tirto.id - Provinsi DKI Jakarta masih menjadi penyumbang capaian investasi terbesar secara nasional. Di tangan Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, tren realisasi investasi pada kurun waktu 2022 hingga 2024 selalu mengalami pertumbuhan. Ini tercermin dalam investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA).
Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi di DKI Jakarta pada kuartal I-2024 mencapai Rp 58,4 triliun. Angka tersebut meningkat pesat dibandingkan periode sama pada 2023 yang hanya memperoleh Rp 36,5 triliun.
Realisasi investasi pada tiga bulan pertama 2024 itu terdiri dari PMDN sebesar Rp 35,3 triliun, atau menjadi tertinggi di Indonesia dibandingkan daerah lainnya pada awal tahun ini. Sementara realisasi investasi PMA tercatat meraih US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 23,1 triliun. Capaian tersebut memberikan kontribusi 11,3 persen dari total realisasi PMA secara nasional.
“Salah satu misi kita adalah memacu pertumbuhan ekonomi di Jakarta. Bukan sekadar janji dan klaim belaka, tapi dibuktikan lewat kinerja nyata,” kata Heru Budi kepada reporter Tirto, Senin (8/7/2024)
Sepanjang 2023, Jakarta juga berhasil mencetak prestasi luar biasa dalam kenaikan angka realisasi investasi. Pada tahun lalu, realisasi investasi masuk ke ibu kota mencapai Rp 166,7 triliun.
Untuk penanaman modal dalam negeri, Jakarta mencatat realisasi investasi sebesar Rp 95,2 triliun pada 2023, melonjak dari Rp 89,2 triliun pada 2022 dan Rp 54,7 triliun pada 2021. Sementara, untuk penanaman modal asing, Jakarta juga berhasil menarik investasi senilai Rp 71,5 triliun.
Dengan capaian pada 2023 itu, Jakarta masuk dalam lima provinsi penerima investasi terbesar nasional. DKI Jakarta menempati posisi kedua (Rp 166,7 triliun) setelah Jawa Barat. Sedangkan di bawah Jakarta, yakni Jawa Timur, menempati posisi ketiga dengan realisasi investasi Rp 145,1 triliun, berikutnya Sulawesi Tengah Rp 112 triliun dan Banten Rp 103,9 triliun.
“Data ini menunjukkan bahwa Jakarta sedang bergerak maju dan semakin bersinar, bukan mengalami kemunduran seperti yang dituduhkan sejumlah pihak yang pesimistis,” ujar Heru Budi.
Kolaborasi Hasilkan Iklim Investasi Kondusif
Pj. Gubernur Heru menilai, prestasi yang membanggakan ini tidak lepas dari kerja keras semua pihak dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi para investor, pekerja, maupun masyarakat yang beraktivitas di Jakarta.
Karena itu, dia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk terus memelihara optimisme dalam membangun Jakarta ke depan. “Mimpi kita besar dan cita-cita kita mulia. Mari bersama-sama kita wujudkan Jakarta menjadi kota global yang maju, tertib, humanis, dan menyejahterakan seluruh warganya,” tuturnya.
Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar, melihat realisasi PMDN dan PMA Jakarta yang melejit dibandingkan sebelum pandemi menunjukkan tren positif. Apalagi untuk beberapa sektor juga sudah berangsur membaik.
“Dari segi agregat memang PMDN dan PMA di Jakarta menunjukkan tanda-tanda positif. Sebagian sektor memang pulih, seperti sektor pariwisata dan sektor jasa,” ucap Media kepada reporter Tirto, Selasa (8/7/2024).
Namun demikian, komponen yang melejit di PMDN dan PMA masih didominasi sektor pergudangan, transportasi, serta telekomunikasi. Jakarta dinilai masih perlu percepatan untuk mendorong investasi di sektor strategis, seperti sektor jasa keuangan, teknologi, dan industri pengolahan.
“Sektor ini lebih menawarkan nilai tambah yang tinggi. Di sektor investasi asing terkait transportasi, meskipun tumbuh positif, tapi masih [terus perlu didorong], mengingat potensi sektor ini dan valuasi proyeknya yang sangat menjanjikan,” tutur Media.
Jakarta masih menjadi primadona bagi investor lantaran menjanjikan akses ke pasar besar dan beragam. Dengan populasi yang padat dan daya beli tinggi, ibu kota menawarkan pasar konsumen.
“Ini berbeda dengan ibu kota negara yang lain. Jakarta tidak hanya pusat industri, tapi juga titik sentral orang super kaya di Indonesia menghabiskan uangnya,” papar Media.
Keberadaan pusat keuangan, seperti Sudirman-Thamrin dan Mega Kuningan, juga masih menjadi magnet bagi perusahaan lokal maupun internasional untuk menjalankan operasional bisnis mereka. Ini karena infrastrukturnya cukup baik dan aksesibilitas yang tinggi.
Media melanjutkan, di bawah kepemimpinan Heru Budi, banyak penyelenggaraan event besar, sehingga berhasil membawa multiplier effect atau efek berganda. Hal ini juga berpotensi menarik investasi ke ibu kota.
Di sisi lain, Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur Jakarta lebih baik pula dibandingkan provinsi lain. Hal ini bisa menarik investasi melalui berbagai kebijakan dan inisiatif untuk mempermudah proses investasi serta memastikan stabilitas ekonomi.
Meski investasi di Jakarta bergerak positif, tetap ada hal-hal yang perlu ditingkatkan pada masa mendatang. Jakarta masih menghadapi kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat mobilitas dan efisiensi operasional bisnis.
“Jakarta juga harus bersaing dengan kota-kota lain di Asia Tenggara, seperti Bangkok, Kuala Lumpur, serta Singapura, yang juga aktif menarik investasi asing dengan menawarkan berbagai insentif dan kondisi yang lebih kondusif," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Fahreza Rizky