tirto.id - Siapa mau jadi perempuan yang mampu berdiri di atas kaki sendiri alias berdikari? Tentunya kita senang apabila dapat menghasilkan uang sendiri. Membuat usaha atau berbisnis bisa menjadi opsi untuk mewujudkannya.
Dilansir dari laman Kominfo, partisipasi perempuan Indonesia di sektor kewirausahaan terus meningkat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 mengemukakan, perempuan mengelola 64,5 persen dari total usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia atau sekitar 37 juta unit UMKM dengan proyeksi tahun 2025 mencapai total nilai sebesar 135 miliar dolar.
Temuan ini menunjukkan betapa pengusaha perempuan—populer dengan istilah womenpreneur—memiliki peran strategis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam wawancara daring dengan diajeng beberapa waktu silam, Prita Ghozie, Principal Consultant & CEO ZAP Finance memberikan banyak masukan bagi perempuan yang mau mulai berbisnis agar kelak usahanya tidak berisiko gagal.
“Pertama, sebagai pelaku kita harus menentukan mau bisnis apa. Bisnis ini bisa saja sesuatu yang memang sudah lama kita jalankan tetapi sekarang kita mau membuat badan usahanya sendiri atau memang mau membuat sesuatu yang baru," jelas Prita.
Ia melanjutkan, "Otomatis, bila sesuatu yang baru, kita harus bisa menerima risiko yang lebih besar kalau misal terjadi kegagalan.”
Lalu, bagaimana caranya kita menentukan bisnis yang akan dibuat?
Terkait hal ini, kita bisa belajar dari pengalaman menarik Cempaka Asriani, Founder & CEO SARE Studio. SARE Studio adalah chic, conscious, and comfortable fashion brand dengan produk utama homewear dan underwear untuk seluruh keluarga.
“Berdiri sejak 2015 sebagai side job karena aku masih bekerja fulltime di Dewi—majalah mode dan gaya hidup premium terdepan di Indonesia—sebagai fashion editor. Saat itu aku baru menikah, dan berencana bila sudah punya anak mau bisnis sendiri karena lebih fleksibel. Tapi, bisnis apa?" papar ibu satu putra ini.
“Salah satu peluang yang keluar adalah kategori baju tidur. Setelah di-list down semua peluang usaha yang ada, mengerucut lagi ke mencari satu konsep fashion brand yang tidak mengikuti tren. Sesuatu yang klasik, versatile, dan bertahan lama."
Cempaka melanjutkan, "Dari situlah opsinya sudah mulai mengerucut ke baju tidur, karena personally aku orangnya suka tidur, dan suka ritual sebelum tidur termasuk pakai piama yang matching. Kombinasi antara mencari peluang, plus apa yang memang aku suka dan passionate di situ, dan apa yang aku pahami.”
Apabila kita sudah berhasil menentukan jenis bisnis yang akan dibuat, Prita menambahkan, “Baik sekali bila kita mampu menentukan detail seperti jumlah jam kerja, target dari usaha, dan lainnya. Setelah itu, kita perlu paham tentang perencanaan usaha itu sendiri.”
Perencanaan usaha ini sebenarnya cukup banyak yang harus dipikirkan. Mulai dari mau dagang atau bisnis, apakah mau berjalan sendiri atau punya teman kongsi, sampai pada plan untuk keuangan usaha.
Nah, saat masuk ke plan untuk keuangan usaha, penting untuk kita miliki draf rencana keuangan bisnis.
Rencana keuangan bisnis ini biasanya memuat berapa banyak modal yang kita butuhkan, bagaimana performa atau proyeksi dari cash flow.
Selanjutnya, apa saja fondasi yang perlu kita miliki untuk dapat mengelola keuangan bisnis?
Menurut Prita, pada saat kita mau mengelola keuangan bisnis, atau usaha kecil, kita perlu membuat yang namanya catatan keuangan usaha. Catatan keuangan usaha ini akan merekam semua transaksi dari usaha tersebu—baik untuk transaksi uang masuk maupun uang keluar.
Kita juga perlu menentukan apakah kita mau mencatat dengan sistem cash basis atau accrual basis.
Dari situlah kita membuat laporan keuangan usaha secara sederhana yang umumnya akan terdiri dari laporan harta dan juga utangnya—istilahnya neraca. Ada laporan laba dan rugi. Lebih bagus lagi apabila kita punya laporan untuk pergerakan arus cash-nya.
Setelah itu, kita perlu menyusun anggaran. Anggaran biasanya dibuat untuk satu tahun dan juga terdiri dari anggaran biaya.
Anggaran, di luar anggaran biaya, juga ada banyak. Misalnya yang dibuat khusus untuk anggaran modal, anggaran belanja atau lainnya. Di balik itu semua, yang terpenting adalah kita wajib tahu, setiap bulan, biaya yang akan dikeluarkan digunakan untuk apa saja.
Kemudian, kita juga perlu mengalokasikan dana cadangan bisnis. Dana cadangan bisnis sangat penting untuk kita sisihkan di awal. Kenapa? Agar, ketika ada hambatan dari perputaran cash flow, bisnis kita dapat terus berjalan.
Jangan lupa untuk melakukan pengelolaan utang bisnis. Dan terakhir, kita harus punya target dan adaptif melakukan evaluasi bisnis apabila ada hal-hal yang harus diubah strateginya berdasarkan data-data finansial yang ada.
Untuk mengelola keuangan SARE Studio, Cempaka punya cara sendiri, “Simpel saja tapi harus disiplin. Harus mencatat semua pengeluaran dan pemasukan, karena data itu sangat penting. Tidak hanya dicatat tapi juga harus bisa diolah.”
Bagaimana sebaiknya bisa memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan bisnis?
Saran Prita, caranya bisa dimulai dengan menyiapkan rekening terpisah antara usaha kecil kita dengan keuangan pribadi atau keuangan rumah tangga kita.
Lalu, meskipun kita tahu kita adalah pemilik sekaligus pelaku dari usaha tersebut, maka ada baiknya setiap bulan kita “menggaji” diri sendiri.
“Gaji” itulah yang akan masuk ke dalam keuangan pribadi atau keuangan rumah tangga untuk kita kelola. Sementara itu, apabila kelak nanti kita sudah dapat laba dari usaha tersebut, maka sebagai pemilik, kita juga berhak untuk mendapatkan dividen.
“Waktu aku memulai SARE Studio, baru awal menikah di 2015, lalu punya anak di 2017. Aku menggunakan modal yang ada dulu. Fashion itu salah satu bisnis yang bisa dibilang modal untuk memulainya tidak terlalu besar. Aku pakai modal sendiri dari tabungan dan tidak semuanya,” terang Cempaka.
Cempaka melanjutkan, “Modalnya lumayan kecil, 20 persen dari tabungan. Mulai dari situ dulu. Jadi kalau amit-amit tidak sukses, anggap saja bagian dari proses belajar. Jadi tidak heboh di depan, gunakan modal yang ada.”
Menurut Cempaka, wajib hukumnya punya rekening terpisah. Jangan pernah menggabungkan rekening usaha dengan rekening urusan keluarga sehari-hari!
Walaupun usahamu masih kecil-kecilan, belum ada badan hukumnya, atau rekening masih nama pribadi, tidak masalah.
Sampai 2019, bisnis Cempaka awalnya menggunakan nama pribadi hingga 2019. Barulah setelah itu dibuat rekening PT.
Cempaka dan partnernya berusaha selalu disiplin. Sejauh ini, keuangan mereka tidak pernah tercampur karena semua uang keluar-masuk tercatat rapi berkat pemisahan rekening tadi.
Alurnya semakin bagus pada 2019 setelah Cempaka dan partnernya mulai menggaji diri sendiri. Anggaran belanja untuk kebutuhan dan kesenangan pribadi pun dapat dipenuhi dari situ.
Well, kamu sudah mulai ada bayangan?
Jangan ragu untuk memulai bisnismu! Inisiatif berbisnis adalah cara yang baik untuk mencapai kemandirian finansial dan membangun karier yang memuaskan.
Ingat selalu, kamu bisa menjadi womenpreneur yang sukses dengan memperbanyak literasi keuangan, memanfaatkan sumber daya yang tersedia, berjejaring dengan pemilik bisnis lain, membangun support system, dan tentunya mahir mengelola stres!
Semangat selalu untuk mencoba, ya!
Penulis: Glenny Levina
Editor: Sekar Kinasih