tirto.id - Menteri Perhubungan, Budi Karya menyatakan kebutuhan biaya investasi kereta semicepat Jakarta-Surabaya berpotensi membengkak. Dia mengatakan nilainya diprediksi dapat bertambah dari Rp60 triliun menjadi Rp90 triliun.
Perkiraan ini muncul dalam pembahasan rencana proyek ini yang melibatkan Pemerintah RI dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Namun, Budi memastikan pembahasan ini belum final.
“Kami mau tetap di Rp60 T, mereka (JICA) mau di Rp 60-90 T,” ucap Budi usai konferensi pers “Nota Keuangan/RAPBN 2020” di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Dia mengatakan proyek yang masih berada dalam tahap prastudi kelaikan (feasibilty study) tersebut masih akan dikonsultasikan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Konsultasi itu dilakukan selagi nota kesepahaman atau MoU untuk mengerjakan studi kelaikan secara penuh belum diteken.
Namun, pembicaraan itu masih akan menunggu kembalinya Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono dari menjalankan ibadah haji ke Mekkah.
“Kami akan berbicara dengan JICA. Tapi nunggu pak Basuki pergi haji, baru kami akan MOU,” ucap Budi.
Proyek kereta semicepat ini direncanakan akan dimulai dengan pengerjaan jalur di bagian Jakarta-Semarang. Bila sudah rampung, proyek ini baru akan dilanjutkan sampai Kota Surabaya.
Budi menargetkan kereta semicepat ini bisa beroperasi pada akhir 2022. Sebelum beroperasi secara penuh, kereta semicepat tersebut akan diuji coba selama 6 bulan. Kereta semicepat ini diklaim akan mempersingkat waktu perjalanan Jakarta-Surabaya menjadi kurang dari 6 jam.
- Luhut Sebut Pemerintah akan Tangani Persoalan Izin Kereta Cepat
- Muncul Gambar Torowongan, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Lanjut?
- Kereta Cepat Jakarta-Bandung Disebut Bisa Melaju Hingga 420 Km/Jam
- KAI Jelaskan Spesifikasi Kereta Cepat JKT-BDG Terbaru Tipe CR400AF
- Proyek Kereta Semicepat Jakarta-Surabaya Butuh Dana Rp80 T
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom