tirto.id - Banjir Jakarta atau Jakarta floods menjadi topik hangat dan diberitakan sejumlah media internasional. Accu Weather menyebut banjir Jakarta yang menerjang saat Tahun Baru ini merupakan banjir terburuk dalam beberapa tahun. DW melaporkan banjir Jakarta mematikan karena menewaskan 21 orang hingga Kamis (2/12/2020) pagi.
Hujan deras sejak malam Tahun Baru, Selasa (31/12/2019) memicu banjir di Jakarta dan menyebabkan ribuan orang mengungsi ke tempat penampungan sementara karena diprakirakan hujan lebat akan terus terjadi. The Guardian melaporkan, banjir setidaknya menewaskan 21 orang dan ribuan lainnya mengungsi.
Kematian sebagian besar terjadi karena hipotermia, tenggelam, dan tanah longsor, sebagian juga terjadi karena tersengat listrik, demikian menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kamis pagi.
Hampir 30.000 warga Jakarta dievakuasi ke tempat penampungan sementara. Hujan diprakirakan akan terus terjadi hingga Kamis hari ini.
PLN telah mematikan listrik di ratusan kabupaten di Jakarta. Banjir juga menyebabkan penutupan sementara landasan pacu di Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta, dengan penerbangan dialihkan ke Bandara Soekarno Hatta.
DW menyebut, banjir yang terjadi pada Tahun Baru ini adalah banjir terburuk yang melanda ibu kota Indonesia sejak 2013.
Sebelumnya, lebih dari 50 orang tewas dalam salah satu banjir paling mematikan di Jakarta pada 2007. Kemudian lima tahun lalu, sebagian besar pusat kota juga terendam air.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan, penyebab utama banjir tersebut karena curah hujan yang mencapai 377 mm. Curah hujan tersebut cukup tinggi dan panjang dari biasanya.
Sebenarnya, kata Basuki, dampak dari curah hujan yang cukup tinggi itu bisa ditanggulangi asalkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melaksanakan programnya dengan cepat yaitu melakukan normalisasi sungai Ciliwung. Sebab, kata dia, saat ini Anies baru melakukan normalisasi sepanjang 16 kilometer (km) dari total 33 km, demikian seperti dilansir Antara.
Di sisi lain, Basuki bilang, daerah di sekitar sungai yang sudah dinormalisasi tidak terkena banjir sama sekali. Sementara wilayah yang banjir itu adalah wilayah yang belum dinormalisasi.
Penyebab lain dari banjir se-Jabodetabek ini, kata Basuki adalah tertundanya pembangunan dua bendungan kering, yakni bendungan Ciawi dan bendungan Sukamahi.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengatakan persoalan banjir di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor dan berbagai daerah lainnya ini disebabkan oleh kerusakan ekosistem dan ekologi.
"Karena ada yang disebabkan oleh kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada tapi juga ada yang memang karena kesalahan kita yang membuang sampah di mana-mana, banyak hal," kata Jokowi seperti dilansir Antara.
Untuk itu, Jokowi bilang, perlu untuk membangun kerja sama antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota guna menyelesaikan persoalan ini.
Editor: Agung DH