Menuju konten utama

Imbas COVID-19, CORE Prediksi Ekonomi Indonesia Bakal -2%

Perekonomian Indonesia diprediksi mengalami pertumbuhan negatif 2 persen karena terimbas COVID-19.

Imbas COVID-19, CORE Prediksi Ekonomi Indonesia Bakal -2%
Petugas beraktivitas saat bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/11/2019). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

tirto.id - Center of Reform on Economics (CORE) mempredikisi ;wabah COVID-19 akan membuat perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan negatif dalam posisi optimistis sekalipun.

Prediksi itu diperoleh usai mempertimbangkan beberapa faktor. Salah satunya langkah pemerintah dalam menekan penyebaran Corona.

“Dengan skenario paling optimis, CORE memprediksi ekonomi Indonesia secara kumulatif tumbuh di kisaran (minus) -2 persen hingga 2 persen,” ucap Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal dalam keterangan tertulis, Senin (30/3/2020).

Di tengah perlambatan ekonomi ini, Faisal mengatakan ada kondisi masih bisa lebih buruk lagi.

Pasalnya ada potensi penyebaran Corona di Indonesia berlangsung lebih dari dua kuartal. Kalau pun Indonesia bisa lebih cepat membereskannya, negara lain yang menjadi mitra ekspor Indonesia mungkin masih akan mengalami hal serupa.

“Dalam kondisi tersebit tekanan permintaan domestik ;dan global menjadi lebih lama, sangat kecil peluang ekonomi tumbuh positif,” imbuh Faisal.

Jika pemerintah mampu mengambil langkah setegas pemerintah Cina, maka skenario optimis bisa dicapai dan puncak tekanan ekonomi hanya akan sampai kuartal III-IV. Selebihnya, Indonesia bisa langsung masuk masa pemulihan.

Di sisi lain, ia juga memperhatikan pandemi Corona memiliki peluang beasr membawa resesi global.

Pasalnya belum lama ini investor global mengalami ketidakpastian tinggi. Per 26 Maret 2020 saja, bursa saham utama terkoreksi 20 persen year to date (ytd). Untuk harga komoditas juga ikut mengalami pelemahan terimbas perlambatan permintaan global.

Sementara itu, resesi di tingkat global ini masih akan tertransmisi pada ekonomi domestil.

Konsumsi swasta yang menyumbang 60 persen pergerakan ekonomi nasional dipastikan akan mengalai kontraksi terutama Maret 2020 dan bulan berikutnya.

Di tengah harga komoditas dunia anjlok, maka ekspor Indonesia juga akan menghadapi tekanan.

Di sisi lain, minta investasi dikhawatirkan akan turun dilihat dari pergerakan indikator impor barang modal melalui Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) pada bulan Januari dan Februari 2020 sudah mengalami kontraksi 10,6 persen (yoy).

Melihat situasi ini, Faisal menyarankan pemerintah untuk benar-benar mempercepat penanganan Corona.

Ia menyarankan pemerintah untuk memperluas kebijakan relaksasi pajak, menjaga kelancaran pasokan barang, memastikan penerima BLT tepat sasaran, merealisasikan relaksasi kredit sesuai aturan OJK, dan memperluas defisit anggaran meski melebihi batas yang diatur UU.

Prediksi CORE ini relatif lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia. Hasil rapat dewan gubernur BI, Kamis (19/3/2020) kemarin menyatakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 4,2 hingga 4,6 persen meski sudah dikoreksi dari prediksi sebelumnya di kisaran 5-5,4 persen.

Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Rabu (18/3/2020) masih yakin pada kuartal 1 2020, ekonomi masih bisa tumbuh di kisaran 4,5-4,9 persen.

Baca juga artikel terkait DAMPAK CORONA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana