Menuju konten utama

Pakar Energi Pertanyakan Desain Bisnis Holding BUMN Migas

Desain bisnis Holding BUMN Migas ke depan perlu diperjelas, yakni menggarap sektor minyak dan gas saja atau bidang energi.

Pakar Energi Pertanyakan Desain Bisnis Holding BUMN Migas
Petugas memeriksa pipa Proyek Pembangkit Listik Panas Bumi (PLTP) Karaha Unit I PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Kadipaten, Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (2/2/2018). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi.

tirto.id - Pakar energi dan Direktur Eksektutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menilai desain bisnis Holding BUMN Migas masih belum jelas.

Pembentukan Holding BUMN hasil penggabungan PT Pertamina dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) itu tinggal menunggu landasan legalitas berupa penerbitan Peraturan Pemerintah yang rancangannya sudah diserahkan ke Presiden Joko Widodo.

Namun, Fabby berpendapat sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai arah pengembangan usaha Holding BUMN Migas, yakni ke sektor migas saja atau fokus ke bidang energi.

"Pertamina sebelum (ada) Holding, visinya sebagai perusahaan energi dan salah satu alasannya jadi perusahaan energi adalah bisnis migas ke depan tidak terlalu prospektif," kata Fabby pada Senin (5/2/3018).

Apabila Holding BUMN Migas akan berfokus menggarap sektor bisnis energi, menurut Fabby, hal itu wajar. Sebab permintaan pasar terhadap minyak dalam jangka panjang akan terus menurun. Selain itu, risiko pengelolaan sumber-sumber tambang migas kini semakin besar.

"Pertamina menargetkan pembangunan 1000 megawatt pembangkit energi terbarukan. Pertamina juga masuk ke pengembangan bahan bakar alternatif selain BBM," kata dia mencontohkan upaya Pertamina menggarap bisnis sektor energi.

Dia mencatat PGN selama ini sebenarnya juga berencana akan mulai masuk ke investasi pembangkit energi listrik sehingga fokusnya bukan hanya ke bisnis gas.

Akan tetapi, sampai sekarang, Fabby belum melihat ada konsep jelas dalam skema bisnis Holding BUMN Migas ke depan. Sementara Pertamina dan PGN masing-masing telah memiliki rencana bisnis.

"Apa mereka (Holding BUMN Migas) khusus migas saja atau akan masuk bisnis energi. Ini juga harus diperjelas. Saat ini belum ketahuan arahnya kemana," ujarnya.

Dia mencontohkan pernyataan Kementerian BUMN mengenai fokus Holding BUMN Migas yang akan diarahkan untuk mendorong program gas satu harga sebenarnya kurang tepat. "Untuk jadi agregator gas butuh modal besar karena dari infrastrukturnya. Hal ini belum terlalu jelas dalam strategi pembentukan holding," ujarnya.

Menurut dia, pemerintah masih hanya menyentuh pembentukkan korporasi Holding BUMN Migas, tapi belum pada penyusunan konsep desain besar (grand design) bisnisnya. "Visi strategis dari terbentuknya Holding BUMN migas seperti apa? Belum tergambar," kata Fabby.

Potensi Bisnis Holding BUMN Migas

Fabby Tumiwa menambahkan sebenarnya pembentukan Holding BUMN Migas bisa berdampak positif bagi pengembangan bisnis PT Pertamina dan PT PGN. Penggabungan dua perusahaan plat merah itu juga berpeluang meningkatkan sinergi infrastruktur migas di hulu dan hilir.

"Pertamina bisa fokus di hulu dan PGN fokus di hilir dalam satu holding BUMN migas," ujarnya.

Selain itu, dengan pembentukan Holding BUMN Migas, Pertamina memiliki peluang besar untuk berekspansi ke luar negeri mencari sumber migas baru karena ada tambahan modal.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, N Komaidi Notonegoro juga menilai langkah pembentukan Holding BUMN Migas memiliki alasan rasional. Sebab, kualitas keuangan korporasi dapat semakin kuat dengan adanya integrasi Pertamina dan PGN.

Dia mencontohkan PGN selama ini memiliki jaringan infrastruktur gas yang matang. Sementara PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha PT Pertamina, masih memerlukan tambahan aset. "Kalau ini di-joint, satu meningkat pesat, satunya sudah mapan, ini kan menjadi sinergi yang lebih positif,” ujarnya.

Intgerasi infrastruktur Pertamina dan PGN, menurut dia, juga dapat mengintegrasikan sektor hulu dan hilir bisnis migas garapan dua perusahaan negara ini. Krena itu, dia berharap revisi UU Migas, yang sedang dibahas di parlemen, dapat semakin mempertegas integrasi dua perusahaan negara tersebut.

"Kalau digabungkan transmisi, distribusi dan produksinya juga ada di Pertamina sebagai induk holding (BUMN Migas), itu malah semakin kuat," ujarnya.

Baca juga artikel terkait HOLDING BUMN atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom