tirto.id - World Contraception Day (WCD) atau Hari Kontrasepsi Sedunia jatuh pada tanggal 26 September tiap tahunnya.
Tujuan peringatan Hari Kontrasepsi Internasional ini adalah untuk meningkatkan kesadaran akan penggunaan kontrasepsi dan memberikan pilihan untuk pasangan muda terkait kesehatan seksual dan reproduksi mereka.
Kampanye WCD ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang metode pengendalian kelahiran (birth control) yang tersedia bagi perempuan dan pasangannya, yang memungkinkan mereka membuat keputusan yang tepat terkait kesehatan reproduksi mereka.
Kampanye global ini juga mendorong pendidikan yang lebih baik terkait seks yang aman dan terlindungi sehingga tidak ada kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan.
Sejarah Hari Kontrasepsi Sedunia
Hari Kontrasepsi Sedunia pertama kali diperingati pada tanggal 26 September 2007 oleh sepuluh organisasi keluarga berencana internasional untuk meningkatkan kesadaran tentang kontrasepsi dan untuk memungkinkan pasangan membuat keputusan yang tepat tentang memulai sebuah keluarga, sehingga setiap kehamilan diinginkan.
Hari Kontrasepsi Sedunia mempromosikan keluarga berencana dan metode kontrasepsi yang aman dan disukai.
Hari Kontrasepsi Sedunia didukung oleh koalisi 15 LSM internasional, organisasi pemerintah, dan masyarakat ilmiah dan medis yang berkepentingan untuk menyebarkan pengetahuan yang benar tentang kesehatan seksual dan reproduksi.
Program KB di Indonesia
Saat ini Indonesia sedang menghadapi pandemi Covid-19 yang kemudian berdampak pada seluruh aspek kehidupan termasuk penyelenggaraan pelayanan KB.
Berdasarkan data statistik rutin BKKBN, capaian peserta KB baru mengalami penurunan secara signifikan dari 422.315 pada bulan Maret 2020 menjadi 371.292 dan 388.390 pada bulan April dan Mei 2020.
Di samping itu terdapat beberapa tantangan dalam pelayanan KB pada masa pandemi ini diantaranya keterbatasan akses terhadap pelayanan di fasilitas kesehatan, kebutuhan alat pelindung diri (APD) yang memadai dan memenuhi standar bagi petugas pelayanan KB, serta penerapan pelayanan KB di era new normal dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Adanya pandemi Covid-19 kemudian juga berdampak pada peningkatan kehamilan tidak diinginkan (KTD) di beberapa wilayah sebagai akibat dari penurunan kesertaan KB dan peningkatan angka putus pakai kontrasepsi.
Berdasarkan uraian kondisi di atas, perlu menjadi perhatian bahwa pencapaian program keluarga berencana sangat ditentukan oleh kesertaan masyarakat terutama dalam hal ini Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber-KB.
"Di samping peningkatan jumlah Peserta KB Baru, komitmen dari Peserta KB Aktif juga perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan peningkatan angka putus pakai dalam ber KB. Hal tersebut tentunya perlu didukung dengan sarana dan prasarana KB yang memadai serta tenaga pelayanan KB yang kompeten," tulis pihak BKKBN di laman resminya.
Editor: Iswara N Raditya