essay: A Rhetorical Paradox” (PDF) yang ditulis oleh Karen Surman Paley, esai merupakan momok bagi siswa menengah tingkat akhir di Amerika.
Dalam artikel tersebut, Paley menyampaikan bahwa pertanyaan esai telah menimbulkan kecemasan berlebih pada para siswa. Mereka khawatir tentang seberapa banyak cerita diri yang bisa mereka sampaikan. Tak jarang, mereka merasa tidak percaya diri terhadap hal-hal yang mereka ungkapkan dalam esai tersebut, misalnya tentang penggambaran diri sebagai manusia dan kualitas diri.
Padahal, sebenarnya, salah satu alasan kampus-kampus di Amerika Serikat menerapkan tes esai adalah untuk mengetahui kemampuan analisis seorang pendaftar serta kepribadiannya. Maka, seharusnya, tes esai bukanlah sebuah hal yang menyeramkan, karena di situ siswa bisa menjadi diri sendiri.
Salah satu kesalahan dari siswa adalah persepsi bahwa dalam menulis esai harus sempurna. Padahal, persepsi tersebut justru menjadi penghambat bagi mereka.
Janet Morrissey, dalam artikel berjudul “How to Write a Good College Application Essay” yang dimuat The New York Times, mengatakan bahwa esai yang digunakan untuk seleksi perguruan tinggi tak sekadar menceritakan tentang semua yang telah dilakukan si penulis, tapi juga tentang pandangan tentang dunia dan ambisi-ambisinya.
Dalam menulis esai, seorang siswa sebaiknya memaparkan tentang karakter diri, minat, nilai-nilai hidup, pengalaman, serta pandangan tentang dunia. Tak perlu takut juga untuk memberi bumbu humor dalam tulisan agar tak terlalu kaku.
Jika punya beragam komunitas sosial, ceritakanlah aktivitas di komunitas itu dan peran positif Anda. Sebutkan pula tentang kegiatan kursus atau kegiatan non akademik lain yang relevan dengan program studi yang diincar, sebab hal itu menunjukkan minat Anda pada studi yang bersangkutan.
Selain itu, tulis juga alasan memilih kampus tersebut sebagai tempat belajar. Anda bisa menjelaskan kurikulum yang mereka gunakan, lingkungan sosial di kampus tersebut, lokasi kampus, pengajar di sana, atau sejarah yang memengaruhi pilihan anda.
Meski Anda bisa menambahkan humor, hindari kata kasar dalam penulisan esai. Selain itu, gunakan tata bahasa bahasa yang baik untuk menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang siap kuliah.
Editor: Maulida Sri Handayani