Menuju konten utama

Imigran Indonesia Berlindung di Gereja AS untuk Hindari Deportasi

Ada banyak imigran asal Indonesia di AS yang terancam dideportasi.

Imigran Indonesia Berlindung di Gereja AS untuk Hindari Deportasi
Warga berjalan dan menyerukan slogan menentang usulan Presiden Donald Trump mengakhiri program DACA yang melindungi anak-anak imigran dari deportasi dalam aksi protes di depan Hotel Internasional Trump di New York, Amerika Serikat, Rabu (30/8). ANTARA FOTO/REUTERS/Joe Penney

tirto.id - Pasangan asal Indonesia berlindung di sebuah gereja milik kandidat gubernur New Jersey, negara bagian Amerika Serikat. Mereka berlindung di sana karena khawatir akan dideportasi jika mereka mengikuti aturan untuk melapor ke kantor imigrasi Amerika Serikat (AS).

Pendeta Seth Kaper-Dale kandidat gubernur New Jersey dari Green Party menawarkan perlindungan di Gereja Reformed Highland Park kepada Arthur Jemmy dan istrinya, Silfia Tobing sejak pekan lalu.

Arthur dan Silfia khawatir mereka akan bernasib seperti tujuh orang Indonesia lainnya di New Jersey yang dideportasi dan empat orang lainnya yang harus meninggalkan kediaman mereka karena kantor ICE (Immigration and Customs Enforcement/Kantor Imigrasi dan Bea Cukai) meninjau status mereka tahun ini.

Gereja milik Kaper-Dale itu telah menjadi tempat penampungan sembilan imigran Indonesia pada 2012. Mereka tinggal selama hampir setahun di gereja itu.

Kaper-Dale mengaku telah menghubungi pengacara untuk keluarga Arthur. Ia mengaku membantu Arthur tanpa motif politik dan tak berkaitan dengan kampanyenya. Kaper-Dale sedang berkampanye untuk menjadi pengganti Gubernur New Jersey Chris Christie.

“Saya telah melakukan ini sejak tahun 2002. Saya telah berjuang keras bagi para imigran ini,” kata Kaper-Dale, seperti dikutip New Jersey Herald.

Dalam kampanyenya, Kaper-Dale berjanji akan menjadikan New Jersey sebagai negara bagian yang memberi suaka yang tidak akan memberlakukan kebijakan imigrasi federal. Ia berjanji akan mengeluarkan jaminan bagi para imigran tanpa peduli status mereka dan memberikan pelayanan kesehatan bagi semua imigran.

Perhatiannya terhadap imigran dari Indonesia ini muncul di tengah perdebatan mengenai kebijakan imigrasi Presiden AS Donald Trump, dan di minggu yang sama calon gubernur New Jersey seakan berlomba untuk membuktikan menjadi yang paling memperhatikan para imigran.

Arthur dan Silfia adalah bagian dari komunitas orang Kristen Indonesia yang memperpanjang visa mereka setelah terjadi peristiwa kerusuhan pada 1990-an dan awal 2000-an.

“Ini sangat menakutkan. Kami menunggu keajaiban. Saya berharap Donald Trump berubah pikiran,” kata Arthur yang pernah jadi tahanan selama tiga minggu pada 2009.

Banyak orang Tionghoa meninggalkan Indonesia menyusul kerusuhan pada tahun 1998. Para imigran Indonesia masuk ke AS dengan visa turis. Banyak dari mereka kemudian tinggal lama dan berkeluarga di AS. Namun, setelah ada serangan teroris pada 11 September 2001, pemerintah mewajibkan semua laki-laki berusia 16 sampai 65 tahun untuk mendaftar visa sementara dari negara-negara Muslim.

Sebelumnya, hakim federal pada September lalu menunda deportasi hampir 60 orang Indonesia di New Hampshire dan Massachusetts.

Baca juga artikel terkait PEMERINTAHAN DONALD TRUMP atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra