Menuju konten utama

Instagram Melarang Konten Bedah Plastik, Efektifkah?

Keinginan diterima di lingkungan membuat para remaja ingin melakukan bedah plastik.

Instagram Melarang Konten Bedah Plastik, Efektifkah?
Ilustrasi Aplikasi Instagram. FOTO/iStrockphoto

tirto.id - Anak Baru Gede (ABG) adalah pihak yang rentan termakan iming-iming wajah jelita yang dihasilkan dari prosedur bedah plastik. Oleh karena itu, Instagram tak segan-segan menghapus konten bermuatan bedah plastik dari pengguna akun berusia 18 tahun ke bawah.

Kalangan usia tersebut sesungguhnya bukanlah mayoritas pengguna Instagram. Menurut data lansiran Statista pada Juli 2019, pengguna Instagram yang berusia 18 tahun ke bawah hanya berjumlah 3%. Angka itu jauh lebih kecil dibanding pengguna berusia 18-24 tahun yang jumlahnya sekitar 15%.

Namun, prosentase yang sedikit itu tidak otomatis menjamin jika para remaja pengguna Instagram tersebut bebas dari pengaruh bedah plastik.

Agustus lalu, American Society of Plastic Surgeons mencantumkan hasil penelitian yang menyebut bahwa tren bedah plastik di kalangan remaja Amerika Serikat berusia 13-19 tahun cenderung meningkat. Dan salah penyebabnya adalah karena terpengaruh media sosial.

Jenis bedah yang laris di kalangan anak muda di antaranya adalah reshaping (pembentukan struktur wajah yang melibatkan tindakan perubahan bentuk rahang), rhinoplasty (operasi hidung, bentuk telinga, pengecilan atau pembesaran payudara, penghilangan lemak, hingga rekonstruksi dagu).

Instagram, Platform Promo Menarik Dokter Bedah

Tren bedah plastik di kalangan remaja tak hanya terjadi di AS--tempat sebagian besar pengguna Instagram berasal--, melainkan pula di Asia. Strait Times sempat mengabarkan bahwa fenomena serupa terjadi pula di Cina. Di sana, para orangtua dari remaja berusia 16 dan 17 tahun bahkan mendukung tindakan bedah plastik terhadap anak mereka.

Mayoritas peminat bedah plastik di Cina punya "standar" kecantikan tersendiri: wajah tirus dan hidung lancip seperti orang Eropa. Sejumlah individu yang belum memenuhi "standar" tersebut bahkan kerap menjadi bahan ejekan.

Negara Asia lain di mana para remajanya menaruh minat tinggi terhadap bedah plastik tentu saja Korea Selatan. Tren K-Pop yang muncul pada 2013 sudah mempengaruhi sejumlah anak muda penikmatnya untuk melakukan bedah plastik. Dan di sana, sebagaimana dijelaskan dalam ulasan yang tayang di Atlantic berjudul "The K-Pop Plastic Surgery Obsession", bedah plastik di kalangan remaja sudah menjadi hal yang sangat lumrah dan diterima dalam masyarakat .

Tindakan tegas Instagram soal unggahan bermuatan bedah plastik sudah dimulai sejak awal September 2019. Independent melaporkan, pada bulan tersebut Instagram melarang tiga iklan yang mempromosikan bedah plastik. Salah satu iklan menampilkan wajah Kylie Jenner yang mengemas paket perawatan dengan nama "Kylie Jenner Package".

“Kami ingin Instagram jadi wadah positif bagi para pengguna dan kebijakan ini kami terapkan demi mengurangi beban atau tekanan yang dirasakan publik karena mengamati media sosial,” tutur Emma Collins, manajer kebijakan publik Instagram.

Di AS, unggahan soal klinik bedah plastik bisa dianggap cukup mengkhawatirkan. CNN melaporkan hasil riset yang menyebut bahwa di negara itu, konten bedah plastik yang dilansir oleh dokter bedah plastik kredibel hanyalah 17.8%.

“Mayoritas unggahan soal bedah plastik dilakukan oleh orang yang tidak profesional dan tidak terlatih dalam melakukan prosedur bedah plastik, seperti dokter gigi dan terapis spa,” kata Clark Schierle, dokter bedah plastik tersertifikasi dari Northwestern Medicine. Dia juga menambahkan, untuk bisa melakukan praktik bedah plastik, seorang tenaga profesional setidaknya harus melalui masa pelatihan selama lima tahun.

Salah satu dokter bedah lain di AS, Ashkan Ghavami, yang terbiasa menangani klien selebritas seperti Iggy Azalea, Amber Rose, Blac Chyna, menyatakan kepada Vox bahwa sejumlah dokter bedah plastik atau tim klinik bedah plastik biasa melakukan kecurangan dalam mengunggah gambar di Instagram.

Kecurangan itu, salah satu dan telah lazim diketahui publik, dilakukan dengan mengedit foto dan menggunakan aplikasi yang bisa mengubah bentuk tubuh pasien. Pasien yang ditampilkan pun juga bisa pasien yang sama. Bahkan ada pula yang terang-terangan menampilkan prosedur bedah plastik meski sebenarnya beberapa hal patut dirahasiakan dari unggahan tersebut.

“Beberapa gambar tampak menjijikkan,” kata Daniel Barrett dokter bedah di Beverly Hills yang juga merupakan seleb medsos, kepada Quartz. Barrett juga berbagi pengalaman pahit di mana fotonya dicuri dan digunakan oleh dokter bedah lain sebagai materi promosi.

Bagi para dokter kecantikan, Instagram memang kadung jadi sarana promosi klinik yang efektif. Inc pernah mewawancara salah satu seleb dokter yang populer dengan nama akun DocVegas. Menurut dia, video singkat yang menampilkan beberapa prosedur bedah plastik sangat berpotensi menarik konsumer, menambah followers, serta mampu mempertajam engagement dengan pengguna akun.

Lantaran hal semacam itu terus terjadi, maka efek bola salju lainnya adalah munculnya sebuah "profesi" baru: agen marketing yang menangani strategi promosi para dokter bedah plastik atau dokter kecantikan khusus di media sosial.

DocVegas, sebagai contoh, juga menggunakan jasa tersebut. Salah satu cara yang diajukan pihak konsultan adalah: DocVegas harus aktif merespons komentar yang ada dan memanfaatkan kolom komentar sebagai medium untuk mengedukasi dan mendapatkan pasien baru. Syarat yang mudah belaka bagi siapa pun.

infografik Konten Buruk di Instagram

infografik Konten Buruk di Instagram. tirto.id/Quita

Mengapa Remaja Mau Operasi?

Menurut laporan People, penghujung tahun dan musim liburan adalah momen di mana para anak muda berminat melakukan tindakan bedah plastik. Alasannya, agar mereka tampil prima dan memiliki potret liburan yang lebih mengesankan.

Pemilik klinik kecantikan di Beverly Hills, Richard Ellenbogen, menyatakan bahwa remaja di kliniknya kebanyakan tertarik melakukan prosedur operasi pembesaran payudara dan perbaikan hidung. Bagi mereka, tindakan tersebut bisa meningkatkan percaya diri dan lebih diterima oleh lingkungan sekitarnya.

Makalah "Plastic Surgery and the Teenage Patient" yang terbit dalam jurnal North American Society for Pediatric and Adolescent Gynecology (2000) mencatat bahwa usia remaja atau pasca pubertas adalah masa-masa ‘krusial’ bagi remaja. Masa puber menyebabkan terjadinya beberapa perubahan pada bentuk tubuh. Sementara itu pada momen yang sama, para remaja ini juga cenderung mencari pengakuan dari teman sekelompoknya.

Pada fase tersebut pula, pendapat dari teman sekelompok atau rekan seusia, bisa memengaruhi pola pikir seseorang dan bisa membuat mereka merasakan emosi negatif seperti depresi, kemarahan, kecemasan, dan perasaan putus harapan.

Oleh karena itu, mereka ingin tampil semirip mungkin dengan sosok yang dianggap ideal oleh rekan-rekan sejawat. Hingga kemudian mereka rela mendesain bentuk hidung atau melakukan pembentukan ulang lingkar wajah demi dipandang atraktif, kompeten, dan diterima oleh sesama.

Makalah tadi turut mencantumkan kasus di mana rasa percaya diri pasien bisa jauh lebih meningkat pasca ia melakukan operasi hidung. “Perasaan inferior bisa digantikan dengan rasa percaya diri. Rasa kikuk ketika berada di tengah kerumunan pun bisa berkurang,” tulis Mary H McGRath dan Sanjay Mukerji dalam makalahnya.

Upaya Instagram untuk membatasi konten bedah plastik mungkin harus dibarengi dengan mempromosikan akun-akun lain yang bisa membantu para remaja menerima diri apa adanya. Sebab, apa gunanya fisik menawan jika tak pernah punya cukup kepercayaan diri?

Baca juga artikel terkait INSTAGRAM atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Eddward S Kennedy