tirto.id - Informasi terkini tentang aktivitas Gunung Merapi pada Selasa, 17 November 2020 dari pukul 06:00 hingga 12:00 WIB menyatakan, terlihat guguran di Gunung Merapi satu kali ke Kali Trising, Senowo dengan jarak 500 meter.
Hal itu disampaikan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) lewat keterangan tertulisnya, Selasa (17/11/2020). Selain itu, berdasarkan pantauan BPPTKG, terdengar pula suara guguran dengan intensitas sedang sebanyak dua kali dari Babadan.
Nasib Pengungsi Merapi di Boyolali
Sejak ditetapkannya status Gunung Merapi ke Siaga Level 3, hingga Senin, 16 November, ada sekitar 453 orang di tiga Desa Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang sudah dievakuasi ke tempat penampungan pengungsian sementara (TPPS).
"Kami sudah menurunkan 453 warga untuk mengungsi di TPPS Balai Desa masing-masing. Masyarakat diimbau untuk turun ke pengungsian sementara," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Boyolali, Masruri seperti dilansir Antara.
Ia mengatakan, Pemkab Boyolali sudah menginstruksikan kepada masyarakat di KRB III Merapi, baik Desa Tlogolele, Klakah dan Jrakah Kecamatan Selo Boyolali segera mengungsi karena Gunung Merapi mulai menunjukkan peningkatan aktivitas.
Terkait dengan ketersediaan logistik dalam penanganan bencana, Masruri memastikan bahwa pihaknya sudah mempersiapkan logistik agar disalurkan ke masyarakat yang terdampak.
Lebih rinci lagi, Sekretaris Desa (Sekdes) Tlogolele Neigen Achtah Nur Edy Saputra menyatakan, jumlah warga di dukuh yang dievakuasi ke TPPS di Balai Desa Tlogolele Kecamatan Selo Boyolali terus bertambah dan kini menjadi 277 jiwa. Mereka terdiri dari anak-anak, balita, lanjut usia (lansia), ibu hamil, ibu menyusui, dan disabilitas.
Alasan bertambahnya jumlah pengungsi itu, kata Edy Saputra, karena tingkat kenyamanan yang berbeda-beda. Awalnya, ada 133 warga yang mengungsi karena merasa tidak nyaman terkait ancaman bencana Merapi. Namun, setelah dilakukan sosialisasi, kini para pengungsi itu bertambah menjadi 277 orang.
Dari 277 orang itu, kata dia, terdiri dari 47 anak-anak, 63 orang balita, 31 lansia, 63 ibu menyusui, 5 orang ibu hamil, 3 orang disabilitas serta 65 orang dewasa yang merasa tidak tenang di rumah sehingga minta dievakuasi.
"Ada empat dukuh di Desa Tlogolele yang dievakuasi yang masuk rentan yakni Stabelan atau masuk radius 3 Kilometer dari puncak, Takeran (3,5 km hingga 4 km), Belang dan Gumuksari (radius 5 km)," kata Edy Saputra.
Edy bilang, persediaan logistik untuk warga pengungsi di Desa Tlogolele masih mencukupi sampai empat hari ke depan. Akan tetapi, tempat pengungsian sementara itu masih kekurangan matras atau kasur, bantal, selimut, kebutuhan wanita seperti sabun, dan kebutuhan bayi seperti susu, makanan bayi, serta pempres.
Selain Desa Tlogolele yang diminta mengungsi karena masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III erupsi Merapi di Kabupaten Boyolali, ada pula Desa Klakah dan Jrakah yang juga diinstruksikan untuk mengungsi. Kendati demikian, Pemdes Jrakah sudah menyiapkan TPPS di balai desa untuk mengungsi, tapi sampai saat ini belum ada yang mau dievakuasi.
Sementara itu, Kepala Desa Klakah Marwoto mengatakan jumlah warga yang mengungsi di TPPS Balai Desa Klakah mencapai 176 orang. Mereka berasal dari Dukuh Sumber yang terletak di radius 3 km dari puncak Merapi dan Bakalan radius sekitar 3,5 km hingga 4 km.
"Kami mendata sejak Merapi statusnya naik dari waspada (level II) menjadi siaga (level III) oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), per tanggal 5 November 2020 hingga sekarang jumlah pengungsi di Desa Klakah ada 176 orang," kata Marwoto.
Awalnya, kata Marwoto, jumlah pengungsi mencapai 136 orang, namun pada Minggu (15/11) sore, bertambah 40 orang anak, sehingga total jumlah pengungsi mencapai 176 orang. Mereka warga asal Dukung Sumber dan Bakalan yang di TPPS balai desa.
Ia menegaskan bahwa ketersediaan logistik di lokasi pengungsian masih cukup, baik dari bantuan pemerintah maupun bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali.
Marwoto mengatakan, tenaga kesehatan juga terus memantau kesehatan dari lansia dan balita selama masa pandemi COVID-19 ini. Terutama lansia mendapat pantauan khusus soal kesehatannya oleh Nakes, dan hingga sekarang merekan sehat-sehat.
Editor: Agung DH