tirto.id - Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Jobi Triananda menyatakan integrasi PGN dengan PT Pertamina Gas (Pertagas) bisa mengerek kapasitas pengolahan gas (produksi) sampai 6.000 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Jobi mencatat saat ini, kapasitas produksi gas dalam hitungan kasar baru sebesar 2.100 MMSCFD.
Integrasi dalam rangka pembentukan subholding gas pada Holding BUMN Migas itu, menurut Jobi, juga akan mendongkrak pasokan gas menjadi 1.400 MMSCFD. Sementara pasokan gas saat ini hanya 1.000-1.200 MMSCFD.
Dia menambahkan integrasi tersebut juga akan mendorong peningkatan pendapatan BUMN daris sektor gas menjadi 500 juta sampai 1 miliar dolar AS per tahun. Optimalisasi ini karena penjualan gas digarap oleh satu tim dan tidak akan ada tumpang tindih infrastruktur, baik di hulu maupun hilir.
"Salesnya [penjualnya] akan satu tim, untuk ke depan lebih agresif lagi ke pasar. Pada 2025, diharapkan pasarnya makin luas. Biar enggak bergantung impor," kata Jobi di Kantor Kementerian BUMN Jakarta, pada Senin (21/5/2018).
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero), Gigih Prakoso menambahkan infrastruktur gas masih perlu dikembangkan secara merata di Indonesia.
"Strateginya, dari 2018-2030 infrastruktur gas akan dikembangkan di seluruh Indonesia. Tujuannya buat masyarakat, memperlancar distribusi gas, dan mendukung proyek 35 MW," ujar Gigih.
Dia mencontohkan peta rencana pembangunan infrastruktur tersebut, seperti di kawasan Indonesia barat, orientasinya ialah pembangunan pipa dari Sumatera ke Jawa.
Sedangkan di Indonesia timur, akan dibangun sebuah terminal terapung yang di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas untuk menampung LNG atau Fasilitas Floating Storage and Regasification Unit (FSRU).
"Semua infrastruktur ini akan dibangun subholding gas. Ini untuk meningkatkan supply. Dengan adanya integrasi ini akan ada optimalisasi infrastruktur gas secara nasional," ujar Gigih.
Dalam integrasi ini, PGN dan Pertagas akan berada dalam satu kesatuan roadmap bisnis yang memiliki 3 tahapan. Tahap pertama ialah membentuk visi, misi, dan strategi subholding gas; model operasi dan struktur organisasi subholding gas; dan menyusun rencana jaringan terintegrasi dan implementasi quick-wins.
"Targetnya ini akan diselesaikan 100 hari," kata Gigih.
Sementara tahap kedua ialah perencanaan pengembangan bisnis gas yang terpadu; inisiatif sinergi; jaringan dan pelaksanaan operasi terintegrasi; fungsi dan sistem back-end terintegrasi. Tahap ini ditargetkan selesai selama 2-3 tahun.
Adapun tahap ketiga, terdiri dari pembentukkan organisasi bisnis gas kelas dunia; jaringan dan operasi bisnis gas level internasional; SDM dan budaya perusahaan bertaraf best-in-class; serta fungsi dan sistem back-end yang best-in-class. Tahap ini ditargetkan dapat tercapai paling tidak lebih dari 5 tahun sejak holding BUMN Migas diintegrasikan.
Sementara ini, menurut Gigih, integrasi PGN dengan Pertagas masih dalam tahap proses. Integrasi itu perlu menunggu hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan yang akan digelar pada 29 Juni mendatang.
"Pemegang saham PGN menyetujui nilai aset Pertagas ke PGN. Ini timeline sudah semua, tinggal nunggu proses integrasi saja," kata Gigih.
Dia mengklaim integrasi PGN dan Pertagas akan meningkatkan aset gas, pemanfaatan fasilitas bersama dan membuat harga gas lebih terjangkau oleh konsumen karena ada efisiensi.
"Lalu kita mendorong monetisasi gas di lapangan. Untuk bisa mewujudkan manfaat ini adalah dengan aktivitas, peningkatan supply gas domestic, efektifitas distribusi gas, optimalisasi infrastruktur gas dan meningkatkan kapasitas investasi," ujar Gigih.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom