Menuju konten utama

Jangan Biarkan Kosmetik Jadi Sarang Penyakit

Berbagi pakai kosmetik dapat menularkan ragam bakteri dan virus ke tubuh.

Ilustrasi produk kosmetik. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Pernahkah Anda mencoba lipstik atau kosmetik lain di jajaran kotak contoh sebelum membeli? Atau berbagi pakai bersama teman dan saudara? Berhati-hatilah, karena ternyata ragam bakteri dan virus bisa menular dari kebiasaan seperti itu.

Jo Gilchrist, perempuan Australia berusia 27 tahun, pada 2015 harus menerima kelumpuhan karena tertular infeksi MRSA. MRSA adalah jenis bakteri staphylococcus aureus yang resisten antibiotika methicillin. Bakteri tersebut menular melalui kuas make up temannya yang memiliki infeksi staphylococcus di wajah. Staphylococcus akhirnya menyerang tulang belakang Gilchrist. Penyakit itu masuk melalui [luka] jerawat yang ada di wajah.

“Sakit di punggung mulanya biasa, tapi berkembang menjadi lebih sakit dari melahirkan. Lalu kaki saya mulai mati rasa, saya pikir akan segera mati,” kata Gilchrist.

Baca juga: Terjerumus Memakai Kosmetik Palsu

Terkadang, bakteri staphylococcus tak berbahaya memang hidup di kulit orang sehat. Tapi, sebagian kecil orang, yakni sekitar dua persen, memiliki versi tahan antibiotik. Ada kemungkinan Gilchrist termasuk versi yang terakhir, di mana sistem kekebalan tubuh tidak dapat melawan bakteri staphylococcus.

“Saya tidak tahu bisa jadi seburuk ini, karena sebelumnya saya sering berbagi pakai kosmetik dengan teman-teman. Dan semuanya baik-baik saja,” kenangnya dengan muram.

Selain lumpuh, Gilchrist juga tak bisa mengendalikan fungsi usus atau kandung kemihnya. Kini ia tengah berjuang melawan bakteri yang telah menghancurkan tulang belakangnya dengan menjalani perawatan dan terapi fisik. Setidaknya saat ini Gilchrist telah mampu berdiri dan berjalan selama dua jam sehari.

Baca juga: Produk Fermentasi Bikin Resisten Antibiotik

Kosmetik Sarang Penularan Pantogen

Selain bisa tertular bakteri, seperti yang dialami Gilchrist, berbagi kosmetik juga bisa menularkan virus, contohnya herpes. Virus ini tak hanya bisa ditularkan dengan kontak kulit dan aktivitas seksual, akan tetapi juga melalui cairan tubuh seperti ludah orang terinfeksi di handuk, gelas, sendok, garpu, dan produk kosmetik seperti lipstik.

Secara global, diperkirakan sebanyak 67 persen orang terinfeksi virus herpes simpleks (HSV-1), tapi mereka tak sadar. Karena herpes bisa bersembunyi bertahun-tahun di jaringan tubuh dan tak selalu muncul di kulit. Herpes dapat menyebabkan lecet pada bibir dan sekitar mulut hingga sepuluh hari. Lipstik dan sikat make-up yang menyentuh bagian wajah dapat menyebarkan infeksi ke orang lain.

Untungnya, herpes merupakan jenis virus yang rapuh dan hanya bertahan di luar tubuh selama sepuluh detik. Tapi ia bisa juga bertahan lebih lama di lingkungan yang hangat dan lembab. Lalu sekitar dua sampai empat jam pada perantara plastik, krom, dan air.

Baca juga: Faktor Risiko Kanker Serviks Bukan Cuma Seks

src="//mmc.tirto.id/image/2017/11/14/Kosmetik-Sarang-Bakteri--Virus--MILD--Nadya.jpg" width="860" alt="Infografik Kosmetik Sarang Bakteri dan Virus" /

Sejatinya, para ahli mikrobiologi telah mengetahui hubungan antara produk kecantikan dan patogen sejak pertengahan tahun 1940-an. Saat itu bedak yang terkontaminasi bakteri clostridium tetani menyebabkan kematian bayi yang baru lahir. Lalu pada tahun 1960-an dilaporkan kosmetik terkontaminasi patogen oportunistik lainnya. Termasuk salmonella, klebsiella pneumoniae, dan pseudomonas aeruginosa.

Produk kosmetik mendukung pertumbuhan mikroba karena terdapat nutrisi di dalamnya. Rehab M Mahmoud Eldesoukey dkk., dalam jurnal Enzyme Engineering 2016 meneliti kontaminasi kosmetik di Arab Saudi. Ia menggunakan 67 sampel kosmetik tradisional dan modern. Produk yang dianalisis secara mikrobiologis menunjukkan bahwa salmonella adalah isolat dominan sebanyak 76 persen di dalam kosmetik.

Disusul infeksi bakteri staph mencapai 57 persen dari isolat utuh, sedangkan kejadian staph

aureus masing-masing 43 persen dan 16 persen dari sampel utuh dan bekas. Sedangkan e.coli ditemukan dalam kadar rendah pada sampel utuh dan bekas masing-masing 0,02 persen dan 0,04 persen.

Untuk menghalau pertumbuhan mikroba, sejatinya produsen kosmetik telah memberi bahan pengawet pada produknya. Tapi kontaminasi tetap bisa terjadi ketika pengguna memakai aplikator atau jari tidak steril. Atau, kosmetik tidak disimpan dengan baik, misal diletakkan di tempat hangat dan lembab seperti kamar mandi.

Baca juga: Hati-hati Timbal dalam Lipstik

Apalagi seringkali kuas dan sikat dibasahi terlebih dulu sebelum dipakai dengan tujuan membuat eyeshadow lebih menempel. Kondisi ini berpotensi mendorong pertumbuhan bakteri lebih cepat. Kontaminasi pada maskara dan eyeliner juga dapat membuat mata mengalami iritasi, kemerahan, berair, dan paling ekstrim, yakni kebutaan.

Untuk itu, jagalah agar produk kosmetik Anda tetap bersih, gunakan aplikator tunggal, jangan berbagi pakai atau malah menjajal contoh kosmetik sebelum membelinya.

Baca juga artikel terkait KOSMETIK atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Zen RS