Menuju konten utama

ISIS Biayai Aksinya dengan Mengobral Minyak & Merampok Bank

ISIS mendapat dana dari pajak, minyak, penjarahan bank, serta penculikan.

ISIS Biayai Aksinya dengan Mengobral Minyak & Merampok Bank
Pejuang militan Islam dalam parade militer di sepanjang jalan provinsi Raqqa Utara, 30 Juni 2014. Foto/REUTERS/Stringer.

tirto.id - Sebuah serangan mobil terjadi di Bagdad pada Senin (20/3/2017) di distrik bisnis Hay al-Amel menewaskan 23 orang. Serangan ini dilakukan oleh ISIS seiring dengan semakin terdesaknya kelompok militan tersebut karena gempuran militer Irak di Mosul.

ISIS yang sudah terdesak di Mosul juga dilaporkan mulai kehabisan amunisi. Kelompok militan ini mulai menyekap satu kolonel dan delapan personel kepolisian Irak. Awalnya, seorang pejabat unit Tanggap Darurat Kementerian Dalam Negeri Irak, Abdel Amir al-Mohammedawi, menyangkal kabar penangkapan tersebut.

Irak sejak Oktober semakin gencar menyerang ISIS dan sulit ditebak. Hingga kini, pemerintah Irak memang sudah merebut timur Mosul dari ISIS namun bagian barat Mosul masih sulit direbut karena padat penduduk dan ISIS menggunakan penduduk sipil sebagai tameng.

Pemuda setempat juga di paksa untuk bertempur bersama mereka untuk mengisi kekurangan personel dalam kelompok militan tersebut. Kekalahan ISIS di Mosul akan menjadi pertanda berakhirnya hal yang mereka sebut sebagai kekhalifahan di Irak, yang pertama kali dideklarasikan pada 2014 dengan wilayah dari Irak hingga Suriah.

Senjata ISIS

Menurut laporan Conflict Armament Research (CAR) 2014, sebagian besar peralatan militer yang dimiliki ISIS berasal dari Cina, Rusia, dan Amerika Serikat. Laporan tersebut juga mencatat jika hampir 80 persen berasal dari tiga negara tersebut. Senjata tersebut didistribusikan kepada negara-negara sekutu di Timur Tengah.

Sekitar 1.730 sampel amunisi yang diteliti CAR. Hasilnya menunjukkan 445 di antaranya berasal dari Cina, 323 merupakan produk amunisi asal Amerika Serikat, sedangkan 154 berasal dari Rusia. Ada juga peninggalan Soviet: 338 senjata terlacak dari sampel amunisi tersebut.

Laporan lain dari Amnesty International mengungkapkan bahwa ISIS menggunakan lebih dari 100 jenis senjata dan amunisi yang berasal dari Cina, AS, Rusia, Serbia, Romania, Jerman, Korea Utara, Turki, Iran, Inggris, dan lain-lain. Setidaknya ada lebih dari 25 negara yang menjadi tempat untuk memproduksi amunisi tersebut.

Lebih dari 30 negara—termasuk semua anggota tetap DK PBB—menyediakan peralatan militer bagi Irak. Namun, sebagian besar peralatan militer tersebut berakhir di tangan kelompok pemberontak termasuk ISIS, yang digunakan untuk menebar teror. Selain itu, ISIS juga membeli senjata dalam pasar senjata ilegal.

Selain mendapat dari negara lainnya, menurut laporan Conflict Armament Research 2016, ISIS juga membangun pabrik senjatanya sendiri di Mosul. Dalam laporan investigasi CAR, ada 5.000 roket dan mortir dalam tahap produksi. CAR juga mendokumentasikan lebih dari 500 mortir yang sudah selesai diproduksi.

Sedangkan CAR juga menemukan bahwa beberapa bahan dasar untuk membuat senjatanya ISIS berasal dari Turki, Perancis, Lebanon, dan UEA. Potasium nitrat sebagai bahan roket propellant, misalnya, berasal dari Latvia dan Turki. Aluminium juga berasal dari Turki.

INfografik Senjata Isis

Sumber Dana ISIS

Dalam misinya, ISIS harus mengeluarkan miliaran dolar AS, baik untuk produksi dan membeli senjata, membayar para militan, hingga kebutuhan lainnya. Dana ISIS berasal dari ladang minyak, tambang mineral serta bank-bank yang mereka kendalikan. ISIS juga membebankan pajak pada penduduk yang tinggal di wilayah kekuasaannya di Irak dan Suriah.

Tahun 2014 saja, ISIS meraup 2 miliar dolar AS. Menurut laporan CNNMoney, berdasarkan penelusuran dari puluhan laporan keuangan ISIS, Departemen Keuangan AS, Departemen Pertahanan, PBB, Inggris, dan beberapa lembaga penelitian tentang terorisme, diketahui ISIS begitu kuat karena mengandalkan dana mereka sendiri. Berbeda dengan Al-Qaeda yang mengandalkan donor dari negara Teluk.

Ladang-ladang minyak di Suriah yang dikuasai ISIS menjadi sumber dana. Selain untuk kebutuhan kendaraan ISIS, minyak mentah juga dijual. Karena ISIS tak memiliki akses untuk ekspor minyak mentah serta terhalang sanksi internasional, mereka mengangkut minyak mentah ke perbatasan Turki dan akan diterima oleh para broker minyak dan membayar minyak secara tunai.

“ISIS telah menguasai lebih dari 60 persen dari minyak Suriah, dengan tingkat produksi total 180.000 barrel per hari dan sekarang berencanan untuk merebut fasilitas di utara Hassakah,” kata pejabat Departemen Energi Yamin Al-Shami kepada Asharq Al-Awsat.

Harga minyak mentah juga jauh dari standar penetapan Brent. Pada 2014, acuan minyak mentah pada Brent sebesar $107 per barel, sedangkan ISIS menjual minyak mentah dengan $18 per barel di perbatasan Turki. Dalam laporannya, David Cohen dari House Committee of Financial Services memperkirakan pendapatan ISIS dari penjualan minyak mentah dan olahan mencapai $1 juta per hari.

Pendapatan ISIS lainnya juga didapat dari penjualan barang antik yang dijarah dari daerah yang dikuasai kelompok militan tersebut. Mulai dari museum nasional, tempat penyimpanan koleksi pribadi hingga ratusan situs arkeologi. Pemerintah Irak menyatakan bahwa sepertiga dari situs arkeologi Irak dikuasai ISIS.

Hampir 100 artefak Suriah dijarah oleh ISIS dan diselundupkan ke Inggris untuk dijual, termasuk koin Bizantium dan tembikar Romawi. Menurut laporan Washington Post, penyelundupan dilakukan melalui Turki, Yordania, dan Lebanon, .

Selain artefak, ISIS juga menjarah bank yang berada di wilayah yang mereka kuasai. Hasil dari penjarahan bank diperkirakan mencapai $500 juta hingga $1 miliar. Ketika ISIS menyerang Mosul pada 2013, mereka berhasil menjarah $450 juta uang tunai serta emas dari bank sentral di wilayah tersebut.

Sumber pendanaan ISIS juga berasal dari pajak yang dibebankan kepada penduduk yang tinggal di wilayah kekuasaannya. Ada empat jenis pajak yang ditarik ISIS, yakni pajak penghasilan 10 persen, pajak bisnis 10-15 persen, pajak penjualan sebesar 2 persen, pajak penarikan tunai bank 5 persen, dan pajak pada obat-obatan 10 hingga 35 persen.

Hasil dari pajak serta biaya-biaya yang dikenakan ISIS tersebut mencapai $360 juta setiap tahunnya. Sehingga pajak menjadi salah satu pendapatan terbesar ISIS. Selain itu, ISIS juga menculik warga asing dan meminta tebusan. Sejak 2012 hingga 2015, ada 23 warga asing yang di tawan ISIS.

Sebanyak tujuh warga asing dibunuh dan 15 dibebaskan dengan uang tebusan sedangkan masih ada satu yang ditahan hingga 2015. Uang tebusan yang diperoleh ISIS mencapai $20 juta hingga $45 juta pada 2014.

Selain pendapatan internal, ISIS juga didukung oleh pendanaan dari eksternal. Arab Saudi, Qatar, dan Kuwait adalah negara yang telah menyumbang $40 juta bagi ISIS, termasuk para pengusaha di negara-negara yang kaya minyak tersebut.

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Politik
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Maulida Sri Handayani