tirto.id - Seorang pria kulit hitam dengan rambut gimbal bertanya, “Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa terkenal?”
Pria kulit putih yang ditanya itu lantas menjawab menjawab, “Empat tahun. Enam untuk bisa jadi kaya.”
Fragmen adegan itu ada dalam film Basquiat, film fiksi biografis yang bercerita tentang pelukis flamboyan asal Brooklyn, Amerika Serikat, Jean-Michel Basquiat. Pelukis yang besar karena jasa ikon kebudayaan populer Andy Warhol ini masih punya pengaruh penting, bahkan setelah ia meninggal.
Pada Kamis (18/5) lalu, salah satu lukisan Basquiat yang dibuat tanpa judul (1982) terjual dengan nilai fantastis mencapai $110,5 juta. Penjualan itu membuat ia menjadi jajaran pelukis Amerika dengan nilai jual sangat tinggi, lukisan itu menjadi penting tidak hanya karena nilai jualnya yang tinggi, tapi juga menjadi penanda bahwa seni kontemporer Amerika masih diminati oleh kolektor seni Dunia.
Oliver Barker, petinggi rumah lelang Sotheby cabang Eropa, menyebut bahwa penjualan karya “Untitled” oleh Basquiat membuatnya masuk dalam “Jajaran pelukis adi karya,” dan penilaian Barker memang tidak salah. Setidaknya menurut miliuner asal Jepang Yusaku Maezawa yang membeli karya Basquiat itu.
“Aku bahagia mengumumkan bahwa aku telah memenangkan sebuah mahakarya,” kata Yusaku. Ia mengaku terpukau saat pertama kali melihat karya Basquiat ini, dan ingin membagi pengalamannya kepada orang banyak.
Pembelian karya Basquiat yang dibuat pada 1982 itu berlangsung selama 10 menit saja. Perang tawar menawar terjadi antara Yusaku dan pembeli lain. Menariknya, ini bukan karya pertama Basquiat yang dibeli oleh Yusaku. Sebelumnya, ia pernah membeli karya lain Basquiat dengan nilai lebih dari $50 juta.
Yusaku Maezawa dikenal sebagai pemilik industri teknologi, fashion, dan musisi yang berusia 41 tahun. Kedua karya Basquiat yang ia beli rencananya akan dipajang di museum pribadi miliknya yang dibangun di Chiba, Jepang.
“Tapi sebelum itu terjadi, saya ingin menyewakan karya ini—yang sebelumnya tak pernah dilihat publik lebih dari 30 tahun—untuk institusi dan ekshibisi di seluruh dunia,” katanya dalam pernyataan resmi yang dipetik New York Times. Ia berharap karya penting Basquiat ini akan menginspirasi banyak generasi berikut untuk membuat karya seni yang lebih baik lagi.
Tentang Basquiat
Jean Michel Basquiat lahir di Brooklyn Amerika Serikat dari seorang akuntan keturunan Haiti, yang memulai perjalanan seninya dari membuat mural dan grafiti di jalanan hingga membuat karya seni yang dipamerkan di berbagai galeri dunia. Ia meninggal pada Jum'at 12 Agustus 1988 di kediaman pribadinya di East Village. Ia meninggal pada usia 27 tahun karena overdosis heroin. Ini disampaikan oleh agen resminya Vrej Baghoomian.
Pada mulanya bersama karib bernama Al Dias, Basquiat memulai menggambar di atas kertas lantas di jalanan dengan simbol SAMO. Karya-karyanya di jalanan menarik perhatian Harvey Russack yang kemudian menawarinya pekerjaan. Saat pertemanan Basquiat dan Diaz berakhir, ia juga mengakhiri proyek SAMO dan membuat grafiti bertuliskan "SAMO IS DEAD", di dinding gedung Soho pada 1979. Baru pada tahun berikutnya Basquiat bertemu dengan Warhol di mana ikon kebudayaan populer Amerika Serikat itu jatuh cinta pada kejeniusan karyanya.
Menariknya Vrej Baghoomian menyebut seumur hidup Basquiat tak punya pendidikan resmi terkait seni rupa. Seni yang dibuat Basquiat dikategorikan sebagai ekspresionisme baru yang muncul sebagai respons atas modernisme akhir atau pascamodernisme awal yang muncul pada akhir tahun 1970an. Para perupa aliran ini kerap dijuluki sebagai Neue Wilden (Yang Liar). Selain Basquiat beberapa nama lain Michael Hafftka, Ouattara Watts dan perupa Irak Ahmed Al Safi termasuk di dalamnya.
Dalam obituari yang dimuat di New York Times, disebut bahwa kritikus seni banyak mengapresiasi karya Basquiat karena pemilihan warna, keseimbangan antara spontanitas dan kendali, serta konsep kritik sosial yang ada dalam lukisannya. Saat hidup karyanya dipamerkan di the Annina Nosei Gallery dan the Mary Boone Gallery. Beberapa karya awal lukisannya terjual dengan nilai $25.000 hingga $50.000. Padahal, ia pernah hidup miskin tanpa uang sama sekali di jalanan.
Sebagai seniman, Basquiat dikenal memiliki perilaku keras dan perfeksionis. Ia beberapa kali menghancurkan karya-karya yang dianggapnya kurang bermutu. Pada laporan lain di New York Times disebutkan ia pernah menyiram buah kering dan kacang ke kepala seorang makelar lukisan.
Dalam esai panjang di New York Magazine, disebutkan, dalam keadaan giting parah, Basquiat pernah mendatangi seorang bandar narkoba dan membeli narkoba dengan nilai 300 dolar. Saat keluar ia melukis iblis berwajah banteng di depan pintu si bandar. Tanpa menyadari nilainya, si bandar menolak menjual pintu itu dan menyimpan pintu bergambar lukisan Basquiat di gudang.
Karya lukisan Basquiat yang fenomenal memiliki penggemarnya sendiri. Sebelum Yusaku Maezawa, ada beberapa lukisan Basquiat yang terjual dengan nilai tinggi. Misalnya "Dustheads," lukisan dua figur dengan latar kanvas hitam, yang merupakan karya Basquiat termahal yang terjual dengan nilai $35 juta pada 2013. Lukisan ini dibeli oleh Tony Shafrazi, salah satu penjual karya Basquiat di awal karirnya.
Karya tanpa judul lain dari Basquiat dibuat pada 1981 disebut oleh balai lelang Christie sebagai karya seminalnya. Lukisan dengan karakter tunggal yang seolah memegang tiga anak panah dan pedang dengan latar oranye dan kuning. Dengan kata seperti "lead", "Tar" dan simbol mahkota hitam yang jadi ciri khas Basquiat.
Lukisan ini merupakan transisi antara seorang seniman jalanan menjadi salah satu ikon kebudayaan populer Amerika paling terkenal setelah Warhol. Lukisan ini terjual dengan nilai $34.885.000 pada 2014.
Persahabatannya dengan Andy Warhol juga memiliki nilai jual sangat mahal. Foto ganda yang diambil bersama Andy Warhol dalam kostum petinju terjual dengan sangat mahal dengan nilai $30.000 pada 1985. Namun, segala kekayaan dan kesuksesan Basquiat ini membuatnya semakin gandrung mengkonsumsi heroin hingga akhir hayatnya.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Maulida Sri Handayani