Menuju konten utama

Hari Anti Korupsi: Cara Mengenalkan Pendidikan Antikorupsi ke Anak

Cara mengajarkan dan menanamkan karakter anak bersikap antikorupsi sejak dini.

Hari Anti Korupsi: Cara Mengenalkan Pendidikan Antikorupsi ke Anak
Ilustrasi Jujur. foto/IStockphoto

tirto.id - Pendidikan antikorupsi penting diajarkan orang tua kepada anaknya sejak usia dini.

Dalam memberikan pendidikan antikorupsi bagi anak sejak dini, ada beberapa nilai dan karakter yang perlu diterapkan seperti mengajarkan kejujuran, kepedulian, kedisiplinan, mandiri dan tanggung jawab.

Pengertian korupsi, menurut laman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UnitedNations(UN), adalah fenomena sosial, politik dan ekonomi yang kompleks yang mempengaruhi semua negara.

Korupsi dapat merusak institusi demokrasi, memperlambat pembangunan ekonomi dan berkontribusi pada ketidakstabilan pemerintahan.

Korupsi juga menyerang fondasi lembaga-lembaga demokrasi dengan mendistorsi proses pemilu, memutarbalikkan supremasi hukum dan menciptakan rawa-rawa birokrasi yang satu-satunya alasan keberadaannya adalah suap.

Pembangunan ekonomi bisa terhambat karena investasi asing langsung tidak dianjurkan dan usaha kecil di dalam negeri sering kali merasa tidak mungkin untuk mengatasi "biaya awal" yang diperlukan karena korupsi.

Dikutip dari situs Kemdikbud, pada hakikatnya rencana penerapan pendidikan antikorupsi di sekolah sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik.

Yakni agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap dan kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Anak-anak sebagai bagian dari elemen masyarakat adalah sasaran inti gerakan perubahan sosial budaya dan kultur masyarakat Indonesia agar tak lagi melihat korupsi sebagai hal biasa yang dilakukan dalam setiap tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di republik ini.

Anak-anak yang memiliki "ruh" antikorupsi dalam jiwa dan raganya, memiliki peran sentral membangun budaya antikorupsi dengan menjadi "influencer" antikorupsi untuk mempengaruhi keluarga, teman, sahabat, lingkungan sekitar hingga orang-orang yang baru dikenalnya agar meninggalkan perilaku koruptif.

Cara Mendidik Anak Agar Antikorupsi

Inti dari pendidikan antikorupsi adalah menanamkan karakter kepada generasi muda agar mau berlaku jujur dalam hidupnya.

Berikut ini adalah cara-cara sederhana yang dapat dilakukan di rumah dan sekolah untuk mendidik anak agar antikorupsi.

1. Kejujuran

Yakni bersikap lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang yang penting dibangun sedini mungkin.

Cara yang bisa dilakukan seperti, mengajari anak tidak mengambil sesuatu milik orang lain, membiasakan minta izin sebelum meminjam.

Latih anak untuk tidak mencontek, tumbuhkan kebanggaan saat ia berhasil dengan upaya sendiri. Atau Biasakan anak bercerita secara terbuka, ajari mengakui kesalahannya, dan selalu tepati janji pada anak.

Kemudian apresiasi anak ketika ia mendapat nilai ujian bagus dengan cara terpuji. Tujuannya agar anak termotivasi ketika melakukan suatu hal yang diperoleh dengan cara berlaku jujur.

2. Peduli

Ini merupakan sebuah tindakan yang mengindahkan, memperhatikan atau tidak menghiraukan orang lain.

Peduli mengindikasikan seseorang anak dapat memahami kesusahan anak-anak lain. Misalnya minta anak menghibur teman yang sedih, berbagi makanan kepada teman yang tidak membawa bekal, dan menolong kucing yang sakit.

3. Disiplin

Kedisiplinan ini merupakan bentuk ketaatan terhadap aturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Disiplin juga berarti kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

Contohnya membiasakan diri tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya, mengikuti peraturan di rumah atau di sekolah. Lakukan hal ini dengan konsistensi.

4. Mandiri

Yakni sikap tidak bergantung pada orang lain, misalnya saat anak sedang menghadapi masalah jangan langsung dibantu, beri kepercayaan dan dukungan bahwa ia mampu menghadapi masalahnya sendiri.

Contohnya belajar mengikat tali sepatu, naik sepeda, dan lain-lain.

5. Tanggung jawab

Ajari anak kesiapan menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukannya, misalnya jika menumpahkan air maka harus dilap, jika merusak mainan temannya coba perbaiki, dan berani mengakui kesalahan.

Dukung anak menyelesaikan tugasnya. Misalnya membereskan tempat tidur, mengerjakan PR, memberi makan hewan peliharaan, dan sebagainya.

6. Sederhana

Bersikap bersahaja dan tidak berlebih-lebihan serta berarti menggunakan sesuatu secukupnya atas apa yang dimiliki, misal jika anak ingin membeli sesuatu ingatkan bahwa ia sudah punya di rumah.

Biasakan membeli yang baru jika membutuhkan bukan menginginkan.

7. Berani

Sikap yang mantap hati dan percaya diri, tidak gentar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan.

Keberanian dan kepercayaan diri ini dapat dibangun dengan membiarkan anak berekplorasi dan belajar dari kesalahannya.

Misalnya membela teman yang diejek, berani menegur teman yang membuang sampah sembarangan.

Selain itu, bisa juga dengan mengajak anak mengikuti arena permainan yang mengasah keberanian anak sejak usia dini.

8. Keadilan

Adil adalah sikap selalu berlaku sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Adil berarti juga kita dapat memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.

Tanamkan nilai bahwa setiap orang punya hak dan kewajiban yang sama dan harus diperlakukan dengan setara.

Contohnya saat berinteraksi dengan bibi dan tukang kebun di rumah, dengan keluarga, maupun dengan rekan kerja, semua diperlakukan dengan sama.

9. Kerja keras

Merupakan sikap gigih dan fokus dalam melakukan sesuatu, tidak asal-asalan. Sikap bekerja keras akan membuat anak meraih tujuan yang diinginkan.

Contohnya pada anak saat di rumah atau di sekolah, bisa berjuang saat bermain atau menyelesaikan project, saat merapikan mainan, dan sebagainya.

Perlihatkan pada anak bahwa dengan kerja keras sesuatu yang diinginkan dapat terwujud.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN ANTIKORUPSI atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Iswara N Raditya