tirto.id -
Pemerintah Indonesia berharap bisa mendapatkan alat tersebut untuk membantu pengetesan di Indonesia.
"Kami mohon untuk bisa dipertimbangkan mendapatkan bantuan dari WHO untuk tes cepat ini agar kita bisa mendeteksi lebih cepat kasus COVID-19 yang ada di tengah-tengah masyarakat," ungkap Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, menjawab pertanyaan media dalam jumpa pers di Kantor Presiden secara daring, Kamis (1/10/2020).
Wiku memastikan Indonesia akan menggelar tes cepat tersebut. Ia mengatakan, Indonesia sudah mendapatkan rekomendasi WHO untuk menjalankan tes tersebut dengan kualitas antigen yang baik. Saat ini sedang dikaji untuk selanjutnya akan digunakan dengan akurasi yang lebih tinggi.
"Karena ini mendeteksi antigen, tentunya akan lebih baik dibandingkan mendeteksi antibodi dalam rangka proses screening sebelum dilakukan tes penegakan diagnosa dengan realtime PCR," jelas Wiku.
Di saat yang sama, Wiku menyebut pemerintah masih belum bisa menentukan harga PCR. Ia menuturkan, pemerintah memang sudah menaksir harga tes usap atau swab di harga Rp439 ribu-Rp797 ribu.
Namun, pemerintah masih mengkaji harga tersebut. Wiku menuturkan, pemerintah ingin agar harga swab dapat dijangkau masyarakat, tetapi tidak merugikan petugas laboratorium.
"Saat yang bersamaan kita harus memastikan bahwa penyelenggaraan tes (PCR) tersebut memang sesuai dengan biaya [laboratorium] yang mereka keluarkan," katanya.
Wiku menerangkan, pemerintah memang memberi ruang bagi penyedia jasa layanan laboratorium mengambil untung dari uji usap (swab). Namun, keuntungan yang diambil harus ada batasannya.
"Karena ini adalah masalah pandemi, sehingga toleransi secara keseluruhan nanti akan kami umumkan kepada publik setelah semua kajian tersebut selesai," katanya.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri