tirto.id - Apa kamu gemar mencoba-coba lipstik, maskara, atau eyeliner di jajaran sampel produk toko sebelum membelinya?
Atau mungkin kamu senang berbagi produk dengan teman dan saudaramu?
Hati-hati, ya! Ternyata, kebiasaan itu bisa menularkan bakteri dan virus.
Jo Gilchrist, ibu muda asal Australia, pada 2015 mengalami kelumpuhan akibat terinfeksi MRSA.
MRSA adalah jenis bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik methicillin. Bakteri itu menular melalui kuas riasan temannya yang terinfeksi Staphylococcus di wajah.
Pada Gilchrist, Staphylococcus menyerang tulang belakangnya setelah masuk melalui luka jerawat di wajah.
“Sakit di punggung mulanya biasa saja, tapi berkembang jadi lebih sakit daripada melahirkan. Lalu kakiku mulai mati rasa, kupikir aku bakal mati,” papar Gilchrist.
Terkadang, bakteri Staphylococcus tak berbahaya memang hidup di kulit orang sehat. Akan tetapi sebagian kecil populasi, sekitar dua persen, punya versi yang tahan antibiotik. Kemungkinan Gilchrist masuk dalam persentase kedua, yang sistem kekebalan tubuhnya tak kuat melawan bakteri Staphylococcus.
“Aku tidak mengerti bisa jadi seburuk ini, karena sebelumnya aku sering berbagi pakai kosmetik dengan teman-teman. Dan semuanya baik-baik saja,” kenangnya dengan muram.
Dalam kondisi sakit, Gilchrist jadi kesulitan mengendalikan fungsi usus atau kandung kemih. Ia perlu menjalani perawatan obat-obatan dan terapi fisik untuk melawan bakteri yang sudah menghancurkan tulang belakangnya ini.
Selain bisa tertular bakteri seperti dialami Gilchrist, berbagi pemakaian kosmetik juga bisa menularkan virus seperti herpes.
Virus ini tak hanya ditularkan lewat kontak kulit dan aktivitas seksual, melainkan juga melalui cairan tubuh seperti ludah orang yang terinfeksi di kain handuk, gelas, sendok, garpu dan produk kosmetik seperti lipstik.
Di seluruh dunia, WHO memperkirakan 3,7 miliar orang atau 67 persen populasi terinfeksi virus herpes simpleks (HSV-1). Sayangnya, banyak yang tidak menyadari hal ini, sebab ia bisa bersembunyi bertahun-tahun di jaringan tubuh dan tak selalu muncul di kulit.
Untungnya, herpes merupakan jenis virus yang rapuh dan hanya bertahan di luar tubuh selama sepuluh detik. Tapi ia bisa juga bertahan lebih lama di lingkungan yang hangat dan lembab. Lalu sekitar dua sampai empat jam pada perantara plastik, krom, dan air.
Dilansir dari tulisan Amreen Basheer di The Conversation, pakar mikrobiologi sudah lama menyorot kaitan antara produk kecantikan dan patogen sejak pertengahan tahun 1940-an.
Kala itu, muncul ingar-bingar bahwa bedak yang terkontaminasi bakteri Clostridium tetani bisa menyebabkan kematian bayi baru lahir. Lalu pada dekade 1960-an dilaporkan kosmetik terkontaminasi patogen oportunistik lainnya termasuk Salmonella, Klebsiella pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa.
Produk kosmetik bisa mendukung pertumbuhan mikroba karena terdapat nutrisi di dalamnya.
Rehab M. Mahmoud Eldesoukey dan timnya dalam studi yang terbit di jurnal Enzyme Engineering (2016) pernah meneliti tentang kontaminasi kosmetik di Arab Saudi. Mereka memakai 67 sampel kosmetik tradisional dan modern.
Persentase itu disusul oleh infeksi bakteri Staph sekitar 57 persen dari isolat utuh, sedangkan kejadian Staph aureus masing-masing 43 persen dan 16 persen dari sampel utuh dan bekas.
Bagaimana dengan bakteri Escherichia coli yang biasa hidup di usus kita dan hewan-hewan? Ia juga ditemukan dalam kadar rendah pada sampel utuh dan bekas masing-masing 0,02 persen dan 0,04 persen.
Produsen kosmetik memang sudah menambahkan bahan pengawet pada untuk menghalau pertumbuhan mikroba. Kendati demikian, kontaminasi tetap bisa terjadi karena pemakaian aplikator atau jari yang tidak steril. Atau, kosmetik tidak disimpan dengan baik, misal diletakkan di tempat hangat dan lembab seperti kamar mandi.
Masih melansir artikel Basheer, kontaminasi pada pengoles maskara dan celak (eyeliner) bisa menimbulkan gejala seperti mata iritasi, kemerahan, berair dan paling ekstrem kebutaan.
Jadi, jangan lupa jaga koleksi kosmetikmu agar tetap bersih! Biasakan pakai aplikator tunggal dan hapus kebiasaan berbagi kosmetik atau menjajal produk-produk uji coba di toko.
* Artikel ini pernah tayang di tirto.idpada 18 November 2017. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk keperluan redaksional Diajeng.
Editor: Zen RS & Sekar Kinasih