tirto.id - Debat perdana calon wakil presiden (cawapres) 2024 telah terselenggara di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Selatan, pada Jumat (22/12/2023). Ketiga cawapres saling berdiskusi dan berbalas argumen dalam gelaran yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu.
Tidak hanya di panggung debat, diskusi juga terjadi di tengah masyarakat, di media sosial pun muncul perdebatan publik. Salah satu yang diperbincangkan adalah indikasi adanya perlakuan berbeda dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) ke Gibran Rakabuming Raka.
"Kemarin sdh saya duga, Utk menghindari CHEATING, Sebaiknya next KPU ADIL. Kenapa si No 2 ini sampai gunakan 3 (TIGA) MIC sekaligus: 1. Clip-on, 2. Hand-held & 3. Head-set ? Apa gunanya juga ada EARPHONE ? SIAPA yg bisa FEEDING ke Telinganya ? Mengapa 2 Calon yg lain BEDA ? AMBYAR," cuit akun @KRMTRoySuryo1 di akun X-nya (dulu Twitter), Jumat (22/12/2023), saat acara debat sedang berlangsung.
Unggahan tersebut menarik perhatian sekitar 1,2 juta orang pengguna. Terdapat pula lebih dari 2 ribu komentar, serta lebih dari 3 ribu retweet dan 4 ribu tanda suka.
Narasi itu kemudian digaungkan juga di media sosial lain, seperti Facebook. Beberapa akun mengunggah narasi serupa, bahkan mengutip cuitan Roy Suryo (politikus sekaligus pakar informatika, multimedia,dan telematika) tersebut. (tautan 1, arsip)(tautan 2, arsip)(tautan 3, arsip).
Lalu, bagaimana faktanya? Apakah benar ada kecurangan dan perlakuan istimewa KPU mengenai penggunaan alat bantu bagi Gibran saat debat cawapres?
Penelusuran Fakta
Dari penelusuran Tim Riset Tirto, Ketua KPU Hasyim Asy'ari sudah memberi klarifikasi tentang cuitan Roy Suryo. Hasyim menekankan semua cawapres di acara debat dibekali perangkat pengeras suara dengan jumlah yang sama.
"Semua cawapres pakai alat yang sama. Semua cawapres pakai tiga mik untuk mengantisipasi ada mik yang mati," kata Hasyim dalam keterangannya, sebagaimana dikutip dari pemberitaan Antarayang tayang pada Minggu (24/12/2023).
Terkait dengan penggunaan perangkat di telinga—yang dipertanyakan Roy dalam unggahannya, Hasyim menegaskan kalau itu bukan ear feeder atau pengumpan suara ke telinga.
"Bukan ear feeder. Itu mik yang ditempel di pipi dan dicantolkan di kuping," terang dia. Hasyim pun memastikan kalau proses debat 22 Desember 2023 lalu berlangsung adil dan spontan.
"Semua cawapres bisa ditanya dan juga stasiun TV penyelenggara debat, dan juga tim paslon yang berada di holding-room saat pemasangan mik, bisa ditanya," tandasnya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga telah membuat artikel bantahan tentang hal ini. Kominfo menyebut cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD sepanjang debat juga menggunakan peralatan yang sama.
Dalam artikel yang diunggah pada Minggu (24/12/2023) itu, Kominfo membeberkan kesamaan alat tiga cawapres dapat dilihat dalam video debat yang diunggah di kanal YouTube resmi KPU.
Tepatnya di menit 1:43:54, terlihat ketiga cawapres berada dalam satu layar dan mengenakan clip-on di dada dan mik yang menempel di pipi dengan mengait ke telinga.
Melihat debat secara keseluruhan, ketiga cawapres memang menggunakan clip-on dan mik head-set yang menempel di pipi. Gibran terlihat paling sering menggunakan mik hand-held selama memberi argumen atau tanggapan.
Sementara itu, Muhaimin mulai menggunakan mik hand-held di segmen kedua sampai segmen kelima. Mahfud sama sekali tidak terlihat menggunakan mik hand-held.
Kesimpulan
Hasil penelusuran fakta menunjukkan klaim tentang adanya kecurangan dan perlakuan istimewa KPU ke Gibran dalam penggunaan alat bantu saat debat cawapres itu tidak terbukti kebenarannya.
KPU telah membantah klaim ini dan menjelaskan kalau semua cawapres di acara debat dibekali perangkat yang sama, yakni clip-on, hand-held, dan head-set. KPU pun menegaskan kalau tidak ada ear-feeder yang digunakan oleh para cawapres.
Dengan demikian, klaim tentang adanya kecurangan dan perlakuan istimewa KPU terkait penggunaan alat bantu bagi Gibran saat debat cawapres itu bersifat salah dan menyesatkan (false and misleading).
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id
Editor: Shanies Tri Pinasthi