tirto.id - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menginformasikan bahwa jalur laut bisa menjadi alternatif tercepat untuk pengiriman bantuan ke Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Palu dan Donggala serta sekitarnya terdampak berat akibat gempa besar beruntun—salah satunya dengan magnitudo 7,4—serta tsunami pada 28 September 2018 lalu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah sementara pengungsi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala mencapai 16.732 jiwa. Mereka tersebar di 24 titik. Data ini merupakan hasil pantauan sampai Minggu siang, 30 September 2018.
Para pengungsi di Palu, Donggala dan sekitarnya, sesuai data BNPB, saat ini sangat membutuhkan beragam jenis bantuan. Kebutuhan mendesak para pengungsi itu: BBM, Air minum, Tenaga medis, obat-obatan, rumah sakit lapangan, Tenda, terpal, selimut, veltbed, Bahan Makanan, Water tank, Alat penerangan, Genset, Dapur umum, Kantong mayat, Kain kafan serta Makanan bayi dan anak.
Direktur Kenavigasian Kemenhub, Sugeng Wibowo menyatakan Bandara SIS Al-Jufrie memang sudah bisa melayani penerbangan komersial sejak 30 September 2018. Akan tetapi, baru 2000 meter runaway di bandara itu bisa dioperasikan karena sebagian landasan masih rusak. Bandara ini baru bisa melayani penerbangan pesawat jenis non jet yang menggunakan baling-baling. Jam operasional bandara Palu ini juga terbatas, yakni dari pagi sampai sore saja.
Karena itu, dia merekomendasikan penggunaan jalur laut untuk keperluan mendesak seperti pengiriman bantuan.
"Perintah pak Menteri Perhubungan [Budi Karya Sumadi] agar pemberian bantuan dilakukan melalui sisi laut, karena masih menjadi jalur yang paling cepat," ujar Sugeng di Kantor Kemenhub, Jakarta pada Minggu (30/9/2018).
Sugeng menyebut bahwa jalur laut tercepat ke Palu dan Donggala ialah pelayaran dari Kalimantan, khususnya Samarinda dan Balikpapan.
"Bantuan bisa masuk lewat laut baru dari situ. Tapi, bantuan dari Bitung kemarin sore sudah berangkat, kapal yang saat ini kabarnya sudah di atas (wilayah) Tolitoli mudah-mudahan besok bisa sampai," ujar Sugeng.
"Pelabuhan Donggala dapat disandari kapal dengan ukuran relatif 60 an meter, sebab dermaganya sisa panjangnya 50 meter setelah ambruk," Sugeng menambahkan.
Kapal Patroli KN Pasatimpo dari Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Bitung, kata Sugeng, sudah bertolak dari pelabuhan Amurang menuju pelabuhan Donggala pukul 15.15 WITA hari ini untuk mengirim bantuan ke Donggala dan Palu.
Sugeng mencatat kapal itu memuat bantuan berupa air mineral 370 karton, mie instan 125 karton, ikan kaleng 4 karton, biskuit 4 kaleng, pembalut wanita 5 box, pakaian dalam wanita 15 lusin.
Lalu, bantuan juga diangkut KN Miang Besar dari Samarinda. Kapal ini membawa 5942 item bantuan, terdiri dari sembako, obat-obatan, selimut, peralatan ibadah, tikar, tenda, dan pakaian. Sedangkan KN Gandiwa berangkat dari Bitung menuju Donggala mengangkut relawan dan logistik.
Selain itu, menurut Sugeng, KRI Makassar berangkat pada hari ini pukul 20.00 WITA dari Pelabuhan Makassar menuju Pelabuhan Pantoloan, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu. Kapal ini mengangkut para pasukan, relawan, alat berat, dan logistik bantuan untuk para pengungsi.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom