tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada sesi pembukaan perdagangan pagi ini, Selasa (28/2/2023). Posisi diperkirakan berada pada rentang 6.789 sampai dengan 6.954.
"Hari ini IHSG berpotensi melemah terbatas," ujar CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya dalam risetnya.
William mengatakan pergerakan IHSG di tengah minimnya sentimen masih bergerak konsolidatif. Salah satu faktor penopang IHSG masih berasal dari rilis data kinerja emiten.
Sedangkan arus deras capital inflow yang mulai kembali ke dalam pasar modal Indonesia akan turut memberikan sentimen bagi pergerakan IHSG saat ini.
Namun adanya risiko koreksi wajar tetap perlu diwaspadai mengingat pergerakan nilai tukar Rupiah yang masih cukup fluktuatif dengan kecenderungan pelemahan masih terjadi.
Berikut ini beberapa rekomendasi dari Yugen Bertumbuh Sekuritas, untuk saham-saham berpotensi dicermati pada perdagangan hari ini, diantaranya adalah:
- BBCA
- INDF
- BBNI
- ITMG
- ASII
- SMRA
- AALI
Sementara itu, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani juga rekomendasikan saham milik DRMA. DMRA masih menarik dicermati dengan buy 740, target price 765, dan stop loss 690.
"Breakout resistance bullish flag pattern, bergerak uptrend dengan stochastic di area netral dan MACD bergerak dalam momentum positif," katanya.
Kinerja DRMA per kuartal-III 2022 mencatat laba bersih yang tumbuh 70 persen YoY mencapai Rp249 miliar. Propsek DRMA ke depan cukup positif karena mulai fokus kepada bisnis kendaraan listrik.
DRMA akan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik, salah satunya sebagai penyedia sepeda motor listrik Rakata Motorcycle dan mengembangkan system swap battery station.
Selain DMRA, dia juga rekomendasikan saham milik SSMS. Menurutnya SSMS masih menarik dicermati dengan buy 1.600, target price 1.650, dan stop sloss 1.560.
"Bergerak dalam tren bullish, volume naik signifikan dengan stochastic di area netral dan MACD line bergerak di atas centerline dalam momentum positif," katanya.
SSMS menargetkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) di tahun ini dapat tumbuh 10-15 persen karena rata-rata tanaman miliknya dalam usia produktif. Kinerja per September 2022 juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih naik 51 persen YoY mencapai Rp1,55 triliun.
Kebijakan pemerintah mengenai program insentif bagi pemasok DMO dan insentif pengali ekspor akan mendorong produsen CPO meningkatkan volume DMO SSMS.
Disclaimer: Artikel ini merupakan rekomendasi dan analisis saham dari analis sekuritas yang bersangkutan, bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham tertentu. Tirto tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Apabila akan membeli/menjual saham, pelajari lebih teliti dan tiap keputusan ada di tangan investor.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin