Menuju konten utama

Hobi Makan Sumsum Tulang Sudah Ada Sejak 4 Juta Tahun Silam

Penelitian mengungkap bahwa manusia purba lebih dulu mencari sumsum tulang sebelum mereka mengenal kebudayaan berburu binatang dan membuat api. 

Hobi Makan Sumsum Tulang Sudah Ada Sejak 4 Juta Tahun Silam
Ilustrasi Tulang Ayam. FOTO/iStock

tirto.id - Jauh sebelum nenek moyang manusia mulai berburu mamalia besar untuk mendapatkan daging, mereka sudah makan makanan berlemak yakni berburu sumsum untuk mendapatkan nutrisi. Hal ini diungkapkan oleh penelitian yang diterbitkan oleh Current Antropology.

Penelitian ini menemukan, nenek moyang manusia memiliki selera makanan berlemak dengan makan sumsum dari sisa-sisa kerangka hewan besar yang telah dibunuh dan dimakan oleh predator lain. Argumen itu bertolak belakang dengan pandangan yang dipercaya secara luas di kalangan antropolog bahwa makan daging adalah faktor penting dalam tahapan bagi evolusi manusia.

"Nenek moyang kita kemungkinan mulai memakan lemak 4 juta tahun yang lalu, yang menjelaskan mengapa kita menginginkannya hari ini," kata Jessica Thompson antropolog di Universitas Yale.

Thompson menjelaskan bahwa nutrisi daging dan lemak berbeda, begitu pula teknologi yang dibutuhkan untuk mendapatkannya. Untuk mendapatkan daging, manusia purba menggunakan alat-alat batu yang tajam dan serpihan batu. Sementara untuk mendapatkan sumsum yang kaya lemak hanya diperlukan sebuah batu untuk menghancurkan tulang.

Menurut Thompson dan rekan-rekannya keinginan manusia purba memakan sumsum bisa memicu bukan hanya untuk pertumbuhan ukuran otak, tetapi juga tahap kebudayaan berikutnya. Manusia purba kemudian berpikir tidak hanya menghancurkan tulang dengan batu, tapi juga membuat alat yang lebih canggih dan untuk berburu binatang besar.

"Begitulah semua teknologi berasal, yaitu mengambil satu hal dan menggunakannya untuk mengubah sesuatu yang lain," kata Thompson seperti dilansir Yale News.

Otak manusia mengonsumsi 20 persen energi tubuh saat istirahat, atau dua kali lipat dari otak primata lain, yang hampir semuanya vegetarian. Ini adalah misteri bagi para ilmuwan bagaimana nenek moyang manusia untuk memenuhi tuntutan kalori untuk mengembangkan dan mempertahankan otak yang lebih besar.

Menurut para peneliti, fenomena ini menghasilkan hipotesis bahwa populasi kera mulai lebih aktif berburu dan memakan binatang buruan, yang menjadi batu loncatan evolusi bagi perilaku manusia dalam berburu binatang besar.

Thompson dan rekan penulisnya mengusulkan hipotesis bahwa nenek moyang awal manusia menggunakan batu ketika mereka mencari makan di padang rumput terbuka. Setelah predator selesai memakan mamalia besar, kera-kera tegak ini mencari sisa-sisa makanan dengan cara menghancurkan dan mendapatkan sumsum yang tersembunyi di tulang tungkai.

"Tulang-tulang itu menutup sumsum seperti wadah Tupperware, mencegah pertumbuhan bakteri," kata Thompson seraya menjelaskan bahwa hanya hyena atau kera pintar yang memegang batu, yang bisa memecahkan tulang tersebut.

Dengan penelitian ini, para ilmuwan memiliki hipotesis bahwa "kebudayaan sumsum" mengawali kebudayaan lanjutan seperti membuat alat dasar dari serpihan batu untuk berburu, dan kebudayaan api untuk mengurangi masalah bakteri dalam daging busuk.

“Para ilmuwan harus mulai mencari bukti perilaku menghancurkan tulang pada nenek moyang manusia purba,” kata Thompson.

Baca juga artikel terkait SUMSUM TULANG atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Febriansyah
Penulis: Febriansyah
Editor: Agung DH