Menuju konten utama

Info Terkini Gunung Anak Krakatau: Erupsi 2 Kali Jelang Tahun Baru

Gunung Anak Krakatau mengalami 2 kali erupsi pada 31 Desember 2019 atau menjelang malam tahun baru 2020. Sampai sekarang, status Gunung Anak Krakatau masih Waspada.

Info Terkini Gunung Anak Krakatau: Erupsi 2 Kali Jelang Tahun Baru
(Ilustrasi) Aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi terlihat dari KRI Torani 860 di Perairan Selat Sunda, Jumat (28/12/2018). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Gunung Anak Krakatau terus mengalami erupsi dalam tiga hari terakhir. Pada Selasa, 31 Desember 2019 atau menjelang tahun baru 2020, Gunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi sebanyak dua kali. Dua letusan Gunung Anak Krakatau tersebut muncul pada Selasa pagi dan siang.

Erupsi pertama Gunung Anak Krakatau pada hari ini, 31 Desember 2019, terjadi pada pukul 06.51 WIB, Selasa pagi. Letusan gunung api di perairan Selat Sunda itu memicu kemunculan kolom abu setinggi ± 1000 m di atas puncak.

Sesuai dengan data yang dilansir laman Magma Indonesia, kolom abu akibat erupsi Gunung Anak Krakatau pada Selasa pagi terpantau berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal menuju ke arah selatan. Erupsi ini tersebut terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 41 mm dan durasi 93 detik.

Sementara erupsi kedua Gunung Anak Krakatau pada hari ini berlangsung pada pukul 13.31 WIB, Selasa siang. Letusan kali ini juga memunculkan kolom abu teramati setinggi ± 1000 m di atas puncak.

Kolom abu letusan Gunung Anak Krakatau pada Selasa siang terlihat berwarna kelabu dengan intensitas tebal bergerak ke arah timur. Data situs Magma Indonesia menunjukkan erupsi tersebut terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 27 mm dan durasi 46 detik.

Sampai hari ini, menjelang pergantian tahun, status Gunung Anak Krakatau masih di Level II (Waspada). Area bahaya di sekitar gunung api itu yang tidak boleh didekati masyarakat adalah radius 2 km dari kawah.

Sementara laporan petugas pemantau Gunung Anak Krakatau, yang dirilis portal magma.esdm.go.id, menyebutkan bahwa selama periode pukul 12.00-18.00 WIB, Selasa (31/12/2019), Gunung Anak Krakatau mengalami 2 kali gempa letusan dengan amplitudo 27 mm dan durasi kegempaan 35-36 detik.

Selama periode yang sama juga terjadi 2 kali gempa Hembusan dengan amplitudo 3-4 mm dan lama 7-9 detik di Gunung Anak Krakatau. Selain itu, tercatat pula ada 1 kali gempa Tremor Menerus dengan amplitudo 0.5-8 mm, dominan 1 mm.

Letusan pada hari ini melanjutkan rangkaian erupsi mutakhir Gunung Anak Krakatau yang terjadi sejak Minggu lalu, 29 Desember 2019. Dua hari lalu, Gunung Anak Krakatau meletus pada pukul 05.29 WIB dengan kolom abu setinggi 50 meter di atas puncak. Letusan ini terekam di seismograf dengan amplitudo 37 mm dan durasi 119 detik.

Sedangkan pada Senin kemarin (30/12/2019), erupsi Gunung Anak Krakatau kembali terjadi pada pagi dan siang hari. Erupsi pertama yang memicu kolom abu setinggi 2000 meter di atas puncak terjadi sekitar pukul 07.53 WIB, Senin pagi. Erupsi ini terpantau mekicu kolom abu berwarna kelabu dan tercatat dengan amplitudo 55 mm.

Adapun erupsi kedua berlangsung pada pukul 13.35 WIB, Senin siang. Saat itu, Gunung Anak Krakatau mengeluarkan kolom abu akibat letusan setinggi 1000 meter di atas puncak, yang berwarna putih hingga kelabu. Data rekaman seismograf menunjukkan erupsi ini terjadi dengan amplitudo maksimum 44 mm dan durasi 137 detik.

Gunung Anak Krakatau adalah gunung api strato tipe A yang terletak di Selat Sunda. Gunung tersebut merupakan gunung api muda yang muncul di kaldera, pascaerupsi paroksimal tahun 1883 dari Kompleks Vulkanik Krakatau.

Aktivitas erupsi setelah pembentukan Gunung Anak Krakatau sudah dimulai sejak tahun 1927, pada saat tubuh gunungapi ini masih di bawah permukaan laut. Tubuh Anak Krakatau mulai muncul ke permukaan laut sejak tahun 1929. Sejak saat itu hingga kini Anak Krakatau berada di fasa konstruksi atau membangun tubuh hingga besar.

Pada saat ini, merujuk pada data PVMBG, Gunung Anak Krakatau memiliki elevasi tertinggi 156.9 meter dari muka air laut. Adapun karakter letusan gunung ini adalah erupsi magmatik, berupa letusan ekplosif lemah (strombolian) dan erupsi efusif (aliran lava).

PVMBG mencatat, sejak 20 Juni 2016 hingga 29 Juni 2018, terjadi sejumlah erupsi berupa letusan strombolian di Gunung Anak Krakatau. Namun, mulai 27 Desember 2018, terjadi perubahan pola erupsi Gunung Anak Krakatau, yakni menjadi letusan-letusan dengan onset tajam. Teramati bahwa letusan Surtseyan di gunung ini terjadi di sekitar permukaan air laut.

Setelah sempat berstatus Siaga pada akhir 2018 dan awal tahun ini, status Gunung Anak Krakatau ditetapkan di level II (Waspada) pada 25 Maret 2019 hingga hari ini.

Baca juga artikel terkait GUNUNG API atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH